Bagian 29 (Keributan)

24 2 0
                                    

Kania : "Sa udah banyak cerita tentang kamu, lho! Kata dia kamu yang bisa bikin dia senyum lagi! Duh seneng deh aku!!"
Irina : "Ah Sa bisa aja! Aku biasa aja kok, kak..."

Tiba-tiba terdengar kerusuhan dari depan rumah, terdengar suara Pak Asta memaki-maki ajudan Pak Dharma.

Pak Asta : "Kalian itu gimana, sih!? Ini itu rumah anak saya! Masa saya gak boleh masuk!? Nyingkir!"
Rangga : "Mohon maaf, tuan... Tapi tuan Dharma mengamanahi saya untuk menjaga téh Kania dan A Angkasa... Sesuai perintah tuan Dharma, tuan Asta gak boleh masuk ke rumah ini..." (Menahan).
Pak Asta : "Bajingan! Kalian gak punya hak untuk melarang saya masuk! Kalian cuma ajudan kakak saya! Jangan ngalangin jalan saya! Budi! Ega! Singkirkan Rangga dan Krisna dari hadapan saya!"
Budi dan Ega : "Baik, tuan..."

Baku hantam antara ajudan Pak Dharma dan Pak Asta pun tak terhindarkan. Angkasa, Irina, Kania mencoba mengecek keadaan di luar rumah mereka, dan benar saja sedang terjadi perkelahian.

Kania : "Sa! Kita harus hubungin papa Dharma sekarang juga!"
Angkasa : "Iyaa, kak... Lebih baik kita nunggu di dalem sembari ngehubungin papa Dharma... Maaf yaa, Na... Keadaanya selalu buruk... Udah beberapa minggu ini..."
Irina : "Gak apa-apa, sayang..." (Merangkul pundak Angkasa).

Mereka pun segera kembali ke dalam, dengan suasana tegang mereka menghubungi Pak Dharma.

Kania : "Assalamu'alaikum, papa Dharma..."
Pak Dharma : "Wa'alaikumsalam, Kania sayang... Ada apa, Kania?"
Kania : "Papa lagi kerja, ya?"
Pak Dharma : "Iyaa, tapi santai, kok... Kenapa? Papa kalian dateng lagi?"
Kania : "I-iya, pa..."
Pak Dharma : "Yaudah, Kania tenang aja, yaa... Papa akan segera ke sana! Lathif, tolong handle dulu meeting saya, yaa! Saya ada perlu dulu!"
Kania : "Maaf ya, pa... Ngerepotin terus..."
Pak Dharma : "Udah papa bilang, gak repot, sayang... Yaudah... Sekarang papa meluncur ke sana, yaa... Papa tutup telfonnya..."

Pak Dharma pun sesegera mungkin melajukan mobilnya menuju rumah Angkasa.

Setibanya di sana, suasana semakin kacau, para ajudan masih berkelahi di depan rumah Angkasa.

Pak Dharma : "Aa tau, semua ini bakal terjadi... Aa udah bawa ajudan aa yang lain buat bantu Rangga sama Krisna..."
Pak Asta : "Loh, kok gitu!? Gak fair dong, a! Asta cuma mau masuk liat anak-anak Asta sendiri, kok! Darah daging Asta sendiri! Masa gak dikasih izin!? Aa gak berhak yaa ngelarang Asta masuk!"
Pak Dharma : "Yaa, kamu masuk, liat anak-anak kamu, terus kamu pukulin, gitu? Kamu siksa mereka? Kamu bentak-bentak? Udah ilang kepercayaan aa sama kamu, sebagai bapak kamu gak ada amanahnya sama sekali, yaa!"
Pak Asta : "Enggak! Asta gak akan pukulin mereka, kok!"
Pak Dharma : "Aa gak akan percaya lagi sama kamu, setelah sekian lama kamu siksa darah daging kamu sendiri! Sekarang aa berhak buat ngelarang kamu! Karena Kania dan Angkasa udah nganggep aa sebagai papa mereka, menggantikan kamu yang jahat sama mereka!"

Dalam kericuhan, Pak Asta berusaha lolos untuk masuk ke dalam rumah, setelah sampai teras rumah usahanya dicegat oleh Pak Dharma.

Pak Dharma : "Juna! Bima! Tangkep adek saya!"
Juna dan Bima : "Baik tuan!" (Mengejar Pak Asta dan segera memeganginya).
Pak Asta : "Sial!!! Lepas!!! Kurang ajar!!!"
Pak Dharma : "Masih belum sadar juga kamu, Asta!? Aa gak segan-segan ngelaporin kamu ke pengadilan, atas tuduhan kekerasan terhadap anak, yaa!"
Pak Asta : "Laporin aja, A! Asta gak takut!!"
Pak Dharma : "Aa gak main-main, yaa! Aa juga merebut hak asuh anak-anak kamu dari tangan kamu!"
Pak Asta : "Silakan! Kita liat, anak-anak Asta akan pilih papa kandungnya, atau aa yang cuma omnya! Suruh mereka keluar! Dan kasih mereka pilihan!"
Pak Dharma : "Okee! Aa panggil mereka..."

Pak Dharma segera memanggil Angkasa dan Kania ke dalam rumah, sementara, Angkasa menyuruh Irina untuk menunggu di dalam.

Merekapun segera keluar ke teras rumah dengan raut yang ketakutan.

Pak Dharma : "Jadi begini, Kania, Angkasa, papa Dharma bermaksud ngangkat kalian sebagai anak, dan papa Dharma serta Mama Michelle janji bakal mengasihi kalian sepenuh hati kami, jadi Papa Dharma dan Papa Asta memberi kalian pilihan, kalian mau ikut sama papa Dharma, atau mau tetep milih papa Asta dan stay disini?"
Pak Asta : "Jawab anak-anak papa, yang baik..." (Memasang raut memelas).
Angkasa : "Angkasa udah punya jawaban mutlak untuk pertanyaan itu, Angkasa mau ikut papa Dharma!" (Dengan lantang).
Pak Dharma : "Gimana dengan kamu Kania?"
Kania : "Hmm... Kania... K-kania juga... S-sama kaya Sa..." (Sembari gemetar melihat tatapan Pak Asta).
Pak Asta : "Erghh!! Anak-anak bajingan!! Yaudah, aa ambil aja kedua anak-anak itu!! Buat Asta mereka juga cuma beban!!"
Pak Dharma : "Tadinya, pertanyaan aa cuma untuk membuktikan, apa kamu masih ada sedikit rasa sayang sama anak-anak kamu? Ternyata hati kamu terlalu beku!! (Memukul wajah Pak Asta).
Pak Asta : "Berani-beraninya aa mukul Asta!! Kurang ajar!!
Pak Dharma : "Pukulan ini buat nyadarin kamu, Asta!" (Memukul wajah Pak Asta lagi).
Pak Asta : "Pukul lagi a! Pukul!! Keluarga ini emang gak ada baik-baiknya sama Asta!! Hhh... Hhh... Orang tua sama kakak sama aja!!" (Bercucur air mata).
Pak Dharma : "Apa maksud kamu Asta!?"

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang