Bagian 10 (Permasalahan)

36 2 0
                                    

Bu Elsya : "Angkasa Putra Mahardika!!"
Angkasa : (Menoleh lalu bergumam). "I-itu kan mama..., Aing harus cepet-cepet pergi!" (Mengenakan helmnya sembari langsung tancap gas).
Bu Elsya : "Angkasa! Ini mama, nak!"

Di perjalanan Angkasa sedikit bergumam tentang orang tuanya,

Angkasa : "Bisa-bisanya ada mama di deket rumah Irina, aing harus lebih ati-ati lagi lain kali... Ngapain juga sih setelah anaknya dibuang, tiba-tiba dia jadi peduli, telat, sekarang aing udah gak butuh orang tua."

Begitu sampai di rumah, ia langsung ke kamar dan tak menghiraukan kakaknya, Angkasa membanting tubuhnya ke ranjang sembari menyentuh dahinya.

Kania : "Sa, udah pulang? Kamu kenapa lagi?"
Angkasa : "Gak apa-apa, kak... Cuma tadi Sa papasan sama mama."
Kania : "Terus mama manggil kamu?"
Angkasa : "Iyaa, tapi Sa langsung pergi."
Kania : "Kenapa gak kamu samperin, dek? Kamu gak sopan kalo gitu namanya..."
Angkasa : "Kalo kakak mau bahas tentang mama atau papa, mending kakak keluar sana, Sa tau Sa egois, tapi egoisnya Sa mereka sendiri yang bikin, Sa cuma cerminan perilaku mereka, apa yang mereka tabur, itu yang mereka tuai, Kak."
Kania : "Maafin aku ya, dek... Aku cuma mau kamu maafin orang tua kita aja..."
Angkasa : "Kalo tentang maafin mama papa, Sa udah maafin, tapi Sa gak akan lupa luka yang mereka buat untuk kita."
Kania : "Sekarang aku ngerti Sa, maafin aku ya... Hiks... Hiks..."
Angkasa : "Gak apa-apa, kak."

Kania mulai bercucuran air mata, ia memeluk Angkasa dengan erat, begitu pun Angkasa, ia memeluk kakaknya dengan tulus. Tiba-tiba dering ponsel Kania berbunyi, ia melepas pelukannya lalu mengambil ponselnya, ketika ia lihat, ternyata mama yang menelponnya. Ia menunjukkan layar ponselnya pada Angkasa.

Angkasa : "Angkat aja, kak..."
Kania : "Gak, Sa, sekarang aku udah sadar..." (Mematikan ponselnya).
Angkasa : "Maafin Sa juga ya, kak..."
Kania : "Gak apa-apa, ganteng! Hehe! Oh iyaa, gimana hari kamu?"
Angkasa : "Selebihnya hari ini baik banget, kak... Sa ketemu orang yang bisa bikin Sa senyum lagi!" (Tersenyum manis).
Kania : "Nah, gini dong senyum, ganteng banget adek aku... Terus-terus gimana?" (Dengan wajah penasaran).
Angkasa : "Dia cewe yang penuh keceriaan... Sa selalu seneng liat dia... Dan ada yang kakak harus tau!"
Kania : "Apa itu? Ayo, dek! Kalo cerita jangan setengah-setengah gitu dong! Aku kan jadi penasaran!"
Angkasa : "Dari gelagatnya, kayanya dia suka sama Sa, beberapa kali Sa ajak bercanda, mukanya merah banget! Hahaha!"
Kania : "Oh iya?? Hahaha! Pinter banget ya kamu tebar pesona!"
Angkasa : "Padahal kita baru kenal beberapa hari, entah kenapa... Dia menarik buat Sa."
Kania : "Kamu kan misterius, mana bisa aku tau mana yang menarik, mana yang ngga buat kamu, dek! Hahaha!"

Tiba-tiba,

??? : BRUKKKK!

Kania dan Angkasa terperanjat mendengar suara pintu rumah yang dibanting. Mereka berdua berlari keluar kamar dan mendapati orang tua mereka bersama ajudannya.

Bu Elsya : "Angkasa... Kenapa tadi mama panggil gak nyaut, nak?" (Menghampiri Angkasa, lalu mengusap rambutnya).
Angkasa : "Lepasin Sa... Ngapain kalian dateng ke sini?" (Menepis tangan ibunya).
Pak Asta : "Kamu punya sopan santun gak sih!? Mamamu kok ditepis gitu tangannya!?"
Angkasa : "Mama ya? Hahahaha!"
Pak Asta : "Lancang kamu ya!!" (Menampar pipi Angkasa).
Bu Elsya : "Pa! Jangan kasar sama anak kita, pa!! Sayang, maafin papa ya?"
Angkasa : "Lepas!" (Menepis tangan ibunya).
Kania : "Sa!! Kamu gapapa?"
Angkasa : "Sa gak apa-apa, kak..." (Tersenyum pucat).
Kania : "Sekarang aku sadar... Ternyata kalian itu gak pantes dianggap orang tua... Terutama papa! Papa itu kasar!"
Pak Asta : "Diem Kania!" (Menampar Kania). "Kamu ajarin tuh adek kamu, gimana caranya sopan sama orang tua! Didik yang bener!"
Kania : "Papa jahat!!! Hiks... Hiks..." (Menangis).
Angkasa : "Papa boleh yaa tampar atau pukul Sa, tapi papa gak boleh tampar kakak kaya gitu! Kakak itu perempuan, pa!"
Pak Asta : "Tau apa kamu tentang etika!? Ha!? Mulut kakak kamu itu udah kurang ajar!"
Angkasa : "Kak, ayo kita ke kamar, gak usah dengerin mereka..." (Membopong Kania perlahan ke kamar).
Pak Asta : "Papa belum selesai ngomong!! Budi, Ega! Pegang mereka! Jangan biarin mereka masuk kamar!"

Ayah mereka menyuruh ajudannya untuk memegangi Kania dan Angkasa supaya tidak masuk ke kamar.

Angkasa : "Lepas!!!!!" (matanya mulai bercucur air mata).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang