Bagian 12 (Penurunan)

31 0 0
                                    

Bu Elsya : "Kurang ajar kamu Kania! (Menampar Kania).
Angkasa : "Mama yang kurang ajar!!!! Hhh... Hhh..." (Rautnya begitu marah).

Dengan tubuhnya yang lunglai Angkasa bangkit hendak menampar ibunya, namun Kania menahan tangan Angkasa, sambil memeluknya.

Kania : "Sa tenang, ya? Aku gak apa-apa kok, aku masih sehat kaya biasa, Sa jangan marah, aku gak apa-apa, okey?" (Mengusap rambut Angkasa).
Angkasa : "Sa gak mau, kak... Hhh... Sa gak mau kakak disakitin lagi... Hiks.. hiks.." (ucapannya lirih sambil menangis).

Sementara ibu mereka takut dengan tatapan Angkasa tadi, dan segera bergegas keluar.

Kania : "Udah, mereka udah pergi, Sa... Gak ada yang bakalan ganggu kita lagi, okey? Kamu tenang, ya? Badan kamu anget, kita istirahat yaa di kamar..."

Angkasa tak menjawab, dan hanya mengikuti arahan kakaknya, jalannya agak lunglai.

Kania : "Sini, kamu baring dulu... Apa yang kamu rasain? Pusing?" (Mengusap dahinya).
Angkasa : "Kepala Sa sakit, kak..."
Kania : "Memar kamu, aku obatin yaa?"
Angkasa : "Iyaa, kak..."

Kania segera ke dapur dan kembali membawa mangkuk berisi air hangat dan sehelai handuk kecil untuk membersihkan memar yang ada di pipi Angkasa.

Kania : "Tahan sedikit ya, dek..." (Mulai menempelkan handuk ke pipi Angkasa).
Angkasa : "Sss..." (Mengerenyitkan dahinya).
Kania : "Sabar yaa..."

Setelah membersihkan memarnya, Kania mulai mengobatinya.

Kania : "Udah selesai! Sekarang kamu istirahat yaa... Tidur okey?"

Angkasa sudah terlelap lebih dulu saat kakaknya mengobatinya, tidurnya terlihat tenang dan damai.

Kania : "Kasian kamu... Maaf ya... Aku selalu ngebebanin pikiran kamu dengan masalah mama sama papa, sekarang aku sadar kenapa kamu kaya gini... Mereka bener-bener bikin aku buta... Makasih yaa udah sadarin aku, dek..." (Bergumam).

Hari sudah malam, Kania kembali ke kamarnya, mengobati bekas tamparannya dan segera tidur.

Keesokan harinya, Angkasa terbangun, ia beranjak dari kasurnya kemudian membasuh wajahnya dan mandi untuk bersiap ke sekolah. Setelah itu ia mengenakan seragam dan segera ke meja makan.

Kania : "Pagi gantengku!!"
Angkasa : "Pagi kak Kania yang paling cantik!" (Menyentuh pipi Kania sambil tersenyum manis).
Kania : "Tumben kamu jadi manis gini, Sa! Hahaha!"
Angkasa : "Sa gak mau lagi cuek sama kakak... Sa gak mau lagi kakak disakitin..." (Terduduk di sebelah Kania, wajahnya terlihat serius).
Kania : "Makasih yaa, Sa... Kita harus selalu saling melindungi, okey?" (Mengajak tos).
Angkasa : "Okey, kak!" (Menyambut tosnya).
Kania : "Sering-sering senyum ya, Sa... Kamu ganteng kalo senyum!" (Tersenyum manis).
Angkasa : "Oke, kak!" (Tersenyum ceria).
Kania : "Oh iyaa, bentar... Emangnya badan kamu udah kuat buat sekolah?" (Menyentuh dahinya).
Angkasa : "Sa kuat, kok! Sa udah gak apa-apa, nih liat! (Melipat tangannya).
Kania : "Iyaa tau berotot! Hahaha!"
Angkasa : "Bukan itu, kak..."
Kania : "Iyaa iyaa... Hahaha! Aku becanda kok, dek!" (Mengusap rambutnya).
Angkasa : "Peluk Sa lagi, mau gak?" (Ucapnya dengan semangat).
Kania : "Hahaha! Sini!!!" (Memeluk Angkasa erat dan menempelkan pipinya pada pipi Angkasa).
Angkasa : "Aduhh!"
Kania : "Eh!! Sakit ya?? (Kaget).
Angkasa: "Gak apa-apa kok, kak! Kesenggol dikit aja... Hahaha! Yaudah Sa berangkat sekolah dulu ya, kak?" (Segera berdiri).
Kania : "Bentar!! Kamu gak sarapan dulu? Sarapan dulu dong!!"
Angkasa : "Sa bekel aja deh, kak! Udah jam segini..."
Kania : "Bentar atuh, aku buatin dulu yaa..."
Angkasa : "Oke, kak!"

Kania segera mengambil roti, daging, telur, dan sayuran, kemudian membuatkannya roti isi daging dan telur, memasukannya ke dalam kotak makan dan memberikannya pada Angkasa, dengan usil Angkasa membawa roti di piring Kania dan menggigitnya lalu berlari.

Kania : "Jail ya!! Dasar, liat aja nanti pas pulang! Hahaha!"
Angkasa : "Dadah kakak! I love you! Hahaha!" (Tertawa sambil berlari).
Kania : "I love you too!" (Tertawa kecil).

__________ミBersambungミ___________

LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang