BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA !
** *
Malam ini, Yerim terlelap nyaman di atas ranjang dan tubuhnya pun masih terbalut gaun pengatin yang ia kenakan. Sedangkan tentang ke mana perginya Jungkook, sudah tidak ia pedulikan. Toh hidupnya hanya untuk menunggu perintah dari pria yang tidak memiliki rasa kasihan itu.
"Hyung, kau akan diam di sini dan terus menunggu atau ingin ikut kami menyerang?" Tanya Jungkook kepada Min Yoongi yang tampaknya sedang kesulitan merancang strategi.
"Lebih baik kau, Taehyung, dan Jimin dulu yang bergerak. Lalu sisanya akan menyusul. Kita harus berjaga-jaga dan menyediakan senjata tambahan," Hanbin melangkah keluar dari markas dan pergi menjauh menggunakan mobilnya.
"Baiklah, mari kita berangakat sekarang," ajak Jungkook.
"Tetapi ke mana kita akan pergi?" Jungkook menghembuskan napasnya kasar sembari memejamkan mata.
"Ya, Jimin Hyung, apa kau baru saja bangun?!" Jungkook menatap kesal ke arah Jimin. Dan yang lainnya pun hanya diam dan berusaha menahan tawa mereka.
"Mianhae, Jungkook-ah, aku hanya bertanya. Biasanya kita pergi tidak tahu tujuan." memang ada benarnya yang dikatakan Jimin. Jungkook selalu pergi dan membawa mereka ke tempat yang sama sekali tidak masuk dalam list yang telah disusun oleh Min Yoongi dan Kim Hanbin.
Hari semakin larut. Rembulan juga berpindah dari tempat semula ke tempat lainnya. Dinginnya hembusan angin dini hari yang menembus balutan tuxedo yang Jungkook kenakan tak sedikit pun menghalangi tujuannya.
Oh iya, panggil saja Jungkook dan kawan-kawannya sebagai Bradiz. Mereka adalah laki-laki nokturnal yang brandal namun displin dalam berbagai hal. Jika siang hari, mereka akan istirahat di rumah ataupun di markas mereka. Lain jika malam telah tiba. Mereka akan bergegas untuk bekerja.
Jimin dan Taehyung berjalan jauh di belakang Jungkook sembari menenteng sebuah tas ransel yang dipenuhi oleh senjata api mematikan. Sedangkan Jungkook kini telah sampai di dekat mobil yang telah disiapkan oleh supir pribadinya.
"Hyung, cepatlah sedikit!" Jimin dan Taehyung semakin mempercepat langkahnya sembari memeperhatikan keadaan sekitar.
Sesampinya di mobil. Jimin menaruh tas ransel yang ia dan Taehyung bawa ke dalam bagasi. Kemudian masuk ke dalam mobil. Detik berikutnya mobil itu melaju sangat cepat dan lama kelamaan hilang dari tempat semula.
-0o0-
Kim Yerim mengeliat. Ia merasakan jika badannya benar-benar remuk tak berbentuk. Jujur saja, ia tidak pernah merasakan kelelahan yang amat parah seperti ini. Perlahan matanya terbuka. Pandangannya menjelajahi penjuru kamar hotel yang kini menjadi tempat tinggalnya sementara.
Masih sama. Terlihat mewah, namun sayang, suasanya sepi. Wajahnya menunduduk. Satu cairan bening itupun menetes. Yerim tak pernah merasa kesepian. Pasti jika dirinya tidak bisa tidur, Ibu dan Ayahnya akan menemani dirinya supaya cepat tidur.
Tetapi sekarang berbeda. Ia harus berusaha sendiri. Tidak ada Ibunya yang akan membangunkan dirinya setiap pagi. Dan mungkin tidak akan ada yang memeluknya setiap pagi saat dirinya akan berangkat sekolah.
Yerim mengubah posisi berbaringnya. Gaun ini sangat berat, dan gaun ini juga membuat Yerim sulit untuk bergerak. Tetapi Yerim tak mau menyerah. Ia mencoba untuk bangkit dari ranjang kasur yang ia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑
Fanfiction⚠️TOLONG FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Pernahkah kau merelakan hidupmu untuk menikah dengan seorang mafia yang membunuh kakak perempuanmu? itu sangat sulit dibayangkan. Tetapi, itu semua dialami oleh Yerim. Ia harus menikah dengan Jeon Jungkook untuk mem...