17

1.4K 144 4
                                    

TOLONG VOTE SEBELUM MEMBACA!

***

Setelah melambaikan tangannya dari balik jendela, Yerim kembali melangkah menuju bilik kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu. Matanya terpejam, menikmati udara yang keluar dari pendingin ruangan. Sejenak ia menyugar belahan rambutnya. Namun kemudian ia tak sengaja mencium bau yang menyengat.

Yerim mengerjapkan matanya. Ia baru sadar jika dirinya belum mandi seharian, pantas saja aroma yang tidak sedap terus menusuk hidungnya. Dengan malas, ia segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Helaan napas terlepas begitu saja. Yerim menutup pintu kamar mandi tanpa tenaga. Wajahnya tampak kelelahan, namun sebisa mungkin Yerim tetap kuat, ia tidak boleh pingsan.

Helaian demi helain pakaian ia lucuti hingga tak tersisa satu benang pun di badannya. Tangannya terulur, menggapai token shower itu, menyalakannya dan membiarkan air yang keluar dari shower mengguyuri seluruh tubuhnya.

Matanya kembali terpejam, merasakan guyuran air yang tampak segar dan membuat rasa pening di kepalanya sedikit berkurang. Tak terasa air matanya lolos tanpa disuruh. Yerim berpikir, ini baru dua hari ia menikah dengan Jungkook, bagaimana keadaan hatinya jika harus bertahan lebih lama lagi? Apa ia akan sekuat kakaknya dulu? Entahlah, Yerim pun masih bingung.

"Wae? Kenapa aku yang harus menjalani kehidupan seperti ini? Kenapa? Kenapa hanya aku yang tak bisa merasakan masa-masa remajaku?" Yerim meremas rambutnya frustasi. Rasa nyeri di dalam hatinya terus berdenyut. Sakit, sakit sekali.

"Eonnie, kau dulu selalu bilang padaku, jika aku tak boleh menangis, tetapi maafkan aku, aku jadi sering menangis karena mantan suami gilamu itu!" Yerim mendongakkan kepalanya, seolah ia tengah bertanya pada mendiang Kim Jihyun.

"Aku lelah, Eonnie, aku lelah seperti ini terus-menerus. Aku ingin bersama dengan mu, Jihyun Eonnie!"

Air matanya terus menetes. Semakin lama tubuhnya semakin melemas, kakinya terasa mati untuk menopang badannya sendiri. Perlahan ia melangkah mundur, menyenderkan punggungnya di balik pintu kamar mandi.

Tubuhnya yang basah merosot ke bawah, Yerim menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut itu. Cairan bening itu kian deras, mendifiniskan rasa sakit yang ia rasakan.

Yerim sudah tidak peduli bagaimana kesehatannya. Ia sudah tak peduli dengan penyakit maag, yang dideritanya.

Benar kata orang, cinta itu membuatmu gila. Cinta itu membuatmu buta. Dan cinta itu sendiri yang membuatmu ingin menyerah. Yerim mengakui itu semua benar adanya.

Dentuman yang lumayan keras menggema di dalam sini, Yerim membenturkan kepalanya di tembok keramik yang keras itu. Rasa sakitnya sudah tak terasa, ibarat semua otot-ototnya sudah tak berfungsi.

Yerim menyesal telah mengaggumi Jeon Jungkook yang dulu di matanya adalah seorang laki-laki lembut yang baik hati. Namun kenyataannya berbalik dengan semua ekspetasinya.

Jungkook adalah pria arogant, keras kepala, kasar, dan tak ingin kalah. Apa yang ia mau harus ia dapatkan, itulah yang Yerim lihat sekarang dari seorang Jeon Jungkook.

Lamunannya membuyar ketika ketukan pintu terdengar. Yerim segera menghapus bekas air matanya dan membalut tubuhnya dengan handuk. Kemudian menarik napasnya sedalam mungkin sebelum keluar dari kamar mandi.

𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang