07

2.7K 255 4
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

* * *

Jungkook dan Taehyung menghentikan mobilnya di atas sebuah bukit yang kurang pencahayaan. Mereka tidak ingin mengambil risiko dan berakhir menuruti perkataan Min Yoongi.

Dengan cepat, Taehyung meraih baju anti peluru begitupun Jungkook. Mereka sama-sama memakainya dengan gegabah. Alat penyadap GPS yang dipasang di mobil ini menujukan jika targetnya semakin mendekati tempat yang Jimin pantau.

Setelah semua siap, Taehyung mencari tempat yang aman. sedangkan Jungkook, ia meletakkan snipernya di atap mobil. Karena kelihaiannya, Jungkook pun harus menembak dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar 3 kilometer.

"Jimin Hyung, apa kau mendengarku?" Ujar Jungkook sembari menekan earphone yang ia pasang di telinganya.

Jimin samar-samar mendengar ucapan itu. Lalu, ia juga melakukan hal yang sama.

"Tentu, aku mendengar suaramu," mendengar ucapan Jimin, membuat Jungkook merasa lega. Walau sedikit.

"Jika kau merasakan hal yang aneh, segera beritahu aku atau Taehyungie Hyung,"

"Arasseo."

-0o0-

Jimin memijakan kakinya dengan cara mengendap-endap. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia harap kali ini nyawanya akan selamat. Awalnya Jimin ragu untuk memantau tempat ini sendiri, tetapi mau bagaimana lagi, ia harus melindungi Jungkook sebagai pimpinannya.

Suara mesin mobil membuat Jimin memutar pandangannya. Ia mengarahkan pistol yang ia pegang ke arah cahaya yang menyilaukan itu. Untung saja di sebelahnya terdapat semak belukar. Dan itu membuat penyamaran Jimin sedikit tertutupi.

"Periksa semua tempat ini. Pastikan jika Bradiz, tidak dapat memasuki kawasan kita," Jimin menyunggingkan smirk nya.

"Apa kau bodoh? Justru mereka sedang sibuk dengan pernikahan Jungkook!" Jimin mengeluarkan sebuah pena. Dan perlu diketahui, jika pena itu bukanlah pena biasa. Melainakan alat penyadap.

"YA, bicaralah sopan kepadaku, Johnny!" Jimin mulai mengaktifkan earphone nya. Ia menekan dan memberi aba-aba Jungkook untuk mengincar kepala orang-orang itu.

"Jangan bertengkar di situasi sekarang, kita harus cepat memasukan saham ini ke rekening perusahaan," Jimin mengerutkan alisnya. Lalu ujung bibirnya terangkat begitu saja.

"Kalian terlalu munafik sebagai penjahat," gumam Jimin dengan suara pelan, hampir tak terdengar.

"Jimin, aku akan memberimu kode untuk menyerang mereka dari belakang, sekarang kau perlu berpindah, dan menyusuplah dari pintu belakang. Ambilah tempat persembunyian yang aman," Jimin segera bergerak perlahan. Ia tidak mau gegabah dan membahayakan nyawanya juga yang lainnya.

Untung saja pintu bagian belakang tidak terkunci. Tetapi suara langkah kaki yang terdengar membuat Jimin menghentikan langkahnya. Ia bersiap untuk menarik pelatuk pistol yang ia pegang.

"Oh, rupanya ada tamu," Jimin memutar pandangannya. Matanya membulat saat tahu jika ia tengah berhadapan dengan sekertaris Regaza.

𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang