19

1.4K 143 10
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

* * *

"Kim Yerim!"

Teriakan yang menembus telinga membuat Yerim menghentikan kegiatan dan menoleh. Di tempat yang tak jauh dari keberadaanya, berdiri seorang pria berseragam tengah tersenyum.

"Kemarilah, Jaemin!" Yerim melambaikan tangan, senyumannya pun tak memudar.

Pria yang tak lain adalah sahabat Yerim, berlari kecil. Menuntun langkahnya mendekati Yerim yang sedang berkutat dengan tanaman stoberi di hadapannya.

"Bagaimana kabarmu?" Sapanya.

"Seperti biasa, tidak ada yang spesial," jawabnya datar tanpa ekspresi.

"Kapan kau akan berangkat ke sekolah lagi, Yerim?"

Yerim tertunduk. Benar ucapan Jaemin, ia sampai melupakan status pelajarnya. Tetapi apa boleh buat, statusnya kini sudah berubah. Ia bukan hanya seorang pelajar, tetapi seorang istri. Dan Yerim malu mengakui hal itu.

"Entahlah, aku bingung," jelasnya.

Jaemin mengernyit, apa sesulit itu untuk Yerim meminta izin kepada suaminya?

"Bagaimana jika besok kau berangkat sekolah denganku?" Seru Jaemin penuh semangat.

Yerim menoleh, menatap Jaemin sendu. Ia menepuk bahu tegap sahabatnya, "Kalau aku bisa, aku pasti akan berangkat. Tetapi aku tidak tahu, Ayah akan memberi izin atau tidak. Dan kau tahu, sekarang hidupku penuh aturan,"

"Kim Yerim, percayalah. Ayahmu akan memberi izin. Aku akan membantumu,"

"Tidak perlu,"

Yerim melepaskan cekalan Jaemin. Ia menghela napas dan berjalan menuju tempat ayahnya berada.

Jaemin hanya bisa menggeleng. Ia tahu Yerim sangat tersiksa dengan kehidupan seperti ini.

"Sabarlah sebentar, Kim Yerim. Aku akan membebaskanmu dari keparat itu.

***

Jaemin berlari mengejar Yerim yang hampir jauh dari pandangannya. Ia berulang kali hampir terjatuh karena jalan setapak berlumpur ini sangat licin. Pandangannya menyipit, anggukan kepalanya seolah mengerti apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Tuan Kim melambaikan tanganya, berharap jika Jaemin dan Yerim bisa melihat di mana ia berada. Dan akhirnya Yerim bisa menemukan ayah'nya.

"Selamat sore, Paman!" Tegur Jaemin.

"Selamat sore juga, apa kau baru pulang sekolah?"

"Iya, bagaimana kabarmu, paman?"

"Baik, lihat saja wajahku yang semakin hari terlihat tampak muda," gurau Tuan Kim yang berhasil membuat Yerim mendecih tak percaya

Yerim bergeser sedikit. Menempatkan posisinya di sebelah Jaemin. Ia sedikit berjinjit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Jaemin. Yerim membisikan sesuatu hingga raut wajah Jaemin yang awalnya ceria tiba-tiba berubah.

"Ayah, bolehkah aku pulang duluan?" Tanya Yerim sembari menunjukan wajah memohon.

Tuan Kim menggelengkan wajahnya sebelum berucap, "Pulanglah lebih dulu. Ayah akan pulang sebentar lagi setelah memangkas beberapa tanaman."

"Kalau begitu, kami pamit dulu, paman." Yerim dan Jaemin memutar badan dan melangkah meninggalkan ladang.

Rintik hujan mengalun merdu. Tak berirama, tetapi syahdu. Tetesannya jatuh saling beradu. Yerim dan Jaemin saling memandang satu sama lain.

𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang