16

1.5K 162 6
                                    

TOLONG VOTE SEBELUM MEMBACA!

* * *

Yerim melangkah dengan mantap tanpa meninggalkan raut wajah kebahagiaannya, walau apa yang ia tunjukan saat ini tidak dari hatinya. Sedangkan Hoseok, ia terus memperhatikan langkah gadis di depannya itu, sejujurnya ia merasa bersalah, tetapi mau bagaimana lagi ia mau tak mau melakukannya.

Mereka berdua berhenti di depan ambang pintu kayu berukir itu. Hoseok mengulurkan tangannya dan menekan bel tersebut. Bersamaan dengan suara bel yang berhenti, pintu itu terbuka dan menampakan seorang wanita paruh baya.

Yerim tersenyum girang, tanpa segan-segan ia segera jatuh kepelukan wanita itu. Hoseok tersenyum parau, hatinya menghangat melihat Yerim kembali tersenyum.

"Ada apa malam-malam seperti ini datang ke mari?" Kim Eunji berucap sembari merangkul anak bungsunya yang sudah lama tidak ia jumpai.

Hoseok membungkukkan badannya. Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memberi salam sapaan.

"Sebelumnya, bisa saya berbicara dengan anda?" Yerim dan Eunji serentak ternganga. Paham dengan keadaan yang tiba-tiba menegang, Hoseok tertawa dan menatap ibu Kim Yerim dengan tulus.

"Mari masuk, maaf saya terlalu senang sampai lupa menyuruh anda masuk," Hoseok mengangguk, ia melangkah mengikuti kedua wanita yang berjalan lebih dulu darinya.

Sampai di ruang tamu, Hoseok menganga melihat rumah Yerim yang tidak luput dari seni yang mendominasi tembok-tembok. Yerim yang tampaknya paham segera menarik lengan Hoseok untuk duduk di sofa.

"Ibu, aku akan membuatkan minuman untuk Hoseok Oppa. Jadi, Ibu diam di sini dan temani dia." Eunji mengangguk sembari mengusap surai hitam anaknya dengan terus tersenyum.

Kim Eunji melangkah, ia menjatuhkan pantatnya di sofa yang tak jauh dari keberadaan Hoseok. Hoseok terus menunduk, ia tengah menusun setiap kata yang ingin ia ungkapkan pada keluarga Kim.

Eunji menggeleng ragu, ia menepuk bahu Hoseok lembut. "Apa kau temannya, Yerim?" Hoseok terkejut bukan main, apa ibu Yerim semudah itu lupa dengan orang asing? Ah tampaknya Hoseok harus mengenalkan dirinya lagi.

"Perkenalkan saya Jung Hoseok, saya kemari karena mendapat wewenang dari suami Anak anda. Saya bukan teman anak Anda melainkan saya adalah teman dari Jeon Jungkook," Eunji menahan napasnya. Tiba-tiba saja hawa di rumah ini menjadi panas, ada apa ini semua? Pikirnya.

"Jadi ada apa lagi ini?" Hoseok menundukan wajahnya. Tubuhnya kini kepanasan karena ia bingung bagaimana cara menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi.

"Bisa saya berbicara empat mata dengan Anda?" Eunji menghela napas. Ia memalingkan wajahnya sembari memijit pelipis.

"Apa anak itu juga akan membunuh anakku satu-satunya?" Hoseok terperanjat dengan perkataan Eunji.

"Apa dia belum puas menyiksa keluarga kami?" Tanpa disangka, air mata Eunji menetes begitu saja. Memori dua tahun lalu kembali memutar di otaknya. Eunji tidak membayangkan apa yang akan terjadi dengannya jika Yerim juga pergi untuk selamanya.

Hoseok yang merasa iba memilih untuk berdiri dan mendekati ibu Yerim yang tampak tak tenang. Ia menundukan dirinya di sebelah Eunji, sebelum berkata, Hoseok menarik napas dalam-dalam.

"Ini bukan tentang siapa yang akan Jungkook bunuh, bibi," Eunji menoleh, ia menatap Hoseok dengan tatapan sayu.

"Saya akan menceritakan semua pada Anda tetapi secara empat mata. Saya tidak mau sam-" ucapan Hoseok terpotong ketika Yerim tiba-tiba mucul dengan membawa nampan berisi dua buah gelas minuman.

"Silahkan, Oppa," Hoseok memejamkan matanya, lalu ia menatap yerim dan tersenyum.

Belum sampai pantat Yerim menyentuh sofa, Eunji sudah berkata jika lebih baik Yerim istirahat.

"Baik, ibu." Ikhlas tak ikhlas, Yerim memutar balik badannya dan melangkah pergi dari tempat ini.

Suasana kembali menegang. Hoseok harus siap menerima apapun risikonya jika ia mengatakan ini semua.

Lampu yang menyala remang-remang tampak sedang mendukungnya. Terlebih lagi waktu terus berputar hingga ia tak sadar jika dirinya bertamu di waktu dini hari.

"Bisakah Anda berjanji pada saya untuk tidak memberitahu Yerim jika saya sudah menyampaikan semuanya?" Eunji masih tampak kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa Yerim benar-benar tidak boleh mengetahuinya?" Hoseok mengangguk.

"Baiklah, saya berjanji,"

"Saya memegang perkataan Anda, jika Yerim sampai tahu, saya dan yang lainnya tidak segan-segan berbuat nekat pada Anda," Eunji sudah hapal dengan anak buah Jungkook yang sifatnya tak jauh beda dengan atasannya.

Hoseok menarik napas, lalu ia mulai memberanikan untuk membuka suara. "Jungkook sedang berada dirumah sakit,"

Eunji membelalakan matanya. Walalupun ia sedikit benci dengan menantunya itu, tetapi rasa kekhawatirannya cukup besar.

"Apa yang sedang terjadi?"

"Anda tahu apa pekerjaan menantu Anda, jadi ini semua terjadi karena masalah saham,"

"Jungkook tipe orang yang keras kepala, dan Anda juga tahu itu," Eunji mengangguk paham.

"Jungkook kini sedang lemah. Ia sedang berjuang untuk hidup, bagian perutnya terkena tembakan,"

Eunji meremas ujung piyama yang ia gunakan. Mengapa naluri seorang ibu begitu menjalar di hatinya. Jungkook memang bejat, tetapi Eunji tahu jika ini semua bukan kemauan anak itu.

"Saya memberitahu kepada Yerim jika Jungkook sedang sibuk mengurus pekerjaan, karena saya sudah berjanji apapun yang terjadi tidak akan memberitahu anak Anda apa pekerjaan suaminya, bibi,"

"Jadi apa yang harus saya lakukan?"

"Saya mengembalikan Yerim kepada Anda sampai Jungkook datang sendiri untuk menjemput Yerim. Tugas bibi hanya cukup tutup mulut. Jangan sampai Yerim mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Jungkook,"

"Baiklah, saya akan menuruti permintaan Anda,"

Hoseok menundukan kepalanya. "Bibi, maaf jika perkataan saya tidak sopan, saya hanya menjalankan apa yang harus saya lakukan saja,"

Eunji tersenyum dan menepuk bahu Hoseok. "Saya tahu jika anda anak baik. Saya mohon pada anda lindungi Jungkook. Bagaimanapun dia menantu saya. Dan Yerim masih membutuhkannya, Jung Hoseok,"

"Saya dan yang lainnya akan berusaha melindungi Jungkook. Bibi, tolong bantu doakan Jungkook agar berhasil melawan rasa sakitnya,"

Air mata Eunji menetes begitu saja. "Tidak anda minta, saya juga akan melakukan hal itu,"

Hoseok menghembuskan napas kelegaan, ia tersenyum dan bangkit berdiri. "Bibi, sepertinya saya sudah selesai untuk menyampaikan semuanya. Saya pamit untuk pulang,"

Eunji juga bangkit berdiri. Ia menepuk kedua bahu Hoseok sebagai perandaian jika Hoseok harus kuat. "Hati-hati di jalan, terimakasih sudah membawa anak saya dengan selamat,"

Hoseok membungkukan badanya dan berlalu pergi meninggalkan rumah Yerim dengan perasaan lega.

***

Thanks For Reading^^

𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang