18

1.4K 149 5
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

* * *

Jungkook mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia membuka telapak tangan dan mengarahkannya ke sinar matahari yang menyorot wajah. Silau, putih, tak nampak. Itulah definisi tempat di mana ia berada sekarang.

Sunyi, tak ada suara, hanya keheningan yang menerpanya. Jungkook mengerutkan kedua alis, mencoba menerka-nerka di mana ia sekarang?

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi namun nihil, otaknya tak mampu bekerja. Wajahnya tertunduk. Menatap kedua kakinya yang tanpa alas sama sekali. Kebingungan masih menempati ruang kosong di pikirannya.

Ini di mana?

Pertanyaan itu yang kini terus memutari otaknya. Tempat apa ini? Hanya putih dan berkabut. Bahkan ia tak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana.

Namun kilatan cahaya yang tiba-tiba menyambar pupil mata, membuat Jungkook menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. Cahaya tadi sangat menyilaukan, pupil matanya pun sampai tak kuat menerima intensitas cahaya itu

Kedua matanya kembali terbuka, tetapi yang terjadi sama saja. Hanya kabut putih kosong, tak ada yang berubah. Kilatan cahaya yang belum lama tadi juga hilang tiba-tiba.

Jungkook mengerang kesakitan di bagian kepalanya yang terus berdenyut. Ia meremas rambutnya frustasi, penyakit apa ini? Mengapa sakit sekali? Jungkook yang kian kesakitan akhirnya tumbang. Badannya ambruk lemas tak berdaya. Dan yang terakhir ia lihat hanyalah wanita cantik yang tersenyum kepadanya.

"Kim Yerim, Bangun. Bantu Ibu menyiapkan sarapan!"

Yerim mengeliat, tangannya terulur, merapatkan kembali selimut yang tersibak berantakan. Cuaca hari ini sedikit mendung, dan semalam terjadi hujan ringan, maka dari itu, Yerim kembali mendekap selimutnya. Cuaca memang menuntutnya untuk tetap terpejam.

"Yerim, kau dengar Ibu, tidak?!" Eunji terus berteriak seolah lampu alarm yang menganggu telinga. Yerim sudah hapal bagaimana cara ibu membangunkanya. Cukup dengan berteriak sudah menggemparkan seisi rumah.

"Sebentar, Bu." Yerim hanya menjawab ibunya tanpa berniat bangkit dari ranjang. Ia sangat nyaman dengan posisinya, terlebih lagi cuaca yang sangat bersahabat.

Tetapi ekspetasinya rubuh seketika. Ayahnya tiba-tiba saja membuka pintu Yerim sembari memukul-mukul panci dan menimbulkan suara gaduh yang mengganggu ketenengan Yerim.

Dengan berat hati, Yerim membuka mata namun tidak sepenuhnya terbuka. Ia mengangguk dan mengubah posisi, namun juga tak kunjung bangkit dari ranjang.

Kim Namjeun menaruh panci yang ia pegang. Lengkungan senyumannya tercetak begitu jelas. Anak bungsunya ada di rumahnya lagi. Jujur, Namjeun rindu dengan Yerim.

"Ayah akan mengajakmu ke ladang dan memetik stoberi jika kau bangun sekarang,"

Mendengar kata 'stoberi' membuat Yerim menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar mandi. Kim Namjeun hanya terkekeh atas tingkah anaknya yang sama sekali tak berubah.

Sekitar lima menit berlalu, Yerim keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Yerim tersenyum manis, berlari dan menabrak tubuh ayahnya yang ia rindu. Yerim memeluk tubuh ayahnya erat.

𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang