BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
* * *
Di bawah naungan sinar rembulan. Yerim duduk terpaku dengan punggung tersandar. Bak merpati yang lepas dari sangkar, semua berkas memori yang berdebu buyar dengan liar. Menjelajah kembali masa lalu dirinya yang terlukis buram.
Kedua sudut bibirnya terangkat miris. Menampakan semburat kebahagian yang tampak samar. Seberkas senyuman manis yang mendebarkan hati berhasil membuatnya tertunduk. Melepaskan cairan bening yang lama tertahan.
Hai, sepasang mata yang berbinar, semburat senyum yang selalu berhasil membuat kewarasan Yerim memberontak. Apa kabar? Gadismu merindukan pangerannya.
"Jung, kau di mana?"
Sepenggal kalimat yang selalu ia ucapkan dalam kesendiriannya yang hampa. Yerim melipat lututnya, menaruh kedua tangan, lalu menenggelamkan wajahnya.
"Aku tidak ke mana-mana, Yerim. Aku ada di sini,"
Siapa lagi jika bukan Jungkook yang berucap. Pria itu berdiri di sebelah jendela. Menatap Yerim dengan tatapan sendu. Ia ingin mendekap tubuh gadisnya, tetapi tidak bisa.
"Jung, aku merindukanmu!"
Tangisannya kian menderas. Hatinya terasa sesak, napasnya kian menghimpit. Sakit, sekali. Yerim mati-matian menahan kerinduan, tetapi benar rupanya, jika rindu itu berat. Bahkan dirinya tidak kuat menahan.
Jungkook memijakan langkahnya, mendekati Yerim yang setia menenggelamkan wajah. Tanganmya terjulur, menggapai helaian rambut yang berantakan. Tetapi sama saja, tangannya kembali menembus.
"Jeon Yerim, aku juga merindukanmu,"
Yerim menarik napasnya. Menghirup udara malam yang membuat hatinya tenang. Kepalanya mendongak, memperhatikan langit-langit atap yang dihiasi lampu gantung berbentuk kubus dari kaca.
Ia menoleh dan menatap sofa yang kosong. Hei, Yerim, Jungkook ada di sebelahmu, ia bahkan tak pernah pergi kemanapun. Ia selalu ada untukmu, namun kau hanya manusia biasa yang tak bisa menerima sinyal jiwa yang lepas dari raganya.
"Jung, jika kau pulang, aku akan tidur di sofa dan kau di ranjang. Aku berjanji!" Serunya parau.
Jungkook menggeleng. Ia menggeser tubuhnya, memempatkan posisi di hadapan Yerim. Seolah mereka sedang berbincang satu sama lain. Jungkook mengusap wajahnya furstasi. Kemudian, tatapannya berhenti di mata Yerim yang sembab.
"Aku sudah pulang. Kau tidak perlu berjanji seperti itu. Tidurlah denganku di ranjang. Aku akan memelukmu, memberikan kehangatan semampu yang kubisa, sayang," ujar Jungkook. Tetapi sama saja. Ucapannya tak akan pernah bisa terdengar oleh Yerim.
Kata-Nya, tiada yang mustahil. Apakah mungkin tiada mustahil juga untuk Yerim bisa bersama Jungkook? Jungkook adalah dunia untuk Yerim, dan sebaliknya, 'mungkin.'
Yerim merubah posisinya. Ia menghapus bekas air mata di pipi, menempatkan tubuhnya dengan nyaman di atas ranjang. Tanpa bisa ia rasakan, Jungkook juga terbaring di sampingya. Menatapnya dengan tulus. Yerim, kau tidak sendiri di kamar ini. Jungkook ada, namun kau tidak sadar akan kehadirannya.
"Jung, mengapa kau merebut semua kebahagiaanku? Mengapa kau membuat Jihyun Eonnie, pergi?!"
Jungkook menarik napas dalam, ia menghela napas penyesalan. Seharusnya ia tidak melakukan hal yang membuat gadis itu merasa kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 𝐃𝐄𝐋 𝐀𝐌𝐎𝐑
Fanfiction⚠️TOLONG FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Pernahkah kau merelakan hidupmu untuk menikah dengan seorang mafia yang membunuh kakak perempuanmu? itu sangat sulit dibayangkan. Tetapi, itu semua dialami oleh Yerim. Ia harus menikah dengan Jeon Jungkook untuk mem...