Ting...
Ting...
Ting...Aura terbangun dari tidurnya saat mendengar notifikasi masuk dari ponselnya.
Kamarnya gelap, karena kebiasaan nya yang selalu mematikan lampu sebelum tidur.
Tangan kanannya meraba ke atas nakas untuk mengambil ponselnya yang tadi terdengar suara notifikasi.
"Mana sih hanphone gua" gumamnya saat tidak menemukan ponselnya di atas nakas.
Aura merubah posisi baringnya menjadi duduk. Menyibakkan selimutnya.
Matanya memincing saat ponselnya kembali berdering. Cahayanya merambat ke atas.
"Perasaan gua taro di sini," kepalanya menengok ke arah nakas,lalu kembali lagi ke arah meja belajar.
Kedua kaki nya turun, berjalan sempoyongan ke arah meja belajar.
0895*********
Send a pictureDirinya membuka pesan tersebut.Matanya melebar, kaget. Benarkah? "Anjing!"
"Maunya apa sih!"
^^^^
Pagi kembali menjelang. Matahari mulai muncul dari arah timur. Cahaya sun rise benar benar indah menghiasi langit.Jam menunjukkan pukul enam dini hari.
"Kebo! Bangun Lo" jelita mengguncang tubuh wanita remaja yang hanya terpaut dua tahun saja di atasnya.
Remaja itu tidak menggubris. Menaikkan selimutnya hingga ke atas kepalanya. "Bangun kek! Udah jam berapa ini?! Di omelin mama baru tau Lo" kata jelita dengan menarik selimut remaja itu.
Remaja itu tidak terima. Dia menarik lagi selimutnya hingga terjadi acara tarik menarik selimut hingga jelita sendiri yang mengalah.
"Yaudah gua suruh mama yang bangunin." Katanya lalu turun dari ranjang.
Jelita berjalan menuju ke arah pintu. Melihat kebelakang tapi masih tidak ada pergerakan dari kakaknya itu. Dirinya kembali menghampiri seseorang yang masih tertidur pulas di balik selimutnya yang tebal.
"Despita bangun kek!" Perintahnya. Menarik kencang selimut yang di pakai despita sampai jatuh ke lantai.
"Nyantai bor!"
Terkejut? Tentu saja. Kesal? Apalagi.
Despita mengucek matanya kasar,lalu duduk dengan tatapan menyorotkan kekesalan kepada adik laknat nya itu.
"Mandi! Perawan perawan ko-"
"Gausah bacot. Gua baru bangun! Bawel banget lu jadi orang" sarkasnya. Lalu berdiri di atas tempat tidur.
"Cepet mandi! Gua udah tela-"
"Bawel banget sih?! Sabar! Gua baru bangun. Nyantai aja kali,Lo telat juga paling cuman di suruh muter lapangan doang" jawabnya. Lalu beranjak menuruni kasur. Mengambil handuk yang di sodorkan oleh jelita.
"Cuman Lo bilang?" Jelita berkata membuat despita yang sudah memegang kenop pintu kamar mandi memutar tubuhnya. Menyampirkan handuknya pada pundak kirinya.
"Cuman lari. Gak usah lebay"
"Cuman cuman gitu juga pake tenaga"
"Ya ya ya... Semerdeka Lo! Gua pen mandi" jawab despita. Memutar tubuhnya lalu memasuki kamar mandi, tidak lupa dengan menutup kembali pintunya.
^^^^
"Kenapa lu?" Tanya ila ketika aura memasuki kelas dengan wajah gusarnya.
Aura diam tidak menyahut. Memilih diam. Berjalan dengan pandangan lurus kedepan. Menatap dalam diam semua orang yang tengah memperhatikan. Tujuannya hanya satu saat ini. Duduk di mejanya lalu memikirkan semuanya dalam diam.
"Kenapa tuh?" Ila menengok ke arah belakang. Menatap bergantian ke arah teman temannya dengan aura yang berada di bangkunya.
Nazwa menggeleng. "Tangga yu," ajaknya yang di angguki oleh teman temannya.
"Gua enggak deh. Pen namatin ini dulu" ila mengangkat novelnya sebatas bahu.
"Awas mata Lo jereng kebanyakan baca buku"
Nazwa dkk tertawa. "Doa lu... Kurang bener"
^^^
Nazwa duduk di anak tangga bawah dengan puja dan Tiara duduk di depan mereka dengan lesehan.
"Baru Dateng lu?" Tanya nazwa seakan menyambut kedatangan Reni.
Reni mengangguk dengan daerah mulut sebatas hidung di tutupi menggunakan kerudung. Melewati nazwa,Tiara dan puja di sana.
"Kesini lagi ren!" Kata nazwa, sedikit berteriak karena jarak dengan Reni sedikit jauh.
"Iya"
"Kita bakal di kasih surat peringatan lagi gak ya?" Tanya Tiara.
Nazwa dan puja menoleh secara bersamaan.
"Enggak, nyantai aja" jawab Nazwa acuh. Kaki kanannya ia tumpukan ke kaki sebelah kiri.
"Santai banget lu" Kata puja. Punggungnya bersandar pada tembok yang ada di belakang nya.
"Ya terus gua harus gimana? Panik gitu? Ya enggak lah."
"Lu gak takut gitu?"
"Takut mah takut. Tapi mau gimana? Nasi udah jadi bubur mau di apain. Kalo dapet terima aja gak usah di bikin repot. Tinggal jalanin"
"Kalo beneran dapet?"
"Lu budek apa begimana? Kan tadi udah gua bilang. Tinggal jalanin"
Puja terkekeh, "nyantai wa nyantai"
"Pagi pagi udah bikin naik darah lu"
"Lu bertiga doang? Yang lain kemana?" Tanya despita baru saja datang mengejutkan puja, nazwa dan Tiara.
Mereka bertiga menatap kaget ke arah despita sejenak. Nazwa melihat ke arah pergelangan tangan kanannya ke arah jam besi berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam segini baru Dateng?" Tanya nazwa.
Despita tertawa kecil lalu mengangguk. "Kesiangan boriii"
"Yang lain mana?" Tanya despita.
"Lagi pada di kelas"
Despita mengangguk. "Lu taro tas dulu Sono. Suruh Reni kesini juga" kata nazwa yang di angguki oleh despita.
^^^
"Gimana? Udah Lo kirimin fotonya?" Tanya seseorang dengan memandang sinis sekumpulan adik kelasnya.
Wanita remaja satunya mengangguk.
"Bagus. Sekarang tinggal kita tunggu tanggal mainnya." katanya lalu menyeringai bak devil.
^^^^
Bell yang menunjukkan bahwa jam KBM telah usai berbunyi dengan keras memenuhi seluruh penjuru sekolah. Siswa siswi dari kalangan adik kelas maupun kakak kelas berbondong bondong dengan sedikit berlari untuk mengisi kekosongan perut mereka.Bergerombol. Seorang diri. Berteriak saling menyahut. Bercanda. Bahkan sampai acara suruh menyuruh ikut meramaikan kawasan SMA ini.
"Yu lah. Laper ni" ucap ila yang mendapati anggukan dari ke enam teman temannya.
"Emm... Lo duluan aja gua ke kamar mandi dulu" kata aura.
"Kita emang lagi di kamar mandi kali Ra" balas puja.
Aura menepuk kepalanya pelan. Berkacak pinggang di tengah tengah cermin besar yang terdapat di dalam kamar mandi. "Ma-maksud gua. Gua masih mau lama lama disini. Lu semua duluan aja"
"Mau ngapain lu?" Tanya puja.
"Jangan jangan, jangan jangan lu-haha" imbuh ila.
"Gak lah. Ya kali" balas aura. Berjalan dekat menuju keran. Menyalakan nya, menimbulkan suara percikan air yang berjatuhan mengenai lantai.
"Yaudah kita duluan" aura mengangguk. Mereka pun pergi meninggalkan aura seorang diri.
^^^
"Masuk girls"
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLEMAKER
Teen Fiction[ON GOING] Ini cerita kami, kami memang pengacau tapi bukan berarti kami buruk. Teguran teguran bukan menjadi penghalau bagi kami. Menyesal bukan berarti kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kami merupakan pengaruh besar bagi se...