UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!***
Pagi yang cerah membuat semangat Amel menjadi terbakar. Mengirimkan sinyal kepada otak untuk menyambut hari pertama sekolah yang sangat dinanti-nanti, sebab sudah sekitar dua minggu ia diliburkan pasca ujian kenaikan kelas.
Amel rindu sekali dengan celotehan teman-temannya yang menurutnya, tidak ada bobot sama sekali. Konversasi aneh yang terkadang tercipta disela-sela freeclass membuat Amel merasa terhibur dengan semua itu. Dan, semoga dirinya berada di kelas yang sama dengan teman-temannya.
Tapi Amel tahu, kebahagiaannya itu hanya berlangsung ketika ia berada di sekolah.
Amel menyusuri koridor sekolah yang terlihat cukup ramai, sebab banyak murid yang mondar-mandir untuk mencari kelas barunya.
Dari kejauhan, ia melihat Rara yang juga terlihat sibuk untuk mencari kelasnya. Untung saja Rara sudah memberi tahu kalau ia satu kelas dengan Amel.
Namun, Amel tidak tahu dengan Viola dan juga Katleya. Alih-alih ingin mengejutkan Rara dari belakang, Amel justru jadi kesal karena Rara mengetahui keberadaannya, dan melambaikan tangan padanya sambil berkata,
"AMEEEEELLLL!!"
Yah gak jadi deh, seru Amel dalam hati.
Amel pun menghampiri Rara sambil bertanya, "Vio sama Leya sekelas gak sama kita? Mereka kemana?"
"Gak tau deh, hehehehe."
Namun setelah menanyakan itu, Amel dan Rara dikejutkan dengan kedatangan makhluk astral yang baru saja dipertanyakan keberadaannya.
"WOI PA KABAR BRO?" sapa Katleya mengejutkan Amel dan Rara.
"Anjay! Orgil dateng," kata Rara.
"Heh, orgil-orgal-orgil. Kangen 'kan sama gua?" goda Katleya menaik-turunkan alisnya.
"Yain aja," balas Amel.
"Eh mentemen, kita di kelas 12 IPA 1 nih. Kalian gimana?" Tanya Viola.
"WIUHHH SAMA DONG KITA," pekik Rara histeris.
"HUAHAHAGAGA AKHIRNYA SEKELAS LAGI BROO!"
Dan, mereka semua pun berpelukan untuk merayakan kesamaan kelas seperti yang mereka harapkan.
***
Sepulang dari hari pertamanya sekolah. Amel segera ke kamarnya untuk berganti pakaian. Amel mendengar suara pertikaian dari Ayah dan Ibunya di ruang tamu. Ia tidak heran dengan hal itu karena Amel sudah mendengar mereka bertengkar hampir setiap hari selama 2 tahun terakhir.
Namun respons tubuhnya selalu berbeda. Ia selalu bergetar tatkala mendengar suara bentakan.
Namun, kala itu Amel sudah merasa muak mendengar pertikaian kedua orang tuanya. Amel berusaha menengahi mereka saat itu juga. Ia segera menghampiri Ayah dan Ibunya.
"Pa! Ma! Udahlah. Ngapain bertengkar terus tiap hari?" tegur Amel kesal sendiri.
"UDAH KAMU DIEM!! Kamu itu gak usah ikut campur sama urusan orang tua! Sana belajar, jangan main mulu taunya!" bentak Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Understood? (Complete)
Teen FictionThe best rank: [280520 #2 in pertemuanpertama] [060620 #1 in gangguanmental] Amel, gadis SMA yang didiagnosis mengidap gangguan mental PTSD. Hari-hari yang dilewatinya tidaklah mudah. Setiap hari penyakit sialannya itu selalu kumat. Tetapi semua ber...