PART 4 | JANGAN

383 44 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

"Eh, Din! Stop-stop!"

Amel meminta Dino menghentikan motornya yang akan memasuki kawasan komplek rumahnya.

"Mm, gue turun disini aja. Makasih, ya?" ujar Amel seraya turun dari motor Dino lalu melepaskan helm.

"Eh, kenapa? Emang rumah lo disini?" Dino melihat kanan kiri yang hanya ada pepohonan.

"Nggak. Gue mau ke suatu tempat dulu," jawab Amel seraya menyodorkan helm yang baru Dino beli.

"Loh, kemana? Ini udah malem, lo harus pulang. Nanti kalo ada orang jahat kayak tadi gimana? Hayo, gimana?" gertak Dino.

Amel diam. Apa yang diucapkan laki-laki di depannya ini memang sangat benar, apalagi ini sudah pukul 9 malam. Ayolah! Gadis mana yang keluyuran di jalan seperti ini dengan seragam putih abu yang masih melekat ditubuhnya?

"Iya, gue pulang. Tapi lagi mau jalan kaki aja," alibi Amel

Dino hanya diam. Ia menatap mata gadis itu lekat-lekat, yang ditatap malah salah tingkah dengan kelakuan Dino. Amel pun memukul bahu laki laki itu lumayan keras.

"Udah! Sana pergi! Hush-hush!!" usir Amel terang-terangan.

Gadis itu mengentak kakinya ke aspal lalu berbalik, melangkah menjauhi Dino. Dino masih duduk di motor menatap Amel yang menjauhinya.

"Lo seriusan mau pulang sendiri?" teriak Dino.

Gadis itu sudah berjalan lumayan jauh di depan. Tampak kepala Amel mengangguk tanpa membalikkan badan ke arahnya, juga tangan yang teracung ke atas membentuk huruf O.

Dino menggeleng perlahan lalu tersenyum. "Nggak percaya gue."

Dino melajukan motornya ke depan, menyusul gadis itu yang berjalan sendirian.

"Ayo naik," titah Dino.

"Nggak," tolak Amel singkat dengan masih berjalan tanpa memperhatikan Dino yang mengikutinya di samping.

"Gue anter, titik! Gak ada penolakan," perintah Dino.

Amel diam. Ia tetap ingin berjalan kaki. Paling juga laki-laki ini akan bosan dan pergi meninggalkannya. Amel tertawa dalam hati.

Haha, liat aja nanti.

"Amel," tegur Dino lagi.

"...."

"Amel, naik!" ajak Dino sekali lagi.

"...."

"Amelia Pramesta, ayo cepet naik!" titah Dino tak kunjung menyerah.

"...."

Yang dipanggil tetap santai berjalan kaki tanpa menghiraukan ucapan Dino di sampingnya. Dino menggeleng-gelengkan kepalanya, kesal juga. Ia berhenti menyejajarkan motornya dengan Amel. Dan, ia membiarkan Amel berjalan menjauhinya.

"Keras kepala banget njir jadi manusia. HEH, BOCAH! SINI GAK LU?!" ucap Dino yang berusaha untuk menyamakan posisinya dengan Amel.

"Apaan sih? Sok asik banget. Gak usah ngikutin gue, bisa gak sih?" balas Amel sambil menghentak-hentakan kakinya ke aspal. Jujur, Amel tidak ingin ada yang mengetahui masalah hidupnya.

Terlintas lagi dibenaknya, bayangan orang tuanya yang sedang bertengkar. Amel mempunyai firasat buruk. Ia takut untuk pulang ke rumah, ia takut jika orang tuanya kedapatan sedang adu jotos atau main fisik. Entah kenapa pikiran seperti itu muncul di otaknya.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang