PART 9 | KELEPASAN

312 25 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

Benda pipih tajam itu kini sudah menyayat kulit Amel. Tetesan darah mulai mengaliri pergelangan tangannya. Amel merasa puas, ternyata cutting tidak terlalu buruk.

Amel memejamkan matanya, menikmati setiap rasa pedih yang ditimbulkan oleh irisannya. Rasa sakit pada pergelangan tangannya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

"Boleh juga nih kalo tiap hari gue cutting, haha. Lagian 'kan Papa gue sendiri yang bilang kalo gue itu cuma beban," gumam Amel tersenyum sinis mengingat perkataan Papanya beberapa menit yang lalu.

"AHAHAH, INDAHNYA HIDUP GUE!" Amel tertawa kencang layaknya orang kesurupan.

Aliran darah itu semakin deras. Setelah dirasa cukup untuk menikmati rasa sakitnya, Amel pun langsung ke kamar mandi guna membersihkan darahnya.

Amel berjalan ke arah kotak P3K yang ada di sudut kamarnya. Mengambil satu gulung perban untuk dililitkan pada pergelangan tangannya.

Darah gue banyak juga ternyata.

Setelah selesai membersihkan tangannya dan membersihkan seragam putihnya yang terkena darah, ia pun mengambil satu sweater untuk dikenakan di badannya. Amel pun pergi keluar rumah untuk menjernihkan otaknya. Untung saja ia tidak lagi melihat Papanya di ruang tamu.

"MANG SABENI!" teriak Amel memanggil seorang ojek yang ada di pangkalan dekat rumahnya.

"Ada apa, neng?" tanya Mang Sabeni.

"Mang, anterin ke taman, ya?" pinta Amel berdiri di samping motor Mang Sabeni.

"Loh, gak sekolah?" tanya Mang Sabeni bingung.

"Udah pinter saya, Mang."

"Oalah, yaudah ayo."

Mang Sabeni beranjak dari duduknya menuju motornya yang terparkir di samping Amel. Ia mengenakan helm lalu menyerahkan satu helm miliknya yang lain pada Amel. Amel menyambutnya dengan senang hati.

Setelah mengenakan helm, Amel menaiki motor Mang Sabeni dan duduk di jok belakang. Motor Mang Sabeni pun mulai melaju meninggalkan pangkalan ojek dekat rumahnya.

Sekali-kali keluar dari neraka, boleh lah, ya.

***

Hari ini Dino punya keperluan mendadak di SMA Xaverius. Ia pun berjalan menuju ruang guru yang ternyata sedang mengadakan rapat harian.

Iseng-iseng Dino datang ke kelas Amel untuk mengecek keadaan gadis itu. Namun setelah sampai disana, Dino tidak mendapati presensi Amel yang seharusnya sudah berada di kelas sedari 30 menit yang lalu.

Ia pun merogoh ponsel yang ada di saku celananya. Dan menekan satu panggilan cepat yang langsung terhubung pada Amel. Sayangnya, ponsel gadis itu mati.

"Duh, anjir! Ini anak kenapa gak sekolah, coba?" gerutu Dino.

Dino pun mengalihkan panggilannya kepada orang lain.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang