PART 19 | KEMBALI

243 22 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

Amel terdiam membeku ketika netranya menangkap sosok Dino sedang bersama perempuan lain. Inikah yang Dino lakukan selama Amel bersekolah?

Amel pun segera menghentikan sebuah taksi dan meminta supir taksi untuk mengejar Dino. Namun saat di sebuah perempatan, taksi yang ditumpangi Amel terhenti karena lampu merah. Seketika itu juga Dino menghilang dari pandangan Amel. Ia melihat keluar jendela dengan serius, namun tetap tidak melihat Dino.

Kok tega sih Dino ngelakuin ini ke gue?

Amel pun melihat keluar jendela dengan air mata yang mengalir di pipinya. Amel sudah tak bisa menahan air yang keluar dari matanya itu.

"Neng, ini mau ke mana?" tanya supir taksi bingung.

Amel pun mengarahkan supir taksi itu ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung pergi ke kamarnya dan menangis di sudut kamar. Amel mencoba menelepon Dino, namun tidak ada jawaban dari Dino.

Amel pun memilih pergi keluar rumahnya untuk pergi ke taman yang biasanya Amel datangi. Ia menangis di sebuah bangku yang ada di sudut taman. Muka Amel sudah banjir akan air mata, ia bingung harus melakukan apa.

Sebaliknya dengan Dino yang melihat ada panggilan dari Amel dan melihat pesan yang dikirim Amel, Dino hanya bisa menahan sikapnya karena ia sedang bersama Dewi.

"Siapa, Din?" tanya Dewi.

"Temen gue," jawab Dino ragu.

"Oh." Dewi mengangguk mengerti.

"Yaudah, dilanjut makannya," sambung Dewi.

"Gue ke toilet dulu, ya?" pamit Dino yang hanya dibalas dehaman oleh Dewi.

Respons yang diberikan Dewi membuat Dino teringat pada Amel yang juga sering menjawabnya hanya dengan dehaman.

Dino lalu ke kamar mandi untuk menelepon lagi Amel, namun tak dijawab oleh Amel. Sekali lagi ia mencoba menghubungi Amel, namun ponsel Amel tak aktif.

Dino pun memutuskan kembali menghampiri Dewi. Ia tidak ingin Dewi curiga karena dirinya berlama-lama di toilet.

Dino kembali dengan wajah kusutnya. Sehingga menimbulkan pertanyaan oleh Dewi.

"Kenapa, Din?" tanya Dewi bingung.

Dino menggeleng. "Gak papa."

Dino kembali mendudukkan dirinya di depan Dewi yang tersenyum. Namun, Dino mengabaikan Dewi yang masih betah menatapnya dengan senyuman. Merasa risi, Dino pun mendongak.

"Ngapain lo natap gue sambil senyum gitu?" tanya Dino dengan alis tertaut.

Dewi menggeleng. Ia malah menumpu dagunya dengan tangan, dan terus menatap Dino. Pandangannya tak teralihkan sedikit pun dari Dino.

"Gak usah gitu juga kali natapnya. Gue tau kok kalo gue ganteng," tegur Dino melanjutkan makannya.

"Iya, lo ganteng. Sampe rasanya gue nyesel udah mutusin lo dulu," balas Dewi sendu.

Dino kembali mendongak menatap Dewi. Ia lalu menghentikan makannya. Entahlah, rasanya nafsu makannya sudah hilang ketika mendengar penuturan Dewi.

"Terus?" tanya Dino dengan wajah datarnya.

Dewi menegakkan tubuhnya, ia menatap Dino dengan tatapan sayunya. Ia sungguh-sungguh menyesal akan keputusannya dulu untuk mengakhiri hubungan mereka.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang