PART 10 | MAAF

314 27 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

Dinding serba putih langsung menyapa netranya saat dia membuka mata, Amel terbangun. Amel mengedarkan pandangannya ke sekeliling, namun ia tidak melihat siapa-siapa.

"Gue dimana?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Eh, rumah sakit?" monolog Amel tersadar.

Ingatannya terlempar pada kejadian sebelum dia jatuh tak sadarkan diri. Tadi 'kan ada si kutu kupret Dino, dia nyekal tangan gue, meluk dan—ehh?

"Gue pingsan di pelukan dia?" spontan Amel histeris.

Bulu tangan Amel meremang seketika membayangkan hal menggelikan itu terjadi. Dan ia baru sadar jika perban di pergelangan tangannya sudah diganti dengan perban yang baru.

Ceklek

"Udah bangun?"

Amel agak terkaget dengan kedatangan Dino yang tiba-tiba, tetapi ia berhasil menyembunyikan kekagetannya.

Jadi, dia yang bawa gue kesini?  Batin Amel.

"Ini obat lo. Ayo gue anter pulang."

Dino berbicara setelah tidak ada tanggapan dari Amel, tangannya menenteng kresek plastik putih yang berisi obat-obatan untuk gadis itu.

"Lo kenapa gak bilang punya masalah?" tanya Dino teduh.

"..."

Gadis itu malas menanggapi dan memilih berdiri dari duduknya.

"Thanks. Lo seharusnya gak perlu repot-repot bawa gue ke sini," tutur Amel.

Tak menunggu balasan dari Dino, Amel melewati Dino begitu saja. Ia melangkah keluar ruangan dengan agak terhuyung-huyung.

"Eh, pegangan ke gue." Dino menyodorkan lengannya yang lagi-lagi ditepis gadis itu.

"Mel," panggil Dino lembut.

"Amel," panggil Dino sekali lagi.

Amel masih bersikukuh jalan sendiri, berusaha menetralkan keseimbangannya. Tidak lama, hanya beberapa menit saja hingga ia bisa berjalan dengan sendirinya seperti biasa.

Sementara Dino, laki-laki itu mengejar Amel dari belakang yang berjalan semakin cepat, bahkan hampir berlari.

Tu cewek kenapa, sih? Batin Dino bertanya-tanya.

"Mel! Amel! Tunggu!" teriak Dino yang sudah tertinggal.

Dino berlari mengejar Amel yang berdiri di tepi jalan untuk mencari taksi.

"Gue anter. Ayo," ajak Dino yang ditanggapi gelengan oleh Amel.

"Nggak. Makasih," tolak Amel.

"Mel, jangan batu bisa gak sih?!" tegur Dino mulai habis kesabaran.

Amel menatap Dino diam. Lagi dan lagi, cowok itu membentaknya.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang