UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!"Wi, lo gak akan ngelakuin itu 'kan?"
Dino menatap dewi tak percaya, bisa-bisanya wanita itu mempermainkan dirinya seperti ini.
"Kenapa nggak?" tanya Dewi tersenyum miring.
Dewi terkekeh, lalu menegak segelas wine di tangannya. Ia menatap Dino, menunggu jawaban yang pasti "iya" dari laki-laki itu. Dia senang, ia akan menang kali ini. Dino akan menjadi miliknya lagi.
Tidak ada jawaban, Dino masih mematung di tempatnya terlihat gelisah. Melihat itu, Dewi tertawa renyah. Ia menarik tangan Dino untuk duduk di kursi kosong di sampingnya.
"Udah, minum dulu nih. Biar lo tenang," usul Dewi menyodorkan gelas bening yang sudah dipesannya pada Dino.
Dino tidak langsung menerima, ia menolak mentah-mentah air itu hingga jatuh bercucuran di lantai. Dewi tersentak, tetapi sedetik kemudian ia kembali tenang, dan memesan satu gelas lagi.
"Itu air putih. Jangan nethink sama gue," bantah Dewi yang tentunya tak Dino percayai.
Dino menatap Dewi sinis. Setelah bertahun-tahun mengarungi dunia kekelaman bersama gadis itu, cukup membuat Dino tahu tabiat dari wanita di depannya ini. Dino masih belum memutuskan apakah ia akan menerima kembali bersama dewi, atau membiarkan foto-foto itu tersebar.
Ia tidak ingin memilih keduanya, dia khawatir. Baru saja tadi pagi ia berbaikan dengan Amel, dia khawatir jika Amel akan kembali kecewa kepadanya. Bahkan pilihan yang paling buruk adalah meninggalkannya.
Tak banyak berpikir lagi, Dino bersiap mengambil pisau lipat di saku celananya. Tetapi selanjutnya ia terdiam.
Gue ngapain?
Dino membeku. Ia teringat janjinya pada dirinya sendiri, ia sudah berhenti melakukan hal-hal itu. Mengancam dan hampir membunuh, ia muak dengan kelakuannya di masa lalu.
Jika ada masalah, ia harus menyelesaikannya dengan baik-baik. Tanpa adanya kekerasan ataupun ancaman.
"Kenapa, Din?" tanya Dewi.
Dewi menyodorkan segelas air lagi pada Dino. Dino hanya diam, dia bersikukuh tidak ingin meminum air itu. Dewi mengerti, ia pun menaruh kembali gelas itu di meja bar di belakangnya.
"Jadi keputusan lo?" tanya Dewi agak menundukkan kepalanya ke bawah, berusaha melihat ke dalam manik mata Dino. Kemudian Dewi tersenyum.
"Yaudah, gue kasih waktu sehari buat lo mikir. Besok kita ketemu lagi di tempat yang gue tentuin, gimana?" tawar Dewi.
Kali ini dino menatap mata Dewi, ia lega dengan keputusan wanita itu. Jika harus sekarang, rasanya ia terlalu bimbang. Otaknya tak dapat berpikir atas baik dan buruknya terhadap pilihannya.
"Nih, permen kesukaan kita. Pergi sana!" usir Dewi mendorong pundak Dino sambil berguyon. Ia tahu, Dino tak ingin berlama-lama di tempat ini.
Dewi menyodorkan permen kesukaan mereka berdua sejak dulu. Dewi juga memakannya di hadapan laki-laki itu. Dino yang melihat itu tersenyum. Tenyata sisi positif yang dia sukai dari Dewi masih ada.
Dino pun turut memakan permen pemberian Dewi tersebut. Dan, berlalu pergi dari tempat terkutuk itu.
***
Drrrtt Drrrtt
Drrrtt Drrrt
Dino sangat terganggu dengan suara itu. Ia menghentikan motornya di pinggir jalan dan membuka ponselnya dengan kasar. Tidak tahu kenapa, kepalanya terasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Understood? (Complete)
Teen FictionThe best rank: [280520 #2 in pertemuanpertama] [060620 #1 in gangguanmental] Amel, gadis SMA yang didiagnosis mengidap gangguan mental PTSD. Hari-hari yang dilewatinya tidaklah mudah. Setiap hari penyakit sialannya itu selalu kumat. Tetapi semua ber...