PART 8 | PENOLAKAN

315 27 3
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

"E-ELO?" jerit Amel terkejut ketika menyadari sedari tadi dirinya tidak sendiri.

"Lo kedinginan, kan? Mending pulang, ya?" tawar Dino khawatir pada Amel.

Entah kenapa, Dino lebih mengkhawatirkan Amel daripada dirinya sendiri. Padahal, dirinya pun sudah kedinginan karena angin malam yang membelai tubuh kuyupnya.

"Lo ngapain disini?" tanya Amel datar. Ia tidak suka ketika orang lain melihat sisi lemahnya seperti yang Dino lihat tadi. Dino pastinya melihat dirinya menangis.

"Itu gak penting buat sekarang. Yang lebih penting sekarang, lo harus pulang. Lo harus ganti baju, oke?" ajak Dino bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Amel yang masih terduduk.

Amel tidak membalas uluran tangan Dino. Ia berdiri sendiri lalu melangkah meninggalkan Dino begitu saja. Sementara itu, Dino menghela napas kasar lalu menyusul langkah Amel.

"Amel, tunggu gue!" pinta Dino namun tak digubris oleh Amel.

Dino mencekal tangan Amel yang tidak sedikit pun menghiraukannya. Amel berusaha melepaskan cekalan tangan Dino di pergelangan tangannya.

"Lepasin! Gue mau pulang," tutur Amel berusaha melepaskan cekalan Dino.

"Gue anter," tawar Dino menarik tangan Amel secara paksa.

"Dino! Lo apa-apaan, sih?! Kok maksa gue?" protes Amel berontak.

"Amel, dengerin gue! Ini udah malem, jalanan disini rimbun dan sepi. Terus lo mau pulang sendirian? Yakin sampe rumah dengan selamat?" gertak Dino yang berhasil membuat nyali Amel ciut.

"Pulang bareng gue, ya?" ajak Dino yang diangguki oleh Amel.

Dino dan Amel membelah jalanan kota Jakarta menggunakan motor Dino. Dinginnya angin malam semakin menusuk hingga ke tulang. Membuat Amel beberapa kali menggosok-gosok tangannya lalu ditempelkannya ke pipi.

"DINO, CEPETAN DONG! DINGIN," celoteh Amel dengan sengaja meninggikan suaranya agar Dino mendengarnya.

"OKE, GUE GAS MAKIN CEPET NIH. PEGANGAN," sahut Dino lalu menggas motornya semakin laju.

Kecepatan motor Dino membuat angin malam berhembus terasa lebih kencang dari sebelumnya. Alhasil, dinginnya semakin menusuk saja.

"DINO, JANGAN NGEBUT! MAKIN DINGIN!" dumel Amel memukul bahu Dino.

"TADI LO MINTA CEPETAN," gerutu Dino lalu memelankan kecepatan motornya.

Amel hanya diam, tak ingin repot-repot membalas gerutuan Dino. Ia memilih untuk menghangatkan tubuhnya dengan kembali menggosok-gosokkan telapak tangannya. Lalu ditempelkannya di pipi.

Hingga tibalah mereka di depan rumah Amel. Amel turun dari motor Dino, kemudian melepaskan helm Dino yang belakangan sering ia kenakan. Ia pun menyerahkan helm itu pada pemiliknya.

"Makasih," ucap Amel singkat.

"Sama-sama. Lo gak nawarin gue mampir dulu?" gurau Dino yang mendapat pelototan tajam dari Amel.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang