PART 30 | TERJELASKAN

268 25 4
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

"Tenang, ya? Gue udah di sini sama lo," bisik Dino.

Amel mengangguk di pundak Dino. Setelah lama berpelukan, Amel melepaskan pelukan mereka. Ia menatap Dino dengan senyuman. Ia merasa beruntung memiliki Dino. Dino benar-benar menepati janjinya untuk menjaga dan melindungi Amel.

Dino bangkit berdiri. Ia lalu mengulurkan tangannya pada Amel yang masih terduduk. Amel mencebikkan bibirnya seraya menepis tangan Dino yang terulur. Hal itu membuat Dino mengerutkan dahi, bingung.

"Kenapa? Gak mau pulang? Masih mau di sini?" tanya Dino.

Amel mendengkus kesal. "Katanya peka, tapi kenyataannya enggak tuh!"

Dino terkekeh. "Gue udah peka. Lo masih mau di sini, kan?"

"Ih, enggak!" bantah Amel.

Dino menaikan sebelah alisnya. "Terus?"

"Gue tuh udah beberapa hari gak makan, kaki gue lemes banget. Rasanya kaki gue tuh gak bisa nopang tubuh gue sendiri," cicit Amel menjelaskan.

Dino tertawa kecil. "Bilang aja kalo mau digendong."

"Kalo kaki gue gak lemes juga, gue gak mau digendong sama lo!" elak Amel.

"Iya, iya. Sini, buruan naik ke punggung gue!" titah Dino berjongkok di depan Amel.

Amel tersenyum. Ia lalu menaiki punggung Dino yang dengan sigap menggendongnya. Dino bangkit dan melangkah keluar dari rumah itu. Dino membawanya ke mobil yang dibawa anak buahnya.

"Turun, Mel. Masuk mobil," perintah Dino sesampainya di depan pintu mobil.

Dino melirik Amel melalui pundaknya. "Mel?"

Dino mengernyit bingung. "Lo udah tidur, ya?"

Tidak ada sahutan. Dino pun tersenyum kecil, lalu mendudukkan tubuh Amel ke dalam mobil. Amel melenguh, ia mempererat jaketnya. Dino duduk di samping Amel, ia mendekap hangat tubuh Amel.

***

Keesokannya, Amel terbangun oleh sinar matahari yang mengenai matanya. Aroma wangi masakan pun menyergap hidung yang membuat Amel merasakan lapar.

"Humm ... baunya enak banget," gumam Amel.

Tiba-tiba pintu kamar Amel terbuka, dan menampakan Anjeli yang langsung menghampiri Amel dan memeluknya erat. Pelukan yang sangat Amel rindukan, karena sempat hilang beberapa saat.

Amel tersenyum haru. Pelukan Anjeli pun dibalas pelukan hangat dan erat. Anjeli menangis memeluk Amel, putri semata wayangnya yang sangat ia sayangi.

"Mel, Mama sangat sayang sama Amel," ungkap Anjeli diiringi isak tangis.

"Jangan tinggalin Mama lagi, Nak," sambung Anjeli.

"Iya, Ma. Amel juga sayang banget sama Mama," balas Amel dengan hati senang sekaligus terharu.

"Sekarang kita makan, yuk? Dino udah selese masak di bawah." Anjeli melepas pelukannya, seraya mengusap air mata yang tergenang di pelupuk matanya.

"Ada Dino?" tanya Amel bersemangat.

"Iya," sahut Anjeli tersenyum.

Amel pun bergegas turun dari kasurnya, dan berlari mencari Dino. Sorot mata Amel menemukan seorang lelaki sedang menata piring di meja makan. Amel pun langsung memeluk pria itu dari belakang. Dino yang terkejut dengan perlakuan Amel pun tersenyum, karena Amel sudah kembali di sampingnya dengan sikap yang ceria.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang