PART 15 | MANIS

296 29 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!


"AMEL!!"

"Apaan sih, Vi!" ketus Rara saat Viola ingin menyerobot tempat duduknya.

"Tau nih bocah! Dateng-dateng teriak, udah gitu suaranya kaya toa," celetuk Katleya.

"Mel, lo lagi deket sama anak kuliahan yang waktu itu ya?" tanya Viola pada Amel dan menghiraukan Rara dan Katleya.

"Masa, sih?" tanya Rara tak yakin.

"Tau, nggak? Tadi Amel dianter sama cowok itu," jelas Viola heboh.

"Oh, pantesan Amel mukanya cerah amat. Kek abis dibilas dengan rinso," ledek Katleya.

Amel hanya diam sambil tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya itu. Amel membayangkan Dino yang selalu berada di sisinya.

Setelah pulang sekolah, ternyata sudah ada Dino yang menunggunya. Amel pun bergegas mengambil helm yang diberikan oleh Dino.

"Mau kemana? Langsung pulang, atau ke tempat lain?" tanya Dino.

"Cari makan, yuk?" ajak Amel.

"Mau makan apa?" tanya Dino tersenyum.

"Gimana kalo ke cafe yang waktu itu?" usul Amel.

"Yaudah ayo," ajak Dino menyetujui.

Dino pun segera melajukan motornya menuju tempat yang diinginkan oleh Amel. Setelah sampai, Amel memesan beberapa makanan dan coklat panas sebagai minumnya.

Selesai makan, mereka jalan-jalan melintasi kota yang menjadi saksi bisu kebersamaan Amel dan Dino. Hingga hari menjelang sore dan Dino mengantar Amel untuk pulang.

Sejak saat itu Dino selalu menemani Amel ke mana pun Amel mau. Di sekolah Amel pun, hampir semua siswa tahu kalau Amel dekat dengan Dino.

Hingga suatu hari, Ibu Amel melihat-lihat buku sekolah Amel. Ia memicingkan matanya ketika mendapati nilai harian anaknya yang semakin hari semakin menurun.

Tak lama, terdengar Amel mengetuk pintu dari luar. Hari sudah sore, pasti Amel baru saja jalan-jalan lagi dengan Dino. Ibu Amel pun membukakan pintu untuk Amel.

"Mel, kamu kalo sekolah dulu yang bener. Gimana?" tanya Ibu Amel.

Keduanya masih berdiri di ambang pintu.

"Maksud Ibu apa?"

***

Malam semakin larut, bintang sudah bertengger manis diatas sana bersama sang bulan. Setelah percakapan tadi, Amel tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan perkataan Ibunya.

Sekolah dulu yang rajin, jangan mesra-mesraannya terus yang dirajinin.

Meski diselingi candaan, Amel tetap bisa menangkap maksud Ibunya yang tidak terlalu suka dengan kedekatannya yang mungkin terkesan berlebihan dengan Dino.

Memang sih, Dino yang pertama bagi Amel. Ibunya belum pernah melihat dia bersama laki-laki sedekat itu, kecuali seorang Dino.

Ting!

Ponselnya berdenting, Amel segera meraih telepon genggamnya yang terletak di atas nakas.

Kuota internet anda sudah habis, segera isi pulsa anda....

Amel melengos kesal. Ia berpikir siapa, tenyata dari operator. Membuat mood Amel semakin buruk saja. Amel melempar ponselnya ke tempat semula. Ia mematikan lampu kamarnya lalu memejamkan mata.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang