PART 28 | SIAL

197 24 0
                                    

UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!

"Casing? Ya, gue pernah nyimpen GPS di casing HP-nya Amel!"

Seketika Dino langsung meraih ponselnya yang sudah jatuh mengenaskan di lantai, keadaanya kurang baik dengan touch screen yang hampir remuk. Tetapi untunglah, ponsel itu masih bisa menyala.

Dengan segera dia mengutak-atik ponsel itu, membiarkan jari-jarinya berselancar di papan keyboard dengan cepat demi melacak keberadaan Amel dengan segera. Ia sudah tidak sabar. Amel harus ditemukan secepatnya!

Dino tersenyum puas ketika menemukan titik keberadaan gadis itu yang sudah terlacak di ponselnya. Ia mengucapkan syukur dalam hati, tiada henti.

"Jalan Aksara no. 37? Ini 'kan rumah lamanya?"

Pikiran Dino mulai berkelana ke mana-mana, dengan akhir yang negatif. Tidak mungkin 'kan jika keluarganya yang menculik Amel?

Dino menggeleng dan bersiap untuk ke rumah itu sekarang juga, lebih cepat lebih baik 'kan? Walaupun memerlukan waktu berjam-jam untuk sampai ke tempat itu, tetapi jalan yang sepi akan membantunya untuk sampai lebih cepat.

Ya, Dino sudah bulat dengan keputusannya. Dia keluar kamar untuk menghampiri orang tuanya. Baru saja dia mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, pikirannya langsung tersadar. Ini sudah tengah malam, Ibu dan Ayahnya pasti sudah tertidur.

Dino kembali mengurungkan niat dan memilih untuk mengirimkan sebuah pesan saja untuk Ayahnya di pagi hari nanti. Tanpa menunggu lagi, ia langsung turun ke lantai bawah. Mengambil helm dan menyalakan motornya diam-diam di luar rumah.

Setelah bertemu dengan jalan raya yang ternyata sangat sepi, barulah ia menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli apa pun yang terjadi, ia ingin segera sampai. Amel pasti sedang menunggunya di sana.

***

Benar saja, tanpa banyak kendala dia sampai di tempat tujuan. Dino mendekati gerbang, melihat seseorang yang sejak keberhetiannya terus menatap ke arahnya dengan intens.

Satpam baru? Tanyanya dalam hati melihat perawakan laki-laki itu yang berbeda dari yang dulu dia lihat.

Badan kekar, tato di leher dan di lengan seperti ... preman? Ya, yang melihat pun pasti berpikiran sama sepertinya.

"Maaf sa—" Belum sampai Dino menyelesaikan kalimatnya, laki-laki itu langsung menyentak.

"Kamu siapa? Ada keperluan apa di sini?!" tanya laki-laki itu sangar dengan mata melotot.

Hanya disinari lampu petromax yang digantung di atas membuat suasana menjadi seram.

Sejak kapan ada lampu seperti ini di sini?

Pikiran Dino kembali melayang. Tanpa sadar, ia meneliti lebih jauh ke dalam rumah. Dan benar saja, jika diperhatikan lebih lanjut, rumah ini sudah tidak sebersih dulu. Banyak dedaunan yang berserakan di dekat lantai, juga lampu yang menyala hanya di sebagian tempat. Dan ia berhasil menyimpulkan sesuatu.

"Anda siapa?" tanya Dino to the point.

Kening laki-laki itu mengerut. "Nyasar? Pergi sana!"

Dino mundur, ia berhasil menyimpulkan semuanya. Ia menjalankan motornya ke arah berlawanan. Ia akan masuk ke dalam rumah itu, ada atau tidaknya orang-orang itu.

Dino berhenti di sebuah ruko yang tertutup untuk sekadar menyimpan motornya. Setelah itu, ia berlari ke rumah lama itu mencari celah di mana dia bisa masuk ke dalam.

Understood? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang