UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!"Tadi lo juga motongnya terlalu kecil. Harusnya segini." Dino mengubah letak pisau yang menggantung di atas bonggol jagung.
Tangan Dino lalu menggerakkan tangan Amel yang memegang pisau. Hingga perlahan bonggol jagung tersebut terpotong.
Amel berdecak kesal. "Singkirin tangan lo! Modus banget!"
Dino lalu beringsut menjauhi Amel dengan cekikikan. Ia memang hanya melakukan aksi modusnya. Sebenarnya cara memotong Amel sudah benar.
"Dasar kang modus!" gerutu Amel kesal.
Dino masih cekikikan. Ia kini sedang membersihkan daging ayam di wastafel. Selesai mencuci ayam, Dino memilih membuat bumbu halusnya sembari menunggu Amel memotong-motong sayuran.
Amel masih menggerutu kesal dengan Dino, ia memotong-motong sayuran dengan ritme yang lebih kencang. Hingga tanpa bisa dicegah, tangannya teriris pisau tajam itu.
"Aw," refleks Amel meringis.
Sigap Dino mendekati Amel. Dino membawa Amel menuju wastafel untuk membersihkan darah Amel yang terus mengucur.
"Pedih," ringis Amel membuat Dino mematikan keran wastafel.
Dino mengambil sapu tangan yang berada tak jauh darinya. Ia lalu membungkuskan jari Amel dengan kain itu.
"Bentar, ya? Kotak P3K di mana?" tanya Dino khawatir.
"Dalam almari itu." Dino mengikuti arah pandangan Amel.
Bergegas Dino menuju almari yang ditunjukkan oleh Amel. Setelah memdapatkan kotak P3K, Dino menyuruh Amel untuk duduk di meja makan. Sedangkan Dino berlulut untuk mengobati jari Amel.
"Duduk sini. Gue obatin dulu jarinya," titah Dino yang diangguki Amel.
Dino membuka sapu tangan yang dipenuhi oleh darah Amel. "Maafin gue, ya?"
Amel menggeleng. "Bukan salah lo kok. Gue-nya aja yang kurang hati-hati."
"Tahan, ya?" Amel mengangguk.
Dino pun meneteskan obat merah ke jari Amel yang terluka. Dengan telaten, Dino membungkus jari Amel menggunakan plaster.
Amel tersenyum melihat Dino yang terlihat begitu khawatir. Padahal itu hanyalah luka kecil. Hidupnya indah ketika Dino hadir. Hanya satu yang Amel pinta.
Jangan hanya untuk sesaat, Tuhan.
Dino tersenyum setelah selesai mengobati luka di jari Amel. Ia mendongak menatap Amel.
"Udah selesai," ujar Dino lalu bangkit berdiri.
"Ayo kita lanjut masak," seru Amel berniat mengambil kembali pisaunya.
Namun, Dino segera menjauhkan pisau tersebut dari Amel.
"Lo gak usah ikut masak. Biar gue yang masak," larang Dino membuat Amel cemberut.
"Gue bantu yang lain, ya? Gak pakai pisau. Misalnya bantu goreng ayamnya," tawar Amel yang digelengi oleh Dino.
"Pokoknya lo duduk di sini aja!" titah Dino. Amel pun mengangguk lemah.
Dengan perut lapar, Amel bosan hanya duduk menunggu. Ia menumpu dagunya dengan tangan. Manik matanya sedari tadi mengikuti segala pergerakan Dino yang sudah handal memasak.
"Mel," panggil Dino yang sibuk mengaduk sayur asemnya.
"Hm?" sahut Amel malas.
"Sini deh. Ini pas atau kurang garem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Understood? (Complete)
Teen FictionThe best rank: [280520 #2 in pertemuanpertama] [060620 #1 in gangguanmental] Amel, gadis SMA yang didiagnosis mengidap gangguan mental PTSD. Hari-hari yang dilewatinya tidaklah mudah. Setiap hari penyakit sialannya itu selalu kumat. Tetapi semua ber...