UNDERSTOOD?
.
.
.
.
.
HAPPY READING!Mereka terus berbincang-bincang sampai akhirnya tak terasa sudah di parkiran salah satu mall terbesar di daerah itu. Dino kembali menggandeng tangan Amel, gadis itu agak risi tetapi dia mencoba untuk membiasakannya. Tak jarang pula entah takdir atau bagaimana, dia banyak bertemu teman-temannya di sini.
"Lo mau buku apa?" tanya Dino.
"Mm ... yang fiksi. Kita ke sana yuk?" ajak Amel yang diangguki Dino. Dino hanya membuntuti Amel yang melangkah menuju jejeran novel.
"Eh, Mel. Ini buku latihan UN, kita beli ya?" tanya Dino meminta persetujuan.
"Buat siapa?" tanya Amel bingung.
"Buat lo. Buat siapa lagi?" balas Dino.
Amel mengerutkan dahinya tak mengerti. "Kan UN masih lama, rajin bener beli begituan segala."
"Biar lo lulus. Dan dapet univ impian lo," tutur Dino.
Amel menaikkan sebelah alisnya, bibirnya tersenyum. "Perhatian banget jadi pacar."
Dino tersenyum dan mengacak-ngacak rambut gadis itu.
"Iya dong. Pacarnya siapa coba?"
"Amel dong," goda Amel menaik-turunkan alisnya.
"Ih, udah jago ngegoda ya! Belajar dari siapa, heh?" tuding Dino membuat Amel terkekeh.
"Elo lah! Kan elo sering godain gue!"
Dino meringis. "Adegan gue yang itu bukan untuk ditiru."
"Gimana gue gak niru? Larangannya aja gak ditulis di jidat lo!" sentak Amel membuat Dino tertawa.
"Dih, malah ketawa."
Amel melangkah meninggalkan Dino. Ia ingin membeli novel, bukan buku untuk persiapan UN. Tetapi Dino bersikeras, ia mengambil satu buah buku tebal persiapan UN.
Selesai membeli novel-novel, keduanya memutuskan untuk pulang karena hari yang sudah sore. Hanya hening yang ada sepanjang perjalanan mereka pulang. Dino yang fokus mengemudi, dan Amel yang menatap ke luar jendela.
"Mel?" panggil Dino kemudian.
"Hm?" sahut Amel tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela.
"Besok gue ke rumah lo, ya?" Dino meminta izin pada Amel.
Amel mengalihkan pandangannya ke arah Dino yang masih fokus menyetir. "Ngapain?"
"Kok tanyanya ngapain? Kayak gue gak boleh aja main ke rumah lo," papar Dino cemberut.
Amel mengulum senyumnya. "Besok 'kan minggu? Jadi ngapain lo ke rumah gue?"
"Jadi guru private lo," ungkap Dino yang membuat Amel tak paham.
"Maksud lo?" tanya Amel meminta penjelasan.
"Belajar bareng. Kata Mama lo, nilai lo setiap harinya terus menurun. Jadi mulai besok, gue bakal jadi guru buat lo." Amel manggut-manggut mengerti.
"Oh, cuma guru?" gumam Amel membuat Dino meralat ucapannya.
"Eh, bukan cuma guru. Tapi pacar yang rela pindah profesi menjadi guru sekaligus," ralat Dino yang sukses membuat Amel terbahak.
"Jadi boleh, kan?" tanya Dino setelah tawa Amel mereda.
Amel mengangguk. "Bolehlah. Kapan lagi belajar sama pacar yang rela jadi guru sekaligus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Understood? (Complete)
Teen FictionThe best rank: [280520 #2 in pertemuanpertama] [060620 #1 in gangguanmental] Amel, gadis SMA yang didiagnosis mengidap gangguan mental PTSD. Hari-hari yang dilewatinya tidaklah mudah. Setiap hari penyakit sialannya itu selalu kumat. Tetapi semua ber...