Note: Maafkan jika ada typo yang berterbangan. Maklum manusia banyak kekurangannya.
SELAMAT MEMBACA
🌻
"Makin ke sini lo jadi tambah ngeselin banget dah, Wa."
-Dewi Rosalina Anggraeni-
•••
"Lis, gue nebeng ya?"
"Boleh. Tapi lo ikut gue ke rumah nenek mau nggak? Soalnya ini ada titipan dari nyokap buat nenek gue."
Dewi cemberut. Andai kakaknya pulang. Ia akan meminta untuk diantar jemput disaat motor kesayangan sedang sakit.
"Enggak usah deh, gue malah ngrepotin lo."
"Sama sekali nggak ngrepotin. Lagian kalau lo nggak bareng sama gue, lo mau bareng sama siapa? Senja juga udah dijemput tadi."
Benar juga apa yang dikatakan Lisa. Kalau dirinya menunggu angkot, belum tentu juga ada angkot.
"Ya udah gue ikut lo. Tapi beneran, kan, gue nggak ngrepotin?"
"Kayak sama siapa aja, sih, Wi. Kita udah janji, kalau kita bertiga itu sahabat selamanya, bahkan udah kayak saudara. Susah senang kita sama-sama."
Dewi terharu akan ucapan Lisa. Ya, sahabat selamanya. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita selain takdir.
"Dewi pulang sama gue."
Dewi dan Lisa menoleh ke belakang. Terdapat Dewa yang menentang tasnya. Dengan langkah cepat, Dewa menarik pergelangan tangan Dewi dan membawanya parkiran sekolah.
"Lepasin Dewi, Wa!"
"NGGAK! Dewi pulang sama gue. Lo duluan aja sana. Ganggu aja."
Lisa kesal dengan Dewa yang asal menarik Dewi darinya. Dia kira Dewi apaan.
"Udah, Lis, lo duluan aja. Dewa emang gitu, penginnya deket-deket mulu sama gue. Padahal kan dia bukan pacar gue. Aneh kan ya?"
"Apa lo bilang? Gue nggak sudi punya pacar kayak lo ya!" sahut Dewa menanggapi ucapanku.
"Lo diem aja kutil kuda. Di sini lo peran antagonis, mendingan mandi kembang tujuh rupa biar jadi malaikat bukan iblis kayak sekarang," ujar Dewi kesal. Bisa-bisanya Dewa menyahut ucapnya.
Sedangkan Lisa hanya diam memandangi Dewa dan Dewi dengan raut datar. Anggap saja Lisa nyamuk yang.
Jadi? Gue disuruh lihat suami istri berantem?
"Udah ah gue mau pulang. Babay, suami istri."
Lisa melambaikan tangannya kearah Dewa dan Dewi yang menatap Lisa dengan wajah marah.
"Sekarang, anterin gue pulang," ucap Dewi yang langsung duduk di motor Dewa.
"Nggak mau. Gue tadi cuma ngerjain lo aja biar pulang naik angkot. Kalau nggak ada angkot biar jalan kaki sampai rumah kayak gelandangan."
WTF! Dewi kesal, kesal, sangat kesal dengan Dewa. Apa-apa dirinya disamakan dengan gelandangan.
"Enak aja lo, Wa. Pokonya nggak mau tahu. Lo harus nganterin gue pulang dengan selamat tanpa ada lecet sedikit pun," ujar Dewa sembari mempraktekkan dengan kedua tangannya.
Dewa menatap Dewi datar. Seolah dirinya menyesal telah melancarkan ide dari Juna gila itu. Awas saja, dipastikan jika Dewa bertemu Juna, dia akan memukulinya dengan keras. Ingatkan wahai readers.
"Tapi bayar ya?"
"Ck! Nggak ikhlas ya lo?"
"Emang. Niat gue kan cuma ngerjain lo tadi."
"Makannya jangan suka ngerjain orang."
"Orang tadi dikasih ide sama Juna. Rugi kalau nggak digunain."
"Ye si tolol."
***
"BANG SAT."
Dewa yang mendengar panggilan Dewi kepada yang ia yakini adalah kakaknya dengan sebutin Bang Sat.
"Ebuset malah ngatain," gumam Dewa tak percaya.
Dewi mendekap Abangnya itu dengan erat. Mengingat jika Abangnya itu baru pulang setelah tiga tahun kuliah di Amerika.
"Dek, lo tadi ngumpat ya?" tanya Satya-Abang Dewi.
"Enggak lah. Kan bener, Bang.Sat. Abang Satya," jelas Dewi dengan muka gemasnya.
"Jangan Bang Sat juga kali, Dek. Mendingan panggil Abang sayang aja, biar dikira pacaran gitu," saran Bang Satya kepada Dewi. Sedangkan Dewi memutar bola mata malas dan menjitak kepala Bang Satya.
"Makannya cari pacar biar nggak jomblo. Bukannya malah ngajak adiknya pacaran."
"Gue nggak nggak ngajak lo pacaran ya, Dek."
"Menurut gue sama aja. Udah ah gue mau ke kamar, mandi, terus maraton Drakor sambil ngemil. Bayangin aja udah ngiler gimana nanti jadinya," jelas Dewi lalu melangkah memasuki rumahnya.
Hingga teriakan menyadarkan dirinya.
"Dek, lo lupain pacar lo?"
Ia lupa jika masih ada Dewa. Jadi? Sedari tadi Dewa melihat tingkahnya dan kakaknya?
Segera Dewi menoleh ke belakang tepat di arah Dewa dan tertawa malu.
"Dewa, lo pulang aja ya. Makasih udah nganterin. Gue masuk dulu bye!"
Belum sempat Dewa menjawab ucapan Dewi. Kalimat Bang Satya membuat Dewi kesal dan ingin melenyapkan Bang Satya ke laut lepas.
"Lo pacarnya Dewi? Masuk aja nggak pa-pa. Sekalian kenalan sama calon mertua."
Dewi melihat Bang Satya merangkul Dewa semangat dan mengajaknya masuk ke dalam rumah meninggalkan Dewi yang kesal bukan main.
"Dia bukan pacar gue Bang Sat."
"Jujur aja nggak pa-pa, Wi. Gue restuin kok."
Bang Satya dan Dewa menghilang dari penglihatan Dewi. Benar-benar ia kesal kepada Abang satu-satunya itu.
Salah nggak, sih, bunuh Abang sendiri? Rasanya Dewi ingin membunuh Bang Satya segera.
"Sabar ya, Wi. Ini salah lo. Niatnya mau ngerjain balik Dewa, malah lo kena imbasnya. Lo emang bodoh, Wi. Masa gitu aja gagal. Senjata makan tuan lagi. Parah emang."
🌻
Bang Satya udah restuin aja hubungan Dewa sama Dewi.
Kira-kira para readers restuin mereka enggak?
•••
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI KOLOM KOMENTAR YA!
VOTE, KOMEN, SHARE, AND FOLLOW!
Salam Manis😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Dewi [COMPLETED]
Teen FictionCOMPLETED "Lihatinnya biasa aja kali. Gue tahu gue ganteng." -Dewa Junior Fajry "Siapa juga yang lihatin lo! Gue cuma penasaran aja kenapa kok lo enggak cantik kayak gue." -Dewi Rosalina Anggraeni Kehidupan Dewa dan Dewi penuh pertengkaran antara ke...