Note: Maafkan jika ada typo yang berterbangan. Maklum manusia banyak kekurangannya.
SELAMAT MEMBACA
🌻
"Aneh nggak, sih, kalau kita pacaran? Secara kita sering berantem, sering adu mulut, bahkan balas dendam itu pasti kita lakuin. Pokoknya aneh aja rasanya."
-Dewa & Dewi-
•••
"Ayo pulang. Dewi nggak mau di sini, Bang Sat," lirih Dewi sembari menarik-narik lengan Bang Satya.
Dewa malah tertawa karena ucapan Dewi yang memanggil Bang Satya dengan panggilan seperti mengumpat.
Kak Keenan pulang karena ada urusan. Sedangkan Juna dan Fajar pulang karena suruhan Dewa saat tiba di rumah sakit.
Bang Satya menarik lengannya cepat membuat Dewi hampir terjatuh dari ranjang. Untungnya Dewa dengan sigap menolong Dewi.
"Kira-kira dong, Bang. Kalau gue jatuh gimana?" Dewi menatap sinis Abangnya itu. Awas saja jika dirinya sudah tidak lemah lagi, ia akan membalaskan dendamnya kepada Bang Satya.
"Ada Dewa juga masih mau marah-marah. Berterimakasih sama Dewa, bukan malah marah sama gue," ujar Bang Satya berjalan mundur dan duduk di bangku yang berada di ruangan tersebut.
"Ya udah gue tanya sama Dokter dulu, ya?" ucap Dewi lembut. Tangannya mengacak-acak rambut Dewi gemas. Lalu mencubit hidungnya dan mengusap luka Dewi dengan amat lembut.
Dewi mengangguk. Memang Dewa lah yang pengertian daripada Abangnya.
Terjadilah adu mata setelah kepergian Dewa dari ruangan. Dewi menatap sengit kearah Abangnya, begitupun dengan Bang Satya.
Bang Satya menghela napas. Dia tidak bisa seperti ini. Lalu, Bang Satya berdiri berjalan menghampiri Dewi dan dipeluknya erat-erat. Mengusap rambutnya penuh kasih sayang. "Abang bukannya nggak mau turutin apa mau kamu, tapi Abang nggak bisa lihat kamu terluka. Abang pengin kamu sembuh total, baru boleh pulang."
"Maafin Dewi, Bang," lirih Dewi merasa bersalah kepada Abangnya.
"Nggak pa-pa," ujar Bang Satya melepaskan pelukannya.
Ceklek.
"Dokter bolehin lo pulang."
Seketika Dewi semangat. Saking semangatnya Dewi melepaskan infus-nya sendiri. "Arghhh."
"HAHAHAHA."
***
Akhirnya Dewa, Dewi, dan Bang Satya sudah sampai di rumah Dewa. Sengaja ke rumah Dewa terlebih dahulu karena ada sesuatu yang ingin Dewa katakan kepada Dewi.
"Bang, sana lo pulang aja. Gue nggak suruh lo duduk," ujar Dewa mengusir saat Bang Satya baru saja menundukkan pantatnya di sofa.
Bang Satya bodoamat dengan apa yang Dewa bilang. Dirinya malah mengangkat kakinya ke meja dan mengambil makanan yang ada di meja dan dimakannya. Tak lupa TV yang menyala.
Dewa berpikir, yang mempunyai rumah dirinya atau kakak iparnya?
"Kita di luar aja. Biarin gajah bengkak enak-enak di sini, kasihan juga masa kecilnya kurang bahagia."
Dewa dan Dewi sepontan tertawa, melupakan Bang Satya yang menatap keduanya tajam. "Gue manusia bukan gajah bengkak!"
"Emang kita ngomongin lo? Sotoy amat, yah, kepedean, Hahahah," celetuk keduanya bersamaan dan berlari pergi meninggalkan Bang Satya.
"Untung sayang," gumamnya sembari mengelus dada.
***
Kolam renang lah tujuan Dewa dan Dewi. Karena hari mulai sore, sepertinya kalau berenang lebih asik.
Dewi duduk di tepi kolam diikuti Dewa. Kepala Dewi bersandar di bahu Dewa dan kepala Dewa bersandar di kepala Dewi. Jika saja ada orang yang melihatnya, sudah dipastikan mereka akan mengira jika keduanya sepasang kekasih.
"Ternyata, kita itu sahabat, Wa."
Dewa terbelalak tapi masih dengan posisi tadi. Dalam benaknya, darimana Dewi tahu semua ini? Apa mungkin Bundanya menemui Dewi dan berbicara tentang ini.
"Kok lo tahu?" tanya Dewa mengangkat kepalanya, begitu pula dengan Dewi.
Menatap mata Dewi, memegang pundaknya, itulah yang dilakukan Dewa saat ini.
Dewi terkekeh.
"Sebenernya, sih, gue udah tahu. Cuma pura-pura nggak tahu aja, eh, ternyata, lo nggak inget sama gue! Parah emang! Sahabat macam apa kau ini?"
Tawa itu membuat hati Dewa menghangat. Dan kini, Dewa benar-benar yakin kalau dirinya telah mencintai Dewi dan dirinya juga yakin jika Dewi adalah pasangan hidupnya.
"Gue kalau nggak dikasih tahu sama Bunda, gue nggak bakal tahu kalau lo sahabat kecil gue," jelas Dewa menatap Dewi, lalu sesekali menjulurkan lidahnya ke wajah Dewi. Hal itu membuat Dewi kesal dan memukul mulut Dewa lumayan keras, "Sakit tai!"
"Di WC banyak," ujar Dewi kesal.
"Bukannya itu tai lo, ya?" goda Dewa dengan alis dinaik-turunkan.
"Kalau ngomong itu loh, bener banget." Diakhiri dengan tawa keduanya.
Aneh memang saat mengetahui jika sahabat kecilnya adalah seseorang yang dia cintai saat ini. Tapi, ternyata aneh tidak selamanya aneh.
Tangan Dewa mengusap luka goresan silet. Dewi meringis karena Dewa menekan bagian lukanya. "Jangan di tekan juga kali, Wa."
"Nggak pa-pa. Gue suka kalau lo tersiksa."
"Tai emang."
"Ngapain bilang tai? Lo mau makan tai?"
Pletak.
"Pikir aja, Wa. Mana bisa tai dimakan," gerutu Dewi kesal. Otak Dewa kayaknya sedang konslet.
"Di dunia ini tidak ada yang tidak bisa. Buktinya gue bisa cinta sama lo-" Dewa mengusap wajahnya kasar dan berpaling ke arah lain.
Kenapa dirinya bisa keceplosan seperti ini? Terbongkar sudah apa yang selama ini ia sembunyikan.
"Lo cinta sama gue?"
Tuh, kan, bener. Dewa frustasi sendiri. Kenapa ia sampai mempunyai mulut yang licin seperti mulutnya ini.
"Salah denger kali," elak Dewa. Mana mungkin dirinya jujur jika ia mencintai Dewi. Kalaupun jujur, belum tentu, kan, Dewi membalas cintanya?
"Gue cinta sama lo, Wa."
Dewa tidak salah dengar, kan? Langsung Dewa menatap Dewi dengan intens. Tapi...
"Tapi boong, yahh..."
Dewi tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Dewa menatap Dewi sedatar-datarnya. Apa harus perasaan cintanya di percandakan seperti ini?
Dewa berdiri. Meninggalkan Dewi yang diam seribu bahasa. Dirinya merasa bersalah. Lalu ia ikut berdiri menyusul Dewa dan dipeluknya dari belakang dengan sangat erat.
Tubuh Dewa membuka bersamaan dengan kalimat yang diucapkan Dewi.
"Gue beneran cinta sama lo. Sekarang, kita pacaran beneran, ya? Nggak pura-pura."
🌻
Hallo gaes! Berjumpa lagi dengan I'm yang imut ini, hahaha. Jangan iri, jangan iri. Mending jangan gori, enak dimakan.😆
Suka nggak Part kali ini?
Dewa Dewi udah resmi pacaran loh? Seneng nggak?
Salam Manis 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Dewi [COMPLETED]
Teen FictionCOMPLETED "Lihatinnya biasa aja kali. Gue tahu gue ganteng." -Dewa Junior Fajry "Siapa juga yang lihatin lo! Gue cuma penasaran aja kenapa kok lo enggak cantik kayak gue." -Dewi Rosalina Anggraeni Kehidupan Dewa dan Dewi penuh pertengkaran antara ke...