Note: Maafkan jika ada typo yang berterbangan. Maklum manusia banyak kekurangannya.
SELAMAT MEMBACA
🌻
"Memang benar aku bukan orang pertama yang ada di hatimu. Tapi, akanku pastikan jika aku adalah orang terakhir yang ada di hatimu."
-Dewa Junior Fajry-
•••
"Ngapain lo suruh gue datang ke sini?" sinis Dewa sambil menarik kursi ke belakang dan menundukkan pantatnya ke kursi tersebut.
Kak Keenan terkekeh. Dirinya memang sengaja menyuruh Dewa untuk datang ke sebuah restoran ternama di Jakarta. Ada sesuatu yang harus ia katakan.
"Santai kenapa, Wa? Sinis banget lo sama gue."
Dewa mencibir, "Tadi aja pas di depan Dewi manggil gue pake aku-kamu, sekarang ganti jadi lo-gue."
Kak Keenan terkekeh lagi. Dewa kira, dirinya tidak geli saat memanggil aku-kamu kepada Dewa? Jelas geli. Ia saja sampai rumah setelah mengantar Dewi pulang langsung tertawa terpingkal-pingkal saat mengingatnya.
"Nggak pa-pa, lah! Di depan mantan pacar itu harus baik sama pacarnya," ujar Kak Keenan menekankan kata pacar.
"Hilih sik-sikin li!" ucap Dewi sembari mencibirkan bibirnya kesal.
"To the point aja! Gue itu sibuk!" ujar Dewa berubah garang dan menatap tajam Kak Keenan.
Kak Keenan juga menatap Dewa tepat di matanya. Mencoba mencari sesuatu yang berada di mata Dewa. Kak Keenan menganggukkan kepalanya tanda sudah mengerti. Sedangkan Dewa bingung melihat tingkah orang yang ada di hadapannya ini.
"Lo ngapain kek gitu? Sakit, tuh, kepalanya?" tanya Dewa polos dan dibalas oleh Kak Keenan dengan satu jitakan.
"Ngapain tiba-tiba jitak gue? Nge-fans ya sama dahi gue?" ucap Dewa dengan sok-nya sembari mengelus dahinya.
"Sorry, gue itu orangnya setia. Udah cukup satu dahi aja, nggak usah lebih. Nanti orang-orang pada suka lagi gue punya dahi dua, kan, berabe kalau nanti gue kejar-kejar," ujar Kak Keenan percaya diri. Sepertinya, Kak Keenan tertular virus kepedeannya dari Dewa.
Dewa berdiri, bersiap-siap untuk memukul Kak Keenan dengan tangannya yang kini sudah mengepal. Dirinya kesal sedari tadi Kak Keenan hanya bermain-main dengannya.
"Gue nggak main-main sama lo. Gue itu cuma basa-basi aja, biar akrab gitu." Kak Keenan memainkan jarinya sembari mengucapkan kalimat itu tadi. Dan Dewa kembali duduk di tempatnya.
Dewa kesal. Kenapa dia bisa tahu apa tentang jalan pikirannya? Apa iya dia cenayang?
"Bukan cenayang tapi indigo," jelas Kak Keenan dengan santainya.
Sama sekali tidak Dewa bayangkan. Mungkinkah sedari tadi ia mengumpat dan dia tahu?
"Iya gue tahu kenapa?"
Matanya yang sinis tak lepas dari Kak Keenan. "Cepetan! Mau ngomong apa! Gue sibuk."
"Nggak tanya."
"Cuma ngasih tahu doang."
"Ck!"
Mereka berdua beradu tatap lagi. Dewa dengan mata tajamnya dan Kak Keenan dengan mata memastikan.
"Lo cuma pura-pura pacaran sama Dewi dan sebenernya lo berharap bisa pacaran beneran sama Dewi. Tapi, Dewi nggak tahu akan hal itu. Dan lo mencoba biasa saja meskipun dalam hati lo, lo sangat berharap Dewi jadi pasangan hidup lo."
Pernyataan itu mampu membuat Dewa membeku. Rahasianya sudah terbongkar oleh Kak Keenan. Dengan ragu, ia membuang napas dan mengangguk.
"Jangan bilang sama Dewi," lirih Dewa yang masih bisa didengar. Dewa tidak mau semua rencana yang telah ia persiapkan dari jauh, harus gagal jika Kak Keenan memberitahu Dewi.
Kak Keenan berdiri, menepuk bahu Dewa pelan lalu berbisik, "Gue harap, lo bisa jaga Dewi, Wa. Jangan buat dia sedih kayak gue yang pernah buat dia sedih."
Setelah kepergian Kak Keenan. Dewa mulai melamun. Sebelum suara aneh dari perutnya membuat dirinya sadar.
Kregg...(anggap aja suara perut bunyi)
"Arghh, Keenan tolol! Kenapa tadi dia nggak pesen makanan, sih?! Dia enak-enak udah makan, lah gue belum," kesal Dewa menatap piring yang ada dihadapannya bersih tanpa sisa.
"Keenan doyan juga. Makanan nggak sisa gitu, cuma sisa piring. Oh ya, kenapa nggak sekalian piringnya di makan, ya? Ah, Dewa, lo mulai gila ngomong sendiri," lanjut Dewa berucap monoton.
Dewa beranjak dari tempatnya. Melangkah pergi dari restoran. Dewa pergi dari restoran dengan kepala menunduk karena ia sama sekali tidak memesan apa-apa.
"Gue udah buat rencana dan lo harus setuju sama rencana gue."
Langkah Dewa berhenti saat mendengar kalimat tersebut. Merasa kenal siapa yang mempunyai suara itu, Dewa kembali duduk di tempat yang dekat dengan orang itu.
Terlihat jika orang itu sedang berbicara dengan seseorang yang di hadapannya. Dewa tahu siapa mereka.
"Apa rencana lo?"
"Gue udah ngajak Dewi buat nonton bioskop besok Minggu dan untungnya Dewi setuju. Setelah itu, lo laksanakan apa yang gue suruh tempo hari."
"Lo serius? Nggak ada yang bakal curiga?"
"Tenang. Gue udah pastiin semuanya. Cuma lo sama gue yang tahu."
"Oke. Gue setuju. Tapi, gue boleh, kan, sedikit main-main sama Dewi?"
"Dengan senang hati. Buat dia sengsara! Biar Dewa nggak mau sama dia lagi."
"Deal!"
Tangan Dewa mengepal. Hal yang tidak ia sukai adalah menahan diri di saat orang yang di sayang terancam. Sekali ini saja Dewi mencoba menahan agar tidak membuat keributan di restoran, hanya gara-gara rencana gila mereka itu.
Ia segera beranjak pergi dengan penuh emosi. Menghubungi seseorang yang ia yakini dapat membantunya.
🌻
Kira-kira siapa mereka yang berencana buat mencelakakan Dewi? Dan mungkinkah Dewi akan selamat?
Yuk cari tahu jawabannya di cerita selanjutnya ya gaes. Langsung cerita ini ditambah ke perpustakaan, kalau bisa ke reading list, biar kalian tahu aku updatenya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI KOLOM KOMENTAR YA!
VOTE, KOMEN, SHARE, AND FOLLOW ME!
Salam Manis 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Dewi [COMPLETED]
Teen FictionCOMPLETED "Lihatinnya biasa aja kali. Gue tahu gue ganteng." -Dewa Junior Fajry "Siapa juga yang lihatin lo! Gue cuma penasaran aja kenapa kok lo enggak cantik kayak gue." -Dewi Rosalina Anggraeni Kehidupan Dewa dan Dewi penuh pertengkaran antara ke...