19. Ajakan

172 42 33
                                    

Note: Maafkan jika ada typo yang berterbangan. Maklum manusia banyak kekurangannya.

SELAMAT MEMBACA

🌻

"Terkadang kita harus berakting untuk menutupi rasa yang ada. Agar dia tidak tahu apa yang sebenernya kita rasakan. Meskipun sakit, tapi itulah jalan yang terbaik."

-Dewa Junior Fajry-

•••

Lintang menarik tangan Dewi ke sebuah taman yang berada di SMA Alantas. Hanya mereka berdua yang kini berada di taman karena bel masuk jam pertama sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan untungnya, guru yang mengajar di kelas mereka datangnya akan sedikit terlambat.

Mereka berdua duduk di bangku taman dengan Lintang menatap Dewi lalu beberapa detik kemudian ia menunduk.

"Lo mau ngapain ngajak gue ke sini? Mau macam-macam sama gue?" ujar Dewi penuh rasa curiga. Pantas saja jika Dewi curiga karena Lintang adalah salah satu orang yang tidak menyukainya dan mencari masalah dengannya.

Kepala Lintang mendongak, menatap manik mata Dewi, membuat rasa curiganya semakin membara.

"Gue minta maaf."

Dewi tidak percaya! Lintang meminta maaf kepadanya? Segera Dewi melihat mata Lintang, mencari apakah ada kebohongan di matanya. Dan Dewi tahu apa jawabannya.

"Gue udah maafin lo. Ya, meski lo nggak tulus, gue tetep maafin lo kok," jelas Dewi mencoba tenang.

Mana mungkin dirinya tidak memaafkan Lintang. Mungkin dirinya belum tulus, tapi siapa tahu nantinya akan benar-benar tulus.

"Tulus, gue tulus kok minta maaf sama lo, beneran," jawab Lintang cepat sambil menggenggam tangan Dewi.

Dewi mengangguk. Melepaskan genggaman tangan Lintang. Jujur saja, dirinya tampak risih jika diperlukan seperti ini kepada seseorang yang sebelumnya membuat masalah dengannya.

"Ya udah gue minta maaf. Maaf curiga sama lo," balas Dewi. Detik kemudian Lintang memeluk tubuh Dewi dengan eratnya.

Gampang banget ya bodohin lo, hahah.

"Kapan-kapan jalan bareng yuk sama gue? Mau nggak? Ya, kayak tanda permintamaafan," ajak Lintang sembari melepas pelukannya.

Mungkinkah dirinya harus menerima ajakan dari Lintang? Tapi, dalam hatinya sangat menolak ajakan tersebut.

"Kemana?"

"Mmm...ke bioskop mau nggak? Lihat Mariposa?"

"Boleh. Kalau gue ajak sahabat gue gimana?"

Kepala Lintang menggeleng cepat, membuat kesan curiga di benak Dewi. "Kenapa?"

"Berdua aja."

"Oh, lo takut sama sahabat gue? Jangan takut, dia nggak gigit," jawab Dewi diakhir dengan kekehan.

"Nggak gitu. Gue cuma lagi pengin aja sama lo, biar kita rasa akrab gitu," jelasnya dan mau tidak mau membuat Dewi bernapas kasar lalu mengangguk, "okelah."

"Ye," teriak Lintang girang. Lalu memeluk Dewi lagi.

Lintang merasa bahunya ditarik paksa sampai membuat bahunya sedikit sakit. Ia mendongak melihat siapa yang berani menarik bahunya secara paksa seperti tadi.

Terlihat Dewa dengan tatapan tajam mengarah kearahnya.

"Lo apa-apaan, sih, Wa! Jangan narik paksa bahu Lintang. Nanti sakit gimana? Lo mau tanggung jawab?" bentak Dewi menetap kesal Dewa. Sifat Dewa yang terlalu kekanak-kanakan.

Dewa Dewi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang