14. Dia kembali

192 52 66
                                    

Note: Maafkan jika ada typo yang berterbangan. Maklum manusia banyak kekurangannya.

SELAMAT MEMBACA

🌻

"Kenapa kamu datang kembali di saat aku sudah benar-benar tidak mengharapkanmu lagi?"

-Dewi Rosalina Anggraeni-

•••

"DEWA!"

"Apa manggil-manggil? Nyesel nolak permintaan gue tadi?"

Muka Dewi memerah kesal. Kenapa Dewa berteriak lantangnya saat dirinya yang kini berlari mengejar Dewa menuju lapangan sekolah.

Malu? Itu yang Dewi rasakan saat ini.

"Lo ngomong apa, sih, gue nggak ngerti," elak Dewi menahan marah. Lalu ia berlari mengejar Dewa kembali sampai di taman sekolah.

Untung saja bel masuk sudah berbunyi dan free class. Itu menguntungkan Dewi untuk membalaskan dendamnya kepada Dewa yang tertunda beberapa saat yang lalu.

"Kembaliin sepatu gue!" ucap Dewi sembari merentangkan telapak tangannya di depan wajah Dewa.

Dewi mengedihkan bahu dan wajahnya yang pura-pura melas. Detik kemudian senyum jahil tercipta di wajah Dewa saat sepatu yang Dewi minta itu, ia buang begitu saja.

"Kok lo terbangin sepatu gue, sih? Nanti kalau jatuh gimana? Kan, sakit."

Mulut Dewa menganga. Dalam pikirannya, mungkinkah Dewi gila?

"Gila ya lo?" tanya Dewa melihat Dewi mengambil sebelah sepatunya dan ia mengelusnya lembut seperti seorang kucing.

"Lo yang gila. Sepatunya nangis gara-gara lo! Tanggung jawab!"

Merasa dibodohi Dewi dengan tingkah gilanya itu. Dewa melangkah menghampiri Dewi dan ia menyentil dahi Dewi cukup keras.

"Sakit tai!"

Setelah kata umpatan keluar dari mulut Dewi, Dewa duduk di atas rerumputan taman tersebut.

"Untung aja gue cepat sadar sama apa yang lo ucapin. Kalau enggak, gue udah gila kali," terang Dewa membuat Dewi terkekeh.

"Yah, padahal, kan, gue mau balas dendam buat lo bingung. Eh, malah ketahuan," ungkap Dewi mendapati mata tajam dari Dewa.

"Jahat bener jadi lo cewek! Nggak ada anggun-anggunnya gitu."

"Bodo."

"Biasanya cewek-cewek kalau lihat gue itu udah kayak patung. Nggak bisa gerak, ngomong, mau nyapa aja kaku. Lah, lo! Boro-boro kek patung, malah kek orang sakit jiwa."

Pletak.

"Kalau ngomong itu loh suka salah."

"Gue kira gini, 'kalau ngomong suka bener'," ucap Dewa menirukan apa yang Dewi ucapkan sebelumnya.

"Enak aja. Gue nggak gila ya!"

Dewa Dewi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang