Belum ending,
tapi DISARANKAN SEKALI sambil denger lagu yang di multimedia, bener bener harus dengerin sambil baca ini, biar feels sedihnya dapet banget woi. Setiap kali aku denger lagu itu mau nangis rasanya, sekangen itu sama narnia.
Beruntung aku dapet banyak mood dan gatel bgt buat ngepublish chapter baru disini wkwk, so here you go! Nikmati kesedihan kalian.
***
"Lucy bilang kalung ini cocok untukmu jika aku memberikannya padamu, Mione." Edmund melepas kalung berbandul trisula emas miliknya, memakainya pada rangkaian bunga mawar putih dan menaruhnya pada batu nisan di hadapannya.
REST IN PEACE, knight of Narnia.
HERMIONE JEAN GRANGER.
Sudah keempat kalinya Edmund bolak-balik mengunjungi pemakaman para Narnians yang gugur dalam perang, makam Hermione mudah dikenali berkat makamnya yang di kelilingi oleh kubah putih bertumbuhkan bunga-bunga cantik di atasnya. Ada patung Griffin di atas kubah guna menjaga pemakaman dari kejahatan.
Edmund tiada hentinya menangis, kantuknya tidak pernah hilang tatkala dirinya selalu membayangkan Hermione dalam mimpinya. Memilih untuk tidak menutup matanya menghindari bayangan mengerikan itu, Edmund hanya terdiam sepanjang malam memandang keluar jendela kastil Caspian.
Saat itu, saat dirinya untuk terakhir kalinya melihat Hermione dengan tubuh tanpa nyawa berada di pangkuannya. Bahkan untuk mengucap salam perpisahan tidak ada. Edmund beberapa kali memohon pada Aslan untuk mengembalikan keadaan seperti semula.
Mengembalikan Hermione.
"Aku tidak bisa mempermainkan nyawa seseorang, dear."
Sialan. Dada Edmund begitu sesak mengingat perlakuan Hermione akhir-akhir ini, ciuman di ada goa pemakaman dan elusan tangannya pada pipi Edmund yang hingga kini Edmund masih bisa merasakan telapak tangan penuh kelembutan itu.
Upacara pemakaman Hermione yang begitu ramai di hadiri pada sisa pasukan Telmarine, para Narnians, Caspian, Aslan, dan empat Pevensie sendiri. Semakin membuat Edmund terperosok jauh kedalam lubang hitam saat netranya untuk terakhir kalinya melihat Hermione dengan balutan gaun putih di dalam peti.
Ia begitu cantik, bahkan saat tubuhnya tidak bernyawa lagi. Edmund yang lunglai masih bisa melihat pesona Hermione disana.
Memilih untuk menjauh saat peti mati Hermione di makamkan, Edmund benar-benar tidak sanggup lagi. Kepalan tangan kanan dan kirinya yang kini di balut perban menjadi korban saksi kesakitan seorang Edmund Pevensie.
Perjanjian yang mereka buat, kata-kata Hermione; seakan angin lalu saat ini semua terjadi. Edmund menepati janjinya, tapi Tuhan berkehendak lain. Memilih Hermione untuk melanggar perjanjiannya.
Kenangan manis yang tanpa sengaja mereka rangkai sendiri bagai kaset rusak yang terus memutar di dalam otak Edmund, suara tawa dan samar-samar netranya yang selalu berbinar tatkala Edmund memilih mengelus surai Hermione kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
corridor and narnia ft. edmione ✔️
Fanficbahasa┋ft. hermione ❝Hermione, kau di takdirkan untuk ini.❞ ─ Aslan, 2O18. 〔arce cerebri universe.〕 Highest Rank : [#1 in narnia x 20.09.18/28.10.18/#NEW 11.06.19] [#2 in narnia x 24.08.18/1.12.18] [#2 in magicworld x 15.11.18]