1.8. APA HAL YANG PALING...?
"Selamat hari kasih sayang!"
Siapa lagi kalau bukan Steve. Bahkan ucapannya yang terdengar tenang tadi berhasil membuat puluhan pasang mata tertuju pada Steve dan Aurie.
Sorot matanya selalu berhasil mengunci tatapan sekaligus bibir dan pergerakan Aurie. Entah berapa lama Steve menatap Aurie hingga akhirnya mengubah posisi tubuhnya, berjalan untuk duduk di hadapan Aurie.
Aurie tersenyum menatapnya girang dan malu-malu, “Jadi semuanya ulah Kakak,” ucap Aurie sambil tersenyum melirik ke arah kanan, mengalihkan perhatiannya dari wajah Aurie yang mulai memerah.
“Jessi ketemu Julian bukan sengaja kok, simbiosis mutualisme namanya,” ujar Steve.
“Dasar.”
“Ri,” panggil Steve setelah memandang Aurie beberapa lama.
Aurie menoleh setelah dari tadi melihat ke sekitar. “Hm?”
Belum sempat Steve berkata, tiba-tiba seorang pelayan meletakkan dua buah piring berisi chicken cordon blue dan kentang goreng beserta hiasan yang tertata rapi.
“Makasih,” Aurie dan Steve tersenyum hangat bersamaan menatap sang pelayan.
“Kak,” panggil Aurie yang menghentikan tangan Steve menuangkan saus jamur ke atas piringnya lalu menatapnya mengisyaratkan Aurie sudah bisa berbicara.
“Tadi kenapa manggil aku?”
“Oh,” Steve terhenti sejenak seperti berpikir. “Kamu cantik,” ucapnya lalau spontan tersenyum jahil.
Pipi Aurie memerah sambil mengangkat kedua bahunya dan menghela napas membuat senyuman jahil mengikuti gaya Steve, “Klise.”
“Ri,” panggil Steve lagi.
“Manggil doang lagi ga nih?” ujar Aurie mengigat kebiasaan Steve mengulang candaan yang sama.
Steve cengengesan sebentar kemudian menatap Aurie serius. Bisa Aurie lihat tangan Steve mulai bergerak meraih tangannya yang sedang memegang garpu walau mata Steve terus memandang Aurie.
Aurie mendengar jelas Steve menghela napas panjang sebelum berbicara.
“Menurut kamu, hal apa yang paling sedih di dunia ini?” tanyanya.
Aurie mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan tak tentu arah dari Steve mencoba untuk tidak gugup karena saat ini tangannya tenggelam dalam genggaman Steve.
“Kehilangan,” jawab Aurie singkat.
“Kalau yang paling bahagia?”
“Hm… Hujan.”
“Kenapa?”
“Karena hujan bisa menyembunyikan setiap tetes air mata.”
“Gimana kalau hujan membuat kamu kehilangan?” tanya Steve logis membuat Aurie berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Berarti, hujan udah nggak bisa bikin aku bahagia.”
“Terus mau kamu apakan hujan itu?”
“Akan aku benci,” jawabnya singkat. Sebenarnya Steve tidak menduga jawaban Aurie akan setajam itu. Ini sama saja berarti, siapapun yang tidak membuatnya bahagia akan ia benci, bukan?
“Kenapa dibenci?”
“Karena dia nggak jujur. Dia membuat air mata jatuh kemudian menghapusnya, bukankah itu suatu kebohongan?” jawab Aurie santai namun serius. Steve mengangguk dan diam beberapa saat untuk mengunyah makanan di dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA LAMPU KOTA (✔)
Novela Juvenil[ s e l e s a i ✅ ] [SEBUAH KISAH PENANTIAN DALAM KEDEWASAAN TAK BERUJUNG] "Bagaimana kalau suatu hari aku yang membuat Kakak jatuh?" "Kakak akan tetap suka." "Kenapa?" "Sederhana." "Maksudnya?" "Kamu sudah sering melakukannya." "Kapan?" "Setiap kal...