Bara dan suaranya-6

7 1 0
                                    

"Jadi kamu cuma bisa kerja paruh waktu?" Tanya Nadia yang sedang menginterview Bara.

Bara sedang interview di sebuah cafe sekarang, karena tak ingin adiknya dipindahkan ke sekolah formal, bagaimanapun Bara harus mencari pekerjaan untuk membantu sang ibu, dan ketika dia sedang keliling untuk mencarinya, Bara membaca ada tulisan di sebuah jendela cafe, bahwa cafe tersebut membutuhkan seorang barista.

"Saya bisa ngracik kopi dengan baik kok" Kata Bara meyakinkan si perempuan yang bername tag Nadia itu.

Nadia tampak berpikir sejenak lalu menatap dan mengeluarkan snaps di depan mata Bara membuat Bara memundurkan badannya ragu.

"Oke. Tapi! Gaji anda tak akan sama dengan pegawai lain" Bara menatap senang wanita yang ada di depannya kini, dia menjabat tangannya antusias.

"Makasih banget ya mbak, saya gatau harus berterima kasih kek gimana lagi karena mbak mau menerima saya, saya akan bekerja sebaik mungkin mbak" Cerocos Bara membuat Nadia yang sekarang tangannya sedang dijabat meneguk salivannya kasar.

"Iya iya, sama sama, mulai bekerja besok ya, besok datang pagi, soalnya hari minggu" Ucap Nadia sedikit canggung.

Setelah Bara meninggalkan cafe tersebut Nadia mengelus dadanya yang berdebar tak karuan ketika Bara menjabat tangannya.

"Untung ganteng" Batinnya sambil terekeh, setelah ini dia akan laporan pada pemilik cafe bahwa ada barista baru di cafenya.

"Assalamualaikum bu boskuuu, gue udah terima barista baru nih, tapi cuma bisa kerja paruh waktu, soalnya masih SMA, tapi ganteng kok boss, hwehehe" Cerocos Nadia.

"Hm, terserah lo!" Gas seseorang yang ada diseberang sana.

"Yaudah bu bos, gue yakin bu bos bakalan naksir sama barista kali ini, nak sma lohhh, jarang-jarang kan, ada barista nak SMA disini"

"Bodoamat, terserah lo, gue serahin semuanya sama lo, kapan-kapan gue kesitu"

Tuttttt....

Sambungan diputuskan sepihak oleh bosnya itu, membuat Nadia mengumpat kecil dalam hati.

Nadia memanggil pagawai baristanya yang lain ke ruangannya yang berada di atas, ada empat orang pria kini di depannya.

"Kalian pada tau cowok yang tadi gak?" Tanya Nadia menatap satu persatu barista.

Semua lelaki di depannya mengangguk.

"Dia barista baru yang kerjanya cuma setiap pulang sekolah aja, gue harap kalian bisa nrima dia tanpa ba-bi-bu" Bilang Nadia yang diangguki yakin oleh para pegawai barista.

***

Sam is calling...

Melihat nama itu sebenarnya Awa sangat enggan mengangkatnya, namun kali ini dia sedang berbaik hati dan memberi kesempatan untuk Samudra pdkt dengannya.

Awa yang sudah bersiap untuk berangkat latihan, memutuskan untuk duduk terlebih dahulu sambil menjawab telpon Samudra.

"Ha apa?"

"Mau bareng gak?  Mumpung gue belom berangkat nih" Bilang Samudra menawarkan penuh keikhlasan.

Awa sudah bersiap untuk menolaknya mentah-mentah.

"Gausah! Gue dianter—"

Awa mengehentikan ucapannya saat teringat bahwa ia ingin pergi ke suatu tempat saat pulang latihan nanti, jadi tak mungkin ia minta antar papanya.

My Name is Awa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang