Patah hati ternyata sesakit ini yah-25

4 1 0
                                    

Disini, ditempat para atlet mengasah ketepatan dan kecepatannya, disitulah Awa berada, ia merasa harus mulai serius dengan latihannya karena event international april mendatang.

"Sam Sam, ambilin botol air gue dong, di sebelah lo" Suruh Awa meminta tolong langsung ditanggapi oleh Samudra.

Samudra terus memperhatikan pergerakan Awa, mulai dari mata tajamnya saat melihat sasaran, posisi tubuh yang tegap dan tangan yang kekar saat memegang busur panah sampai ketepatan dan kecepatan yang sampai saat ini tidak ada yang menandinginya.

Awa yang merasa bahwa Samudra memperhatikannya segera menurunkan busur panahnya dan melirik tajam ke arah Samudra.

"Lo dari tadi liatin gue jangan jangan" Kata Awa menatap Samudra curiga.

"Dih, habis ini gue mau ngomong sama lo" Ucap Samudra langsung mengalihkan pembicaraan.

Setelah mereka berdua merampungkan latihannya, keduanya sekarang sedang duduk santai di balkon atas.

Melihat Awa yang santai-santai saja Samudra jadi tidak pd ingin mengatakan ini.

"Mau ngomong apa sih?" Tanya Awa mulai tak sabar.

"Lo ga deg-deg an gitu?" Ucap Samudra menatap Awa ragu.

Awa menunjuk dirinya sendiri "Gue? deg-deg an? Lha ngapa?"

Menurut Samudra jika ada cowok yang bilang ingin mengatakan sesuatu pada cewek pasti si cewek itu akan nervous, namun tidak dengan Awa yang santai-santai saja.

"Lo suka ya sama Bara?" Tanya Samudra to the point.

Awa sedikit menaikkan pandangannya yang semula fokus pada layar ponsel dan berpikir sejenak, apa iya dia harus bilang yang sebenarnya?

"Ha? Oh iya. Gue suka sama dia, kenapa?"

Jujur saja sebenarnya Samudra sudah menyiapkan semuanya, jika Awa menjawab jujur dia harus ikhlas dan rela, dan jika Awa mengelak dia harus berusaha lebih keras.

Tak seperti apa yang dia ekspektasikan, ternyata Awa malah dengan santai bilang bahwa ia memang menyukai Bara.

Awa masih dengan tatapan tanya ke arah Samudra "Woy! Kenapa sih emang?" Tanya Awa lumayan ngegas.

"Dari kapan?" Tanya Samudra mulai menurunkan nada bicaranya.

"Dari kelas 7" Jawab Awa singkat.

"Kok gue baru tau?"

"Ya emang gue harus ngasih pengumuman kalau suka sama orang? Nggak kan" Ujar Awa mulai sewot.

"Maksudnya gue baru ngrasa akhir-akhir ini aja lo suka sama dia" Kata Samudra membenarkan kalimatnya.

Awa berdecak lalu berdiri "Apa yang lo omongin sekarang ga jelas tau nggak, buang-buang waktu!"

Samudra menelan salivannya susah payah, dia mendapatkan Awa yang jutek kali ini, dia berusaha menahan rasa cemburunya, dan sekarang Awa malah melarangnya untuk ikut campur apalagi dia tak suka jika Samudra sudah membahas Bara.

"Se-sensitif itukah Awa yang sekarang?"

Samudra tersenyum kecut lalu mengacak rambutnya "Haha, patah hati rasanya sakit banget ya, apalagi dianya udah mulai jutek ke kita, pantesan cewek banyak yang nangis cuma karena patah hati, ternyata rasanya se-sakit ini"

Awa jadi merasa mood nya anjlok cuma karena pertanyaan Samudra.

Saat ia ingin menelpon papanya untuk menjemput, dia teringat bahwa papanya sedang tidak berada di rumah sekarang, terpaksa dia harus menunggu taksi jadinya.

My Name is Awa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang