Awa sedang bersemangat berjalan menuju cafenya hari ini, dia datang di malam Minggu dimana cafenya sangat ramai, dia juga tak lupa menyempatkan latihan ke clubnya.
Awa merapikan tatanan rambutnya dan memakai liptint sedikit agar terlihat lebih segar walau habis latihan.
Setelah melangkah dan membuka pintu cafe, Awa sudah disambut dengan senyum hangat Bara yang saat itu sedang berada di bar.
Awa melempar kembali senyumnya dan mengangguk sebagai respon, dia langsung duduk di depan Nadia yang menunggunya di meja VIP.
"Lo habis latihan?" Tanya Nadia meneliti penampilan Awa.
"Nggak, habis kondangan, menurut lo kalau gue bawa busur sama pakaian gue kek gini dari mana?" Sewotnya Awa langsung membanting tas busurnya.
"Sewot amat neng, pms ya?"
"Lo kali!" Jawab Awa ngegas lagi. Nadia hanya mengelus dadanya bersabar dengan sikap Awa saat ini.
"Kita ke atas aja yuk, males disini rame" Ajak Nadia membawakan tas busur Awa, namun Awa menggeleng cepat.
"Disini aja enak" Tolak Awa terus memandang Bara yang tampak lihai meracik kopi.
Nadia yang sudah berdiri mengikuti arah pandang mata Awa dan berhenti pada satu titik yaitu Bara.
"Kayaknya ada yang udah naksir sama pegawai baru nih" Sindir Nadia menoel pipi Awa.
Awa bukannya salting, dia malah menatap tajam Nadia "Apaan sih, orang nggak juga, gue mau ngomong sesuatu duduk gih" Suruh Awa langsung dituruti oleh Nadia.
Nadia bingung dengan Awa yang sekarang, biasanya bahkan dia malas untuk ngobrol di bawah, dia selalu mengajak ke atas terlebih dahulu, ada banyak alasan yang biasa diungkap Awa, seperti panas, ramai, tak bisa fokus dengan pembicaraan, namun sekarang ia malah memilih duduk di bawah yang sekarang suasana nya juga sangat ramai.
"Lo bayar separuh buat pekerja paruh waktu?" Tanya Awa todep.
Nadia menautkan satu alisnya "Iyalah" Jawabnya.
"Bayar penuh aja, lagian pekerja paruh waktu disini cuma satu kan?" Nadia mengangguk setuju dengan ucapan Awa.
"Kalau pegawai lain tau bisa minta naikin gaji anjir" Ucap Nadia sambil berbisik.
"Ya makanya jangan sampai tau Nad" Nadia mengangguk dan mengucapkan'oke' tanpa suara.
"Baraaa" Awa menoleh ke belakang mendengar suara yang memanggil Bara.
Dan itu adalah Rain, Rain langsung berlari ke kursi depan bar dan cipika-cipiki dengan Bara.
"Rain, ini tempat umum" Bisik Bara namun tak digubris oleh Rain, Rain malah menopang dagu meja bar.
"Sumpah gue harus telpon nyokap lo dulu baru bisa kesini, gue tungguin lo disini sampe ini tutup ya, btw gaji lo berapa disini Bar?" Rain terus nyrocos membuat Bara tak bisa fokus meracik kopinya.
Dan Awa yang melihat itu rasanya ingin menarik kerah baju Rain saat itu juga, selain itu Rain adalah musuh bebuyutannya sejak SMP, karena Rain sudah tau bahwa ia suka Bara sejak SMP.
"Rain! Gue lagi kerja!" Peringat Bara langsung membuat Rain diam.
"Kenapa emang? Kan gue juga pelanggan lo Bar" Sewotnya membuat Bara menggaruk tengkuknya bingung.
Nadia langsung beranjak dari tempatnya duduk dan memperingatkan Rain untuk tak mengganggu Bara saat bekerja, dengan hentakan kaki yang keras, Rain keluar cafe dengan keadaan marah.
Awa yang melihat itu tersenyum lega dan mengacungkan jempol ke arah Nadia.
"Awa kayaknya deket sama mbak Nadia, dia siapanya ya?" Batin Bara bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Awa
Fiksi RemajaAku, seorang gadis ceria yang pura-pura bahagia. Sampai akhirnya dia mendekat dan menjadikan kepura-puraan ini menjadi nyata. Tangannya yang dengan tulus menggenggam tanganku. Dia yang merelakan dadanya untuk tempat ku menangis tersedu-sedu. Saat di...