Senyumnya bahkan bisa menambah energi lebih baik dari karbohidrat-20

6 1 0
                                    

Awa buru-buru turun dengan sambil merapikan seragamnya, ia bangu telat hari ini karena kemarin malam terlalu asik main sosmed sampai lupa waktu.

Awa mengambil sebotol besar air minum dan kotak makan di pantry "Awa langsung berangkat Ma, udah bawa bekal kok" Karena Mamanya sedang mencuci piring, Awa langsung melesat meninggalkan rumahnya begitu saja.

"Lo kalo numpang sambil mikir dong, kita udah nunggu lama tau!" Maki Melinda langsung menancapkan gas saat Awa sudah masuk ke dalam mobil.

Di tengah perjalanan Awa disuruh turun paksa oleh kakak-kakaknya karena ada salah satu teman kakaknya yang akan ikut dalam mobil.

"Turun aja sih! Siapa suruh telat bangun" Mika langsung mendorong pinggang Awa keluar dari mobil.

"Eh, disini ga ada taxi lewat woy! Anjir! Untung kakak gue lo!" Dengan pasrah akhirnya Awa menunggu siapa tau ada angkutan umum lewat.

Dia benar-benar muak dengan semua ini, kapan papanya akan memberi ijin agar dia bisa menyetir sendiri ke sekolah?

Kejadian seperti ini acap kali terulang ketika sang kakak sedang kesal dengannya. Dan bisa dibilang hampir setiap hari kakaknya selalu kesal.

"Aaarrrgghh, bomat lah telat, gatau diri emang orang-orang, taxi kan ga lewat siniii" Awa mengerang sendiri sambil mengacak rambutnya lalu duduk di halte pinggir jalan, dia terus memandang jam tangannya dan merapalkan segala jenis doa agar dia tak sampai telat nanti.

"Mau ke sekolah kan? Bareng aja" Ajak Bara yang berhenti di depan halte dengan senyum manisnya.

Awa langsung berdiri terkejut "eum, gimana ya? Gapapa kan?"

"Gapapa, naik aja" Setelah Awa naik di jok belakang Bara, Bara langsung melajukan motornya.

Jujur sebenarnya Bara sempat melihat saat Awa diturunkan paksa oleh kakaknya ditepi jalan tadi.

"Lo tadi diturunin paksa ya? Kenapa?" Tanya Bara menatap Awa melalui kaca spionnya.

"Anu, apa itu, kakak gue ada urusan mendadak, jadi ga se-arah" Bohong Awa, Awa merasakan tangannya berkringat sekarang, dan tangannya di tarik oleh Bara satu persatu agar melingkar di perutnya, Awa yang terkejut langsung melototkan matanya tak percaya.

"Biar ga jatoh" Kata Bara.

"Gue udah jatoh sejatoh jatohnya kalau kek gini mah, ni orang depan gue kok manis bat sih, banyakin istighfar dah" Awa membatin senang dalam hatinya.

Sampai diparkiran keduanya saling tatap karena gerbang sudah tertutup rapat.

"Kita telat" Bilang mereka bersamaan.

Bara menggaruk tengkuknya bingung lalu menatap Awa yang juga sedang bingung.

"Lo pernah telat?" Tanya Bara langsung diangguki oleh Awa.

"Tapi waktu itu gue bareng Sam, dan di gerbang kebetulan lagi ga ada yang jaga" Lanjut Awa.

Bara memijat pangkal hidungnya berpikir keras.

"Kak Bara pernah telat?" Kini Awa yang balik bertanya.

Bara tersenyum lalu menggeleng ragu.

Lalu Bara akhirnya mengingat sesuatu bahwa di belakang sekolah ada terobosan yang biasa di pakai untuk masuk anak-anak yang telat, dia tau karena pernah menciduk anak yang telat semasa dia masih menjadi ketua osis.

"Jadi di belakang sekolah ada terobosan buat masuk, kita lewat sana aja" Ucap Bara.

"Oke" Jawab Awa tanpa basa-basi, karena Awa tak tau seberapa jauh tempat itu dia berjalan santai sambil mengenakan topi hoodinya.

My Name is Awa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang