Sekarang ini mereka bertiga, yaitu Awa, Vika dan Tiara berada di tengah-tengah kericuhan kantin sedang menyantap bakso dan es teh.
"Kentang mana?" Tanya Awa sambil menyruput es tehnya.
"Di mak siti ada kali, tapi gue ga pernah lihat orang jual kentang sih di kantin ini" Jawab Vika santai salah paham dengan apa yang dipertanyakan Awa.
Awa mengusap kasar wajahnya karena kesal pada sahabat nya ini "Maksut gue itu Kenan Vikaaaaa" Teriak Awa frustasi yang disambut cengiran dari Vika.
"Lo kan bilangnya kentang sat! Bukan Kenan!" Kini Tiara yang membuka suaranya membela Vika.
"Yeeeee kan biasanya gue juga sering panggil dia kentang" Eyel Awa tak ingin kalah.
Kenan memang biasanya bergabung bersama mereka bertiga, namun siang ini dia memutuskan untuk bergabung dengan teman laki-lakinya, entah kenapa.
Awa selalu sibuk memeperhatikan Bara yang sedang minuk susu kotak di depan kelasnya sambil membaca novel, kantin dan kelas Bara memang dekat, tak jarang Awa pergi ke kantin hanya untuk melihat Bara.
Ketika Awa sedang sibuk dengan imajinasinya, ada seorang adik kelas lewat depan Bara dan menyapanya, dengan lembut Bara membalas sapaan itu dengan senyuman membuat Awa yang melihatnya iri sendiri.
"Tuh adkel enak bat yak nyapa Kak Bara, kek gada beban, salah Kak Baranya balik senyum lagi, shit!". Awa bermonolog dengan menopang dagunya melihat ke arah Bara.
Vika yang sedang menyantap baksonya itu mengehentikan kegiatannya "Ya emang apa susahnya si nyapa Kak Bara? Lo kalo ketemu bukannya nyapa malah lari, ya salah lo sendiri lah" Cerocos Vika.
Vika dan Tiara tidak sekali dua kali menasehati Awa bahwa untuk apa dia selalu menghindar setiap bertemu dengan Bara, namun sampai sekarang Awa masih tak merubah kebiasaannya.
Bara sedari tadi tidak sadar bahwa ada yang menikmati ketampanannya dari arah kantin, dia terlalu fokus pada novelnya, entah novel apa yang dibaca oleh Bara, yang jelas itu membuatnya sesekali terkekeh sendiri, membuat Awa yang melihatnya jadi senyum-senyum sendiri.
Brakk!
Awa menggebrak meja membuat sahabatnya yang berada satu meja dengannya terlonjak dan menatap malas ke arah Awa.
"Kayaknya gue harus ngrubah cara gue mengagumi Kak Bara deh!" Ucap Awa melihat satu persatu mata sahabatnya.
"Ya emang!" Tegas mereka bersamaan mengundang perhatian dari anak yang ada di kantin.
"Tapi nanti kalian ajarin gue cara nyapa Kak Baranya ya, plissss" Awa mengeluarkan puppy eyes yang membuat setiap orang yang melihatnya luluh.
Tiara dan Vika mengangguk pasrah menyetujui permintaan Awa.
"Tapi kayaknya gue ga berani deh" Ucap Awa sambil bergidik.
Tiara memutar bola matanya malas "Nabok sahabat sendiri emang ga boleh ya?"
Awa nyengir tanpa rasa bersalah dan langsung melarikan diri ke kelas.
Bara menatap sekilas gadis yang baru saja melintas di depannya, jika ditanya apakah Bara mengenal Awa, jelas jawabannya adalah iya.
Awa banyak dikenal karena prestasi dalam bidang olahraga yaitu memanah, sejak masih duduk di sekolah dasar memang Awa sudah banyak sekali mengikuti olimpiade.
"Bar, Lo mau ikut jadi panitia party color sama wisuda gak?" Tanya Rain yang baru mengambil tempat duduk di sebelah Bara.
Bara mengalihkan pandangannya dari novel ke arah Rain "Bukannya udah ada anak osis ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Awa
Novela JuvenilAku, seorang gadis ceria yang pura-pura bahagia. Sampai akhirnya dia mendekat dan menjadikan kepura-puraan ini menjadi nyata. Tangannya yang dengan tulus menggenggam tanganku. Dia yang merelakan dadanya untuk tempat ku menangis tersedu-sedu. Saat di...