Awa sibuk menguncir rambutnya sambil berjalan menuju cafe, dia juga segera mengenakan topi hitam miliknya untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang akan dilempar oleh teman-temannya saat mengenalinya.
Masuk ke cafe dia langsung duduk dan bermain ponsel sejenak, setelah Awa meletakkan topinya di meja dia menyikap rambutnya dan Bara yang melihat Awa disana segera melangkah untuk menemuinya.
Awa tersentak ketika memalingkan wajahnya dari ponsel, karena Bara sudah ada di depannya dengan membawakan kopi yang nantinya ia pesan.
"Gue mau minta maaf soal yang di perpus waktu itu Wa" Ucap Bara membuat Awa membisu lalu sedikit tersenyum.
"Gapapa Kak, santai aja" Jawab Awa melepas kontak mata.
"Abisan gue penasaran aja, kenapa atlet memanah kayak lo bisa tremor, padahal setau gue bahkan lo bisa ngontrol tubuh lo sampai hampir diam 100% kan?" Semua yang dikatakan memang benar, dan Awa hanya mengangguk tanpa mengucap sepatah katapun.
"Sekali lagi sorry banget kalau lo risih, sampe nangis lagi" Kata Bara sedikit awkward.
"Gue nangis karna seneng kalik Kak, yampun kenapa gue mendadak bisu gini" Batin Awa berkecamuk.
Awa tersenyum lalu menjawab "Gue tremor kalau dingin Kak, iya kalau dingin" Kata Awa meyakinkan seperti apa yang ia katakan pada Samudra.
Bara mengerutkan keningnya "Gue rasa di perpus dan di kelas Lo waktu itu ga dingin sih" Bilang Bara sambil terkekeh melihat Awa yang mulai gemetar lagi.
Sekarang Awa mulai ingin menggampar dirinya sendiri karena terlalu ceroboh, ia meremas jari jarinya dan napasnya benar-benar memburu.
"Hehehe, anu Kak maksud gu—"
Deg!
Belum selesai Awa ingin mengelak, Bara sudah mengelus punggung tangannya yang berada di meja cukup lama sambil tersenyum jahil, Awa langsung membeku dan menelan salivannya tegang.
Setelah mengelus punggung tangannya Bara beranjak mengacak rambut Awa lalu segera berlari ke bar.
"Lucu" Batin Bara menahan senyumnya.
Awa yang masih menahan napasnya menepuk kedua pipinya, memastikan bahwa ini bukan mimpi.
Apa!?
Barusan Bara mengacak rambutnya?
Ini gila!
"Tahan Wa, Jan nangis disini... Malu-maluin sumpah!" Awa menguatkan dirinya sendiri dengan segenap harapan yang tersisa.
Kak Mel is calling...
Awa mendengus melihat notif panggilan dari kakaknya.
"Pulang cepetan!"
"Ngapain? Gue masih di cafe"
"Pulang aja sih! Susah amat Lo"
Awa langsung memutus sambungannya sepihak, dan segera bangkit dari tempat duduknya.
"Loh? Cepet banget? Mau langsung pulang?" Bara yang sudah membawa list makanan bertanya pada Awa.
Awa tersenyum tipis "Iya Kak, ada urusan mendadak, duluan ya" Awa menundukkan kepala sopan lalu pergi beranjak dari cafe.
Di dalam taksi dia mengumpat dalam hati tak jelas karena kakanya yang rese itu.
"Ngapain sih suruh pulang, orang lagi seneng mantengin Kak Bara juga!" Batin Awa kesal.
Dia melangkah malas menuju pintu rumahnya, namun Mika sudah melambaikan tangannya dari pintu agar Awa segera masuk.
"Lo tau kan kalau mau ada party hari ini? Bantuin kek!" Suruh Melinda yang ditanggapi malas oleh Awa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Awa
Teen FictionAku, seorang gadis ceria yang pura-pura bahagia. Sampai akhirnya dia mendekat dan menjadikan kepura-puraan ini menjadi nyata. Tangannya yang dengan tulus menggenggam tanganku. Dia yang merelakan dadanya untuk tempat ku menangis tersedu-sedu. Saat di...