Obat terampuh yang tak pernah disangka-15

4 1 0
                                    

"Sumpah lo dianter Kak Bara?!" Tanya Vika antusias sampai menggebrak meja.

Awa hanya mengangguk percaya diri sambil tertawa.

"Anjir, lo berarti malmingan sama Kak Bara dong!?" Sekarang giliran Tiara yang berteriak.

Awa menatap malas Tiara karena pertanyaannya yang sangat jauh dari kenyataan menurut Awa.

"Malmingan pala kau kalik! Mana ada malmingan ga sampe lima menit? Gue cuma dianter sampe depan gang TIARA bukan jalan-jalan, dan itu jauhnya cuma 1 km tau!" Jawab Awa geram.

Awa berdecak "Lo bikin gue ngarep malmingan jadinya, sumpah!" Tiara nyengir tanpa dosa mendengar jawaban Awa.

Tiara melihat jam tangannya "Woy upacara woy!" Awa juga ikut melirik jam tangannya.

"Gue duluan" Awa beranjak dari tempat duduknya untuk segera ke ruang osis.

"Tumben ikut barisan osis lo? Lagi kangen Sam ya?" Goda Tiara yang langsung di pelototi oleh Awa.

Awa tak mempedulikan ucapan-ucapan laknat sahabatnya dan segera memakai topinya.

Awa melangkah dengan sedikit berlari menuju ruang osis. Dia berjalan sambil menunduk karena sedang malas mendengar ghibahan-ghibahan orang yang melihatnya.

Awa terkejut saat topinya diangkat oleh sebuah tangan kekar yang empunya sudah berdiri di depannnya.

"Tumben ikut barisan osis?" Tanya Samudra memblokir jalan Awa untuk melanjutkan perjalanannya.

Awa berdecak sedikit karena harus bertemu orgil di pagi hari yang cerah ini.

"Ga ikut salah, ikut salah, gue bunuh lo lama-lama, ga bisa jadi ketos yang mengayomi kek Kak—" Samudra sigap membungkam mulut Awa sebelum membandingkan ia lagi.

"Maaf kalau gue ga bisa jadi ketos seperti apa yang lo mau, tapi gue minta tolong jangan bandingin gue sama Bara, dia jauh di atas gue Wa" Samudra menurunkan nada suaranya, kedengarannya seperti nada kecewa, dan Awa memahami itu.

Awa menghela napasnya berat lalu melepaskan tangan Samudra yang membungkam mulutnya.

Tanpa mengucapkan atau menjawab apapun, Awa langsung pergi meninggalkan Samudra begitu saja.

Karena tergesa Awa sampai tak sadar jika topinya jatuh saat dia berusaha menghindari Samudra.

"Apa se-kecewa itu Samudra? Sampai nada bicaranya melas banget gitu" Batin Awa merasa bersalah dan menggaruk tengkuknya bingung.

Saat sampai di depan ruang osis dia baru sadar kalau topinya tak ada di kepala, dia segera memutar badannya dan menabrak dada bidang Samudra yang langsung dengan sigap memegang bahu Awa dan memasangkan topinya.

Anak osis yang melihatnya kini bersorak "CIEEEE, EKHEMMMM, BENTAR LAGI JADI DONG"  Awa langsung meninggalkan Samudra dan berlari ke lapangan terlebih dahulu.

Samudra menatap tajam teman-temannya yang baru saja bersorak, semua anak osis yang ada disitu langsung mati kutu dan berhamburan berlari ke lapangan agar tak kena semprot ketosnya.

Saat sedang mengatur barisan mata Awa tak sengaja bertemu dengan mata Bara, Bara melempar senyum terlebih dahulu lalu Awa membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum balik.

"Senyumnya manis parah ya Allah, jantung gue moga masih sehat dah" Batin Awa mengelus dadanya.

Samudra yang melihat Awa dari kejauhan hanya tersenyum kecut dan mengelus dadanya sendiri.

"Sabar Sam" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

______________________

My Name is Awa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang