SANG KOLEKTOR

6 2 0
                                    

Kawan, menjadi kuli tinta majalah horor tak lebih seperti mengejar bayangan diri sendiri. Kemanapun engkau mengejar maka dia tak juga didapat. Akan tetapi bayang-bayang itu senantiasa mendekatimu. Di manapun engkau berdiri, dia selalu ada di sana. Pada akhirnya kita sendiri yang mengubah bayangan itu menjadi seakan-akan nyata, kita tangkap seperti halnya alam wujud. Wujud yang tak pernah mewujud. Pada titik jenuh, tulisan kita hanya semacam sensasional, bualan bahkan mendekati kebohongan yang seakan hanya berfungsi sebagai hiburan saja. Tapi inilah bagian dari pilihan sebagian masyarakat di antara berita-berita yang mencekik senyum, ketika korupsi menjadi kronis, ketika ekonomi hanya milik golongan berpunya, ketika politik disandiwarakan, ketika terorisme menjadi bagian pelipatan skenario, ketika kriminalitas dekat dengan kita, dan ketika bencana temponya semakin merapat.

Dunia horor tak ada keterikatan etika. Apapun yang kau tulis adalah logis karena kita sedang berbicara kenyataan di balik kenyataan. Justru yang tak nyata itu semakin nyata. Aku bisa saja membuat peristiwa politik yang terjadi akhir-akhir ini tak lebih bagian dari skenario alam ghaib, dunia lelembut berperan di dalamnya. Dan itu sah. Maka aku buat saja judul liputanku, Keterlibatan Dunia Jin pada Konflik Anggota Dewan di Senayan. Aku cukup mewawancarai Permadi, anggota dewan berbusana hitam-hitam dan diakui oleh publik sebagai paranormal politik. Sebagai bumbu jelas aku tetap mengutip pernyataan Amin Rais, Akbar Tanjung, Pramono Anung atau Hazim Muzadi. Kalau perlu aku juga mewawancarai Gus Dur yang dengan enteng akan berkomentar, "Ah begitu saja kok repot." Sebagai penambah sensasi, kuwawancarai paranormal berkaliber nasional, seperti Mama Lorent, Gus Daim, atau Ki Joko Bodo. Klop sudah beritaku.

***

Sudah pula kukatakan padamu, hidup ini seperti berjalan pada grafik garis. Sebagai manusia normal aku tak berkehendak grafikkku menurun. Beritaku kuharuskan menjadi semacam kebutuhan dan dicari pembaca. Dan jangan pula ujung jempol pimred DUNIA JIN diputar 180 derajat hingga ujungnya di bawah.

Untuk melonjakkan grafik, aku mengejar sensasi apapun sampai ke ujung langit. Ini kali perburuanku yang paling menjengkelkan dan penuh intrik. Tetapi ini menjadi cakrawala baru yang memberi tambahan pengetahuan tentang dunia jin yang menguatkan kepercayaanku tentang keniscayaan alam jin.

Entah dari mana asal usulnya, lelaki bersorban itu malam-malam datang ke kos-kosan. Dari perawakannya dapat dipastikan dia berasal dari Timur Tengah. Dia memperkenalkan diri sebagai Mahmoud, ternyata keturunan Yordan punya. Dia tahu aku dari pimred DUNIA JIN. Katanya padaku tanpa basa basi dulu, "Aku hanya minta bantuanmu untuk mencari orang yang minat dengan ini. Ana sudah tawarkan pada bos ente, tapi dia tak minat. Bos ente bilang kalau ente punya banyak hubungan dengan orang." Mahmoud, masih berusia 30-an tahun tetapi fisiknya lebih tua daripada usianya, menyodorkan gambar hitam putih berbentuk cincin.

Kuamati gambar itu mengernyit, kuputar-putar gambar untuk menemukan posisi yang pas, kataku setengah berbisik, "Ini semacam lambang pada bendera Israel." Kualihkan pandanganku pada Mahmoud, mata kami berbenturan. Tanyaku, "Cincin apa ini?"

"Ini gambar cincin Sulaiman."

"Cincin Nabi Sulaiman maksudmu!" aku menegaskan. Dia mengangguk, aku mengernyit, "Terus apa hubungannya denganku?"

"Ente kan wartawan masalah klenik. Pasti tahulah penyalur barang-barang ginian. Ente pasti tahu siapa yang suka ngoleksi barang-barang bertuah. Cincin Sulaiman ini merupakan barang yang paling dicari para kolektor karena khasiatnya mengalahkan semua jenis jimat di antero negeri ini. Bahkan, keris Semar Mesem pun tak ada apa-apanya jika dibanding dengan cincin ini."

Ya, ya, aku tahu maksudnya. Mahmoud adalah penyalur barang-barang antik yang mengandung daya magis. Seperti keris Semar Mesem, keris yang besarnya hanya sebesar jari telunjuk, namun menurut kepercayaan orang bisa dijadikan jimat penolak balak, atau kebutuhan penaklukan terhadap lawan. Atau juga semacam permata merah delima. Permata yang diperoleh dari dunia halus untuk keperluan pelancar rezeki atau kharisma bagi si pemakai. Atau mungkin juga semacam sabuk Ontokusumo yang berfungsi untuk pengasihan, dan ada lagi buntut cicak bercabang untuk kekebalan tubuh. Peredaran barang-barang syirik semacam itu memang bagian dari masyarakat, bahkan dijadikan lahan bisnis. Tidak hanya barang-barangnya, bahkan makhluk golongan jin pun ditransaksikan untuk diperjualbelikan pada mereka yang tak percaya diri pada persoalan dunia, seperti transaksi tuyul atau gondoruwo untuk dipelihara sebagai alat memperkaya diri. Kalau sudah memiliki barang-barang semacam itu pasti ada persyaratan-persyaratan ritual yang dilakukan yang terkadang bertentangan dengan ajaran agama, misalnya mengharuskan puasa setiap hari Jumat, pencucian barang setiap tanggal 1 Suro dengan air kembang dan mantra-mantra khusus, memberi hidangan berupa bunga kenangan, kemenyan, kopi dan tembakau setiap malam Jumat Kliwon di kamar khusus.

Berburu Cincin SulaimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang