BAGAIKAN BERMAIN API DAN AIR

6 2 0
                                    

Rutinitas kos belum berubah, sejak aku pertama kali menginjak lantai kos hingga saat aku kembali. Tono, Arif, Herman, Mujib dan Didit adalah lima manusia mekanis yang pergerakannya hanya tempat kos dan kerja. Sesekali pulang kampung dengan segudang harapan akan kembali ke kampung untuk selama-lamanya. Dan aku menjadi saksi mekanistis pergerakan mereka selama empat tahun, mungkin juga mekanistis itu sudah berlangsung sudah cukup lama sebelum aku menjadi saksinya. Hanya Mas Dayat yang akan menjadi manusia baru karena skripsinya yang dibekukan selama tiga tahun lebih akhirnya dihidupkan kembali meski harus dengan cara instan, yakni cukup selesai dalam tujuh hari. Andaikan saja dimasukkan dalam Guiness Book of The Records, bisa masuk dalam kriteria penyelesaian skripsi tercepat di dunia. Hanya yang tidak spektakuler adalah caranya mengerjakan, yakni menyalin persis skripsi yang sudah ada dengan mengganti objek dengan data imajinatif. Judul skripsinya adalah Pengaruh HAM bagi pelaksanaan Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga diganti dengan judul Pengaruh HAM bagi pelaksanaan Undang-Undang Kekerasan pada Anak. Target yang dikehendaki hanyalah gelar S.H. untuk membangun mimpi hidup sesungguhnya, yakni bekerja. Dengan gelar S.H.nya itulah, Mas Dayat merasa akan diterima lebih oleh lingkungannya.

"Rasanya waktuku yang empat tahun ini terbuang sia-sia. Mengapa kesadaran ini baru sekarang?" kutangkap sesal Mas Dayat. "Aku baru sadar kalau yang namanya takdir itu membutuhkan kerjasama kita dengan Tuhan."

Aku tersenyum sambil menyeruput kopi yang masih terasa panas di lidah. Kopi yang kuharap bisa mengobati rasa penatku perjalanan Malang Surabaya. Rasa senang bertemu dengan Tari ternyata membuatku kurang tidur. Sekian lamanya aku tak bertemu dengan teman kos memaksaku untuk tidak menyegerakan diri untuk tidur. Aku sengaja menunggu kedatangan mereka dari kerja. Sambil menunggu aku melayani percakapan dengan Mas Dayat ditemani tayangan Believe or Not.

Karena Mas Dayat menyentuh pembicaraan yang serius, akhirnya memancingku untuk berargumen, "Begitulah hidup, bagiku Tuhan sepenuhnya bukanlah sutradara, tapi Tuhan adalah penyedia panggung, properti dan musiknya. Sementara, kita menjadi pemain yang menggerakkan semua itu agar skenario Tuhan berupa hukum-hukumNya dapat terjalani dengan baik."

"Ada satu hal yang aku tidak sepenuhnya rujuk. Pendapatmu mengesankan Tuhan saat ini hanya berdiam diri karena hanya hukum-hukumNya yang menghidupi keberlangsungan hidup di jagat raya ini," pernyataan Mas Dayat semakin serius.

Aku pun tidak bisa menanggapinya dengan tidak serius. Kataku kemudian yang sebelumnya kuseruput lagi kopi yang sudah berkurang panasnya,"Memang Tuhan saat ini hanya menonton, karena hukum-hukumNya sudah berjalan sendiri. Tetapi para pemain diberi hak bebas untuk menentukan ceritanya. Saat cerita yang dibuat masing-masing pemain menjauh dari kearifanNya, Tuhan akan menegurnya. Saat itulah Tuhan mengambil peranannya. Dan apabila yang diingatkan tidak peka atau tidak menghiraukan peringatan itu, saat itulah Tuhan memotong skenario itu dengan caranya. Tuhan tak pernah menegur dengan kata-kata karena Tuhan tak berkata-kata seperti halnya manusia. Tuhan menegur dengan memberi bencana, sakit, kesusahan, kehilangan atau segala sesuatu yang akan menggiring manusia untuk mengingatNya kembali. Memotong skenario bisa berarti menghancurkannya atau meniadakan. Tuhan juga berperan melalui permohonan doa manusia saleh, doa manusia terdzalimi, dan doa orang-orang teraniaya."

"O, ya. Skripsi Mas Dayat sudah selesai berapa persen?" pembicaraan kualihkan dengan pertanyaan basa-basi. Rasa capekku membuat malas untuk berpikir yang berat-berat. Aku berharap malam itu menjadi malam nostalgia, dan malam berkangen-kangenan dengan para penghuni kos.

"Saat Kamu datang, skripsi itu sudah tuntas. Besok tinggal mencari tanda tangan dosen pembimbing. Untunglah dosen pembimbingku sangat membantu. Ya...karena mungkin tahu kalau skripsiku tidak selesai semester ini, berarti aku tidak akan mendapat perpanjangan lagi menjadi mahasiswa alias DO."

Berburu Cincin SulaimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang