LORONG WAKTU

7 2 0
                                    

Ringan. Mandi itu seperti merontokkan benda-benda yang memberatkan tubuhku. Pasrah, yang terjadi, terjadilah. Ada kesiapan fisik dan kemantapan pikir untuk berhadapan dengan segala kemungkinan. Keresahan itu seperti meluntur seketika, dan tak ada. Kami berempat pun menjelma menjadi makhluk berjubah hitam, berikat kepala putih. Menanggalkan baju-baju kami dan menggantinya dengan jubah itu terasa seperti hendak melepaskan dunia untuk selamanya. Yang ada hanya hitam dan putih, tak ada pelangi, tak ada bunga-bunga, tak ada warna menyilau. Kami pun bertafakur di mushola, menunggu Kyai Mursid. Waktu terus bergerak tapi aku tak peduli.

"Assamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh." Salam lengkap nan indah itu mengejutkan kami berempat untuk memalingkan wajah secara bersamaan ke sumber suara.

"Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh." Jawab kami bersamaan dengan tempo yang sama persis, tak ada yang mendahului atau terlambat. Salam yang semula kuanggap semacam lontaran suara basa basi, malam itu terasa bermakna, semoga selamat, kasih sayang Allah, dan keberkahan menyertaimu. Mengapa keindahan salam itu terkadang terabaikan? Bukankah salam ini bermakna doa bagi sesama? Menyadari ini, hatiku pun bergetar menyambut salam Kyai Mursid.

Kyai Mursid menjabat tangan kami satu persatu dengan senyum tulusnya. Beliau mengambil tempat duduk di depan kami. Ditatapnya mata kami satu persatu dengan tatapan teduh.

"Sudah siap mengambil cincin Sulaiman?" tanya Kyai Mursid. Damai.

"Insya Allah, siap, Kyai," jawabku mendahului ketika kami saling tunggu.

Kyai Mursid mengulangi kembali pertanyaannya dengan bahasa Arab. Umar dan Mustofa yang dalam hal ini lebih banyak diam pun mengangguk.

"Saya akan jelaskan langkah-langkahnya, kemudian lakukan. Saya minta bantuan Mahmoud untuk menerjemahkan kata-kata saya pada Umar dan Mustofa."

"Baik, Kyai."

"Sebelum perjalanan ini dimulai, dengarkan ceritaku. Sulaiman adalah salah satu nabi Allah yang dikaruniai kelebihan kecerdasan berbahasa, kekuasaan dan kekayaan. Dia termasuk keluarga Israil, keturunan Ya'kub, yang diberi anugerah kecerdasan dan keunggulan dibanding kelompok-kelompok keluarga lain, sehingga dari keturunan Israil inilah banyak dilahirkan para nabi dan rasul yang bersumber dari bapaknya para nabi, yakni Ibrahim atau Abraham. Akan tetapi, keunggulan yang dikaruniakan pada suatu bangsa bernama Bani Israil justru menjebaknya pada kesombongan. Penyakit sombong ini pun pernah menjangkiti Musa. Musa pernah menantang seluruh penduduk Israil. Katanya, 'Tak seorang pun yang akan bisa menandingi kecerdasanku.' Tetapi kesombongan Musa ini segera diruntuhkan Allah melalui nabi Kidir. Setelah Musa mengikuti perjalanan Kidir, dia tidak mampu mengikuti jalan pikiran Kidir yang mampu melampaui batas pengetahuan empiris.

"Kesombongan juga pernah menjangkiti Sulaiman bin Daud. Sulaiman, raja Israil, perintis masjid Al Aqsa dianugerahi sebagai nabi penguasa bahasa binatang dan menguasai golongan jin. Bahkan angin pun ditaklukkannya. Pada suatu malam dia berkata, 'Malam ini aku akan menggauli tujuh puluh wanita, maka pada setiap wanita itu akan mengandung keturunanku yang akan berjihad di jalan Allah.' Tetapi apa yang terjadi ketika niatnya itu dijalankan? Dari ketujuh puluh wanita yang enam puluh sembilan tak hamil. Yang hamil hanya satu, itu pun dalam kondisi cacat. Terduduklah Sulaiman di singgasananya, dan peringatan Allah pun datang. Ada satu yang dilupakan Sulaiman saat dia bicara, yakni mengucapkan 'insya Allah.' Inilah kesombongan-kesombongan manusia karena diberi kelebihan kekuasaan dan kecerdasan.

"Daud dan Sulaiman merupakan raja Bani Israil yang dicintai rakyatnya karena keadilan dan kebijakannya. Kunci kekuasaannya, menurut para sufi dan para mistikus Islam-Yahudi, adalah cicin yang dipahat langsung oleh Allah. Cincin yang bergambar bintang segi enam, dan dikelilingi bintang delapan sudut ini dipercaya mampu menaklukkan seluruh makhluk dari golongan jin dan menusia. Cincin inilah yang akan kalian buru. Benar?" Kyai Mursid memastikan.

Berburu Cincin SulaimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang