XXIX

4.1K 570 216
                                    

Halo! Maaf baru update lagi, aku masih agak sibuk akhir-akhir ini. Please enjoy this chap dan jangan sepi-sepi ya :') Komen aja yang banyak, wkwkwk

.

.

.

= SEBAGAIMANA KETIADAAN =

.

.

.

Playlist: Hurts Like Hell - Fleurie, love; not wrong (brave) - EDEN, Hate Me - Eurielle

.

.

.

Hal terburuk bukanlah berdebat dengan para pelayan, rakyat, dan para penjaga untuk mendapatkan izin pergiㅡMark adalah calon raja mereka, tetapi kadang mereka berpikir sah-sah saja untuk mendiktenya. Bukan pula kesengsaraan tak berujung ketika ia berusaha mendaki gunung salju haram jadah itu demi mencapai gua. Dengan perlahan dan hati-hati, berusaha tidak menakuti kudanya, sambil menggertakkan rahang sebab tidak bisa bergerak lebih cepat, meski ia diburu-buru oleh hatinya yang ingin segera tiba. Tidak pula dengan mengatasi para serigala yang mengelilinginya, dengan Hendery dan Hongwon di dalam hutan, berusaha mencari makanan untuk mengisi mulut mereka. Yang terburuk adalah melakukan ini semua sambil mengetahui bahwa Donghyuck terluka.

Ikatan yang terputus ketika longsor salju, mungkin akibat kekejutan, kembali tersambung dengan sendirinya beberapa saat kemudian dengan cara yang cukup traumatis, sebagai sebuah jerit minta tolong. Mark tidak tahu apa yang terjadi sehingga membuat pikiran Donghyuck begitu mendamba dan menariknya, merindukan kehadiran pasangannya dengan keterdesakan yang begitu dalam hingga nyaris tak rasional. Donghyuck tidak pernah memanggilnya sampai seperti ini. Panggilan itu hanya bertahan beberapa saat, tetapi cukup membawa Mark jatuh berlutut, memegang kepalanya sebagai upaya sia-sia mengusir rasa sakit, panik, dan kebingungan yang berlari bebas di dalam dirinya melalui ikatan mereka. Hal itu bertahan selama beberapa saat, dan sejak itu, apa yang mampu Mark rasakan dari Donghyuck hanyalah rasa sakit dan kedinginan.

"Butuh berapa lama lagi?" tanya Mark.

Soyeon, putri tukang jagal, menghabiskan waktu cukup lama memandangi sisi pegunungan, menyipitkan mata ketika seluruh warna putih itu mengancam akan membutakannya, dengan cahaya matahari yang mengintip dari celah awan. Gadis itu bukanlah pilihan pertama Mark untuk menjadi pemandunyaㅡia tidak mengenal gunung itu sebaik si Tua Yoo atau si pandai besiㅡtetapi gadis itu cukup ringan untuk berkendara dengan Hongwon, membuat mereka bisa mendaki sambil menaiki kuda alih-alih berjalan kaki, yang mana akan menghemat lebih banyak waktu.

"Kita hampir sampai," jawabnya, memutar kepala sehingga Mark bisa mendengar suaranya di tengah deru angin kuat.

Wajah gadis itu tampak pucat akibat cemas. Ia satu-satunya anggota pemburu yang tidak ikut pergi tiga hari lalu, terlalu sibuk membantu ibunya mengurusi heat saudarinya. Ia tidak pergi dan selamat. Namun, itu tak ada gunanya apabila kakak laki-lakinya ada di atas sana, juga sahabat baiknya, dan hampir seluruh pemuda desa, sebagaimana suami Mark, dan Mark mampu melihat keterdesakan yang sama menari di matanya.

"Sungainya pasti ada di sekitar sini, tetapi salju sudah menutupnya. Kita harus berjalan pelan-pelan."

Mark berkedip. "Sungai? Kita sudah melewati perbatasan menuju Clairs?"

Soyeon berkedip, tak yakin. Tentu saja, masyarakat Robyn tidak tahu di mana perbatasan, tetapi Mark telah berburu di hutan ini bersama Johnny untuk waktu yang sangat lama untuknya sampai mengenali sekelilingnya. Jika saja longsor salju itu tidak mengubur semua tanda jalan.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang