XLI

4.1K 477 151
                                    

Hai, semuanya! Makasih sudah nunggu upate-an book ini di tengah-tengah masa hiatusku. Sebenarnya bab versi Inggris sudah diupload di AO3 dari tanggal 26 Februari kemarin, tapi aku baru bisa upload di WP hari ini. Mohon maklum ya. Terima kasih atas kesetiaannya menunggu.

Selamat datang juga buat para pembaca baru. Semoga kalian enjoy sama terjemahan aku, ya. Jangan lupa untuk selalu tinggalkan vote dan komen sebagai bentuk apresiasi. Terima kasih banyak dan selamat membaca!

.

.

.

= SEBUAH KATEDRAL TUMBUH DI TENGAH SUNGAI YANG TERBELAH =

.

.

.

Playlist: Running After You-Matthew Mole; Ella's Lullaby-Enno Aare

.

.

.

Donghyuck membuktikan kemampuannya memanah dengan busur yang belum pernah ia gunakan, sambil mengendarai kudaㅡsesuatu yang, sekuat apa pun berusaha disembunyikan dari Mark, tidak ia sukaiㅡDonghyuck tetap sanggup membidik semua target di percobaan pertama. Pemandangan itu cukup menyebalkan dan mengagumkan di saat bersamaan. Pose tubuhnya tampak tak bercela, tetapi hidungnya mengerut seiring tiap panah yang terlepas, sedang bibir mengatup akibat rasa frustrasi.

"Kau berhasil membidik sasaran," Mark berujar menenangkan ketika Donghyuck meringis.

"Karena targetnya adalah pohon, Mark, besar dan tidak sulit meleset. Butuh beberapa kali latihan sampai aku bisa menangkap hewan di sini." Donghyuck menunduk menatap busur. Ia menarik senar, menguji keelastisannya dan mengernyit ketika mendapati kekakuannya.

"Kau butuh kekuatan tangan dewa untuk menarik busur ini." Alis Donghyuck bertaut, pipinya menggembung. "Masyarakat di puncak gunung diciptakan berbeda, mereka tinggi-tinggi... Tapi, kau mewarisi apa yang ayahmu turunkan, ya?"

Ah, menyakitkan.

"Wah, wah, wah, kau juga bukan raksasa, Sayang."

Ekspresi Donghyuck tertarik atas panggilan manis itu. "Tapi, aku tidak berasal dari Lembah Raksasa, kan? Siapa juga yang memilihkan nama itu? Para pendahulumu seperti berusaha memperbaiki sesuaㅡ"

Donghyuck merunduk tepat waktu untuk menghindari layangan busur Mark, juga dibantu oleh fakta bahwa kudanya lebih kecil dari milik pemuda itu. Usaha itu mendorong tubuh Mark ke sisi. Matanya melebar ketika menyadari posisi yang tidak lagi seimbangㅡia nyaris tertarik jatuh dari kuda. Mark berhasil menyelamatkan diri di saat-saat terakhir, meraih tali kekang dengan kuat dan mengeratkan kedua kaki di sisi-sisi tubuh kuda, membuat hewan itu meringkik gugup. Ketika ia sudah merasa cukup aman untuk mendongak, Donghyuck tertawa di depan wajahnya.

"Lihatlah ini! Pangeran Mark, pemimpin tentara Lembah, penendara kuda tercepat di wilayah iniㅡapa lagi yang lagu itu sebutkan?" Suara Donghyuck mengisi tanah terbuka, hangat bercampur kegembiraan dan tawa sambil mengumandangkan nada dari salah satu balada tentang Mark yang dinyanyikan ketika mereka mengunjungi istana. "Tidak ada yang seberani dia, pangeran tanah kami, kehormatannya tak 'kan pudar, hingga dia terjatuh dariㅡ"

"Donghyuck, aku bersumpah demi Dewi!"

"Lebih baik jangan panggil Dewi, atau Beliau akan ikut menertawakanmu."

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang