XIV

9.1K 793 109
                                    

Hai. Aku balik lagi! ^^ Lagi semangat nih menerjemahkannya. Mau kejar target, hewhew. Jangan lupa vote dan komennya yaa....

Enjoy~! <3

.

.

.

= HARI INI, RUMPUT MATI TERLAHAP API, TANPA AMPUN =

•••

Playlist: Send Them Off! - Bastille; 1000 Times - Sara Bareilles

.

.

.

Kuil di Pulau tidak memiliki dinding, melainkan pilar-pilar tinggi, langit-langit yang juga tinggi, ubin-ubin emas di permukaan lantai, serta ubin-ubin biru di langit-langit. Bagai mega yang menunggu Dewi untuk menyinarinya dengan cahaya.

Mark berusia sebelas tahun, hampir menginjak dua belas, ketika kali pertama mengunjungi Coraline, benteng merah di Sunfields, pulau terbesar di seluruh nusantara. Pangeran-Pangeran Lembah diundang dalam pertandingan jousting yang diselenggarakan oleh Raja Pulau Selatan, untuk merayakan Hari Nama* istri dan anak-anak kembarnya. Meski Sungmin adalah ahli waris, ia tidak diizinkan meninggalkan Dawyd, dan karena Mark adalah tunangan sang putri, maka ia tidak bisa melewatkan undangan tersebut, ia tidak mau melewatkan undangan itu, demi apa pun. Ayahnya memikirkan perihal tersebut untuk waktu yang cukup lama, dan pada akhirnya, ia menatap Mark dan berkata, "kau tidak perlu melakukannya, tapi apabila kau ingin berpartisipasi, pastikan kau akan membawa kehormatan bagi kerajaan kita."

Meski sangat menantikan hari itu, meski telah berlatih untuk itu, berbulan-bulan menunggangi kuda dan memelajari cara memegang tombak, dan menyaksikan Yukhei menertawainya manakala boneka latihan memukul dadanya dengan tombak tumpul, Mark tidak berkesempatan mengikuti turnamenㅡtidak setelah keributan yang terjadi bersama Donghyuck di malam kompetisi memanah.

Tetapi di hari terakhir, setelah turnamen usai, Dongsoon melingkarkan jemari halusnya di pergelangan tangan Mark dan menuntun pemuda itu menuju kuil para Dewi. Tamasya, gadis itu menjelaskan, sambil tangan mereka bertautan di bawah tungku perunggu kuno yang membakar minyak wangi dan ribuan bunga karang di pintu masuk kuil.

"Tidakkah kau takut seseorang akan mencurinya?" Mark bertanya, dengan hati-hati memperhatikan deretan tiang di sana, dihiasi ornamen-ornamen spiral yang cantikㅡitu, setidaknya, diukir oleh seniman terkenal di Lembah, sosok yang juga mendekorasi ruang singgasana di istana kerajaan Dawydㅡberdekorasi lampu-lampu minyak yang menggantung di empat sudut struktur bangunan utama, serta susunan mozaik batu yang mengarah lebih jauh ke dalam kuil, yang mana hanya pendeta wanita dan para pelayannya yang boleh masuk. Sebagaimana yang buku katakan, tidak ada dinding di Kuil Coraline. Rumah para Dewi terbuka dan penuh akan cahaya, sangat berbeda dengan keredupan di kuil-kuil Lembah.

"Mencuri apa?" Dongsoon bertanya, menatap pemuda itu seolah ia adalah orang bodoh.

"Semuanya," jawab Mark, merasa canggung dan bodoh, sedang telinga memerah di balik surai hitamnya. Sesuatu yang tampak sangat indah, sangat berharga; bagaimana bisa orang-orang tidak memiliki keinginan untuk mencurinya? Bagaimana bisa orang-orang tidak berusaha mengamankannya dari ancaman?

Dongsoon menyembunyikan tawa di balik telapak tangan yang dihiasi lukisan inai, dan mereka berdua tersentak, terkejut, ketika mendengar suara dengusan seseorang.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang