XXXI

4.6K 562 178
                                    

= KITA MEREGANGKAN SAYAP, DENGAN BULU-BULU ABU DAN PARUH MELENGKUNG =

.

.

.

Playlist: Talk Me Down-Troye Sivan, I Can't Make You Love Me-Dave Thomas Junior, Winter-Daughter

.

.

.

Awan hitam tersingkap, menampilkan kilau puncak kemegahan para dewa. Langit biru bebercak awan putih menaungi kota benteng Gyr yang tampak seolah tak nyata; rumah-rumah biskuit berdiri di sekitar tanah berlapis gula halus salju. Donghyuck berputar di dada Mark, merasakan terpaan sinar mentari untuk pertama kali setelah berminggu-minggu. Ia mendongak dan napasnya seketika tersekat.

"Ini ...."

"Indah, bukan?" bisik Mark di telinga Donghyuck. Ia tidak sedang membicarakan pemandangan.

"Tidak begitu buruk," balas Donghyuck, agak terengah. Matanya pasti perih, menilai seberapa lebar ia membukanya, selebar yang dibisa demi menangkap semua pemandangan putih itu. Terlalu banyak untuk disaksikan, tetapi begitulah Clairs. Tempat tak berujung, dengan keheningan luar biasa, serta kedamaian tak terkira. Jauh di bawah sana, Lembah tampak menderita, terkurung dalam mimpi buruk yang dibawa awan hitam bersalju, menekan dunia di bawah kekuatan mereka. Hanya Clairs yang cerah, dimahkotai cahaya surya, tampak indah.

Mark nyaris tersenyum dan kuda yang ia serta Donghyuck kendarai meringkik, kesal akibat kurangnya perhatian. Mendengar itu, Johnny berbalik untuk mendelik pada Mark.

"Perhatikan langkahmu," ujarnya, dalam nada paling kesal yang bisa diciptakan, dan Mark mengeluarkan suara tak terima. Kudanya, salah satu hewan terbesar yang pernah Mark lihat, meringkik lagi. Itu adalah kuda putih pegunungan, yang bisa membawa para pengelana melewati badai salju tebal Clairs, dan hewan itu tidak akan membiarkan Mark serta Donghyuck jatuh. Johnny hanya mengambek. Mark membuang napas. Harusnya kondisi ini sudah dapat ditebak, tetapi Johnny yang tidak sedikit pun bersikap bersahabat pada Mark rasanya menyakitkan.

"Iya, jangan khawatir."

"Oh, aku tidak mengkhawatirkanmu. Kau bisa kembali ke Lembah, Sepupu. Tapi, suamimu sangat membutuhkan pertolongan medis saat ini, dan itu satu-satunya alasan yang mengizinkanmu berkendara bersama kami."

Mark mendengus. Johnny tidak diizinkan untuk menyakitinya dengan semua kata itu. Tentu saja ada aturan di Lembah, tetapi juga ada aturan menyangkut hubungan darah.

"Kau tidak bisa kesal padaku selamanya," ujarnya, sambil kedua kaki mengerat di sekitar badan kuda, membuat hewan itu bergerak lebih cepat, membawanya bersebelahan dengan Johnny. Sang sepupu mendelik ke arahnya.

"Aku boleh merasa kesal selama yang kuinginkan. Aku punya hak atas itu."

"Keadaannya darurat," ucap Mark untuk kesekian kali hari ini. "Sudah kubilangㅡ"

"Sepupu," ucap Donghyuck, menghentikan Mark. Johnny menoleh ke arahnya, tampak agak kebingungan. "Tidak, Kakakㅡjika kau mengizinkan. Aku meminta maaf mewakili suamiku karena sudah memasuki sarangmu tanpa izin. Kondisiku cukup kritis, sehingga aku tidak bisa menghentikan pasanganku membuat kau dan pasanganmu merasa kesal. Kalau aku tahu, aku lebih memilih menghabiskan waktu di tengah malam yang dingin, di bawah salju, bersama para serigala sebagai kawan dan ...."

"Cukup. Kau sudah menyampaikan maksudmu dengan jelas, Yang Mulia."

"Adik," Donghyuck mengoreksi. "Sejak kita sekarang keluarga, maka kau harus memanggilku adik. Atau sepupu, kalau kau mau. Namun, aku lebih suka panggilan adik. Aku belum pernah punya kakak laki-laki."

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang