XXVIII

5.2K 544 122
                                    

Halo! Maaf karena keterlambatan update T_T Aku hectic ngurusin naskah OCEAN EYES yang mau terbit. Buat yang minat, boleh banget pesan yaa. Ada versi soft cover, hard cover, dan PDF. Untuk info lebih lanjut, sila kunjungi book OCEAN EYES dan lihat bab paling akhir.

Jangan lupa kunjungi book baruku juga yah!
:D

Jangan lupa kunjungi book baruku juga yah!:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

= SEBAGAIMANA ANGIN DAN KEMURKAANNYA TAK MENGGUNCANG BEBATUAN =

.

.

.

Playlist: falling in reverse - EDEN; Blizzard - Thomas Bergersen, Two Steps From Hell

.

.

.

Pagi datang, enggan dan pucat, Mark nyaris tidak menyadarinya hingga salah satu pelayan yang ia bawa dari Dawyd mengetuk pintu kamarnya. Ia mengerang dan melawan sulur lelap terakhir, memaksa diri berguling ke pinggir ranjang. Mark tidur selama berjam-jam, tetapi rasa lelahnya tidak menghilang. Tungkai-tungkainya berat dan kaku, nyaris seperti seluruh salju yang menyelimuti perbukitan berpindah menyelubungi tulang-belulangnya. Di luar, matahari bersembunyi di balik tudung kabut pagi dan mengecup kaca jendela yang membeku. Langit masih tampak gelap.

Kastil terasa sunyi, tetapi bukan yang membawa kesan suram dan ditinggalkan. Semula, tempat ini selalu terasa seperti itu, ketika Mark dan Donghyuck pertama kali tiba di Robyn dan memaksa pintu-pintu besarnya membuka. Gerbang pintu kayunya sudah sangat lapuk, sehingga bahkan bisa dengan mudah dihancurkan dengan tangan kosong. Bagian dalamnya berupa kesunyian, hanya ada debu dan salju. Saat ini, kastil itu tetaplah sunyi, tetapi di balik kesunyian itu, tersimpan bisikan dan kekehan, langkah kaki yang mengendap-endap, lebih ringan dari keping salju, tetapi lebih berat dan tanpa malu di saat bersamaan. Langkah-langkah kecil nan basah itu menjejak permukaan lantai marmer dingin, dengan jemari yang melukis bulan dan matahari pada permukaan jendela berkabut.

Donghyuck berada di aula perjamuan, dikelilingi sekelompok anak kecil berbaju bulu tebal. Ia mendongak ketika Mark tiba, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Adalah anak-anak itu yang menyambut Mark dengan paduan sapaan melengking, tetapi tetap terdengar sopan. Mereka sadar Mark adalah pangeran mereka, dan meski hanya sedikit yang mereka tahu tentang pangeran, orang tua mereka mengajarkan untuk berperilaku sopan. Mark tersenyum, mengusak rambut gadis terdekat, dan membungkuk meraih pedang latihan dari salah satu bangku yang menempeli dinding. Semuanya bergumam semangat seiring dengan Donghyuck yang bangkit berdiri dan menyingkirkan anak-anak itu, memberi tahu mereka untuk duduk dan tidak dekat-dekat.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang