III

10.4K 1.4K 180
                                    

Ngapunteeen slow update minggu ini soalnya aku rada sibuk ngurus jualan uhehehehe :D Btw, buat teman-teman yang mau ikut sharing Season's Greetings 2020 EXO/NCT/WayV bisa atuh ke saia #promosi

Anyway, enjoy this story dan jangan lupa vote dan komennya yaa~ 💖 Happy halloween 2019! 🎃

:::

= TIDAKLAH UNTUKKU, LEBAH MAUPUN MADU =

•••

Ayah Mark membungkuk menatap map perbatasan, dengan suara berupa bisikan, ditujukan bagi Jenderal Hwang seorang, tepat ketika Mark berjalan memasuki ruangan. Tidak ada kabar yang menyiarkan kedatangan Putra Mahkota, tidak di dalam ruang pribadi sang raja. Tanda kedatangan Mark hanya berasal dari suara klikan pada pintu. Kedua pria di dalam ruangan segera mendongak, ketidaksenangan tergambar jelas atas adanya intrupsi tersebut. Jenderal Hwang mengangguk dan menunduk untuk memandang map sekali lagi, sedang sang raja berujar dingin, "Tidak sekarang, Mark," yang membuat Mark sadar bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mendengar saran dari ayahnya. Namun hari sudah larut, sangat larut, dan Mark merasa terlalu lelah untuk kembali ke kamarㅡkamarnya dan Donghyuckㅡkarena jika ia menunggu lebih lama lagi, maka Mark tidak akan memiliki seorang pewaris yang bisa ia berikan saran.


"Apa yang kaulakukan ketika ratu jengkel padamu?" tanya Mark, kata-katanya keluar dengan cepat dan berantakan, kusut tak terurai, seolah setiap kata berlomba untuk menunjukkan mana yang akan keluar lebih dulu meninggalkan mulutnya.

Sang raja kembali mendongak, begitu pula Jenderal Hwang, dan Mark merasa wajahnya memerah di bawah tatap penasaran dua orang itu, hingga Jenderal Hwang mendengus dan bertukar lirikan geli yang begitu kentara dengan sang raja. Mark bahkan hampir bisa mendengarnya berkata, dia urusan Anda, sebelum kemudian berbalik dan melangkah pergi, tak lupa memberi tepukan di bahu Mark tatkala berjalan melewatinya.

Tersisa Mark dan sang ayah dalam ruangan itu, yang mendesahkan napas dan membuang dirinya ke bangku berlengan di depan meja, melepas sanggalan ujung-ujung map dan membiarkan perkamen itu menggulung tertutup.

"Masalah di perbatasan?" tanya Mark, berusaha meluruhkan ketegangan.

"Kapan kita pernah tidak memiliki masalah di perbatasan? Ada sekelompok pengelana yang menyerbu desa-desa di sekitar pegunungan. Bisa jadi mereka adalah pengkhianat yang melarikan diri dari kerajaan... Ada rumor yang mengatakan bahwa putra ketiga Raja Xu bersama mereka, yang berarti ada kemungkinan kerajaan mereka akan meminta izin bala tentara masuk melintasi perbatasan kita untuk berurusan dengan para pengelana itu."

"Dan kita tidak ingin sampai hal itu terjadi," Mark kemudian menyimpulkan. "Bagaimana dengan si pangeran? Yang sedang tinggal di istana ini. Apa dia mengatakan sesuatu terkait hal tersebut?"

Sang raja mengusap kulit yang terapit di antara kedua alisnya. "Dia adalah anak seusiamu, Mark, dan aku tidak mau main tebak kata dengannya. Kaulah yang harus bicara dengannya. Atau,"ㅡtatapannya berubah tajamㅡ"kau bisa minta suamimu yang bicara, kalau memang ada masalah komunikasi di antara kalian berdua...."

Oh, kekecewaan dalam nada suara sang raja terdengar begitu gamblang, yang bisa membuat Mark tersentak, terkejut, apabila seluruh kekacauan ini adalah salahnya. Namun bukan. Kekacauan ini bukan sepenuhnya salahnya.

Faktanya, Mark bukanlah putra yang suka membuat masalah, atau pangeran yang buruk. Ketika ia masihlah bayi kesayangan ibunya, ketika nama Minhyung masih ia gunakan, ia adalah bocah sopan dan pendiam, gemar membaca dan memainkan harpa kakaknya, mamanjat pohon dan memakan semangka ketika musim panas di taman.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang