XLIX

2.6K 303 62
                                    

Akhirnya, setelah penantian cukup lama, book ini bisa up juga. Selamat membaca! ❤️

.

.

.

= (INTERMESO) MIMPI AKAN SEKAWANAN CAHAYA MEMBUATKU TAK SANGGUP MEMBUKA MATA =

.

.

.

Playlist: Scarborough Fair - Trafton, Black Water - Trafton, Arrival of The Birds - XOMA

.

.

.

Kebebasan.

Donghyuck mampu merasakannya dalam kekhidmatan yang panjang. Rasanya seperti siang musim panas, ketika ibu dewi matahari kembali tertidur sehingga cahaya berubah lembut, tidak lagi tajam sewenang-wenang, melainkan kuning keemasan bagai kidung lembut pengantar tidur. Dengan suara lebah dan serangga-serangga pertama, serta bisikan bunga kepada angin dan gumaman rendah tanah dunia.

Donghyuck mencecap musim panas yang berdentum di pangkal tenggorokan dan wajahnya. Cahaya yang tersaring oleh dahan-dahan pepohonan mewarnai pipi dan bibirnya bagai bercak lelehan emas, dengan rumput berduri yang membingkai pergelangan kakinya. Seekor anjing menggonggong, diikuti oleh anjing yang lain, dan suara demi suara mulai bangkit dari mata air di belakang desa, diiringi oleh ringkikan kuda.

Salah seorang pengawal melangkah keluar dari tanah lapang, mengikuti jalur yang mengarah ke hutan. Donghyuck menahan napas. Ia tahu itu tidak ada gunanya. Tak seorang pun kesatria Lembah akan bisa menemukannya bahkan meski ia bernapas, sedang kesatria Pulau akan sanggup menemukannya meski ia telah mati.

Bagaimanapun, mereka tumbuh besar bersama. Sebagian besar dari mereka adalah sahabat kecil Donghyuck yang menyertainya dalam petualangan kecil di sekitar tebing-tebing kepulauanㅡsekumpulan anak-anak pembuat onar yang mencari harta karun terpendam dari raja-raja kuno. Entah berapa kali Dongsoon harus pergi mencari saudaranya, hanya demi menemukannya terdampar di dasar sumur dalam gua yang aneh, atau menemukannya berbaring malas di pantai bersama teman-temannya. Mereka tumbuh besar bersama, mulai dari anak-anak polos yang hanya bisa bermain petak umpet, hingga menjadi para pemuda yang paham mengenai kepantasan untuk berdiri mendampingi Putra Mahkota. Mereka tahu di mana dan bagaimana harus mencari. Donghyuck tidak bisa bersembunyi dari mereka, sebagaimana mereka yang tidak bisa bersembunyi darinya.

Donghyuck bernapas tanpa suara, kedua matanya terpejam. Langkah-langkah kaki terdengar semakin dekat, sebelum kemudian berhenti. Mereka berbalik. Donghyuck membuka mata, hanya demi melihat punggung salah satu pengawal yang diutus raja Lembah untuk mengawalnya ke Dawyd.

Tentu saja, pikirnya, tentu saja itu bukan salah satu pengawal dari Shar. Bukan salah satu pengawalnya. Jeno telah berjanji akan mengalihkan perhatian mereka, dan Jeno adalah rekan yang paling Donghyuck percaya. Donghyuck tidak perlu bersembunyi darinya, sebab Jeno akan selalu lebih dulu tahu ke mana ia akan pergi. Sering kali, Jeno akan ikut bersamanya.

Tidak kali ini. Setidaknya, tidak segera.

Kepalan tangan Donghyuck bergetar dan mengerat di sekitar carikan kertas yang memegang kebebasannya dalam setiap bait kata. Sebuah izin perjalanan yang akan membawanya menaiki kapal mana pun yang berlayar menuju Kepulauan.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang