07

594 76 6
                                    

Vote, Coment and Happy Reading💚

.
.
.
.

"Aku kangen."

Doyoung menjauhkan wajahnya agar bisa melihat perubahan raut wajah Arin.

Arin terdiam, dia sedang bingung dengan sikap Doyoung yang berubah-ubah. Padahal kemarin-kemarin dia sangat dingin dengan Arin.

"Hei kok diem? Gak kangen juga?"

Arin mengedipkan matanya dua kali, dia menatap Doyoung yang sedang menatap nya juga.

"Aku bingung sama kakak, bingung sama sikap kakak. Kadang perhatian, kadang cuek, kadang biasa aja. Apalagi semenjak kita satu kampus, kaka beda banget. Apa kakak udah bosen sama aku? Apa ada yang lebih menarik dari aku? Jawab kak. Aku jadi serba salah. Kakak malu ya pacaran sama aku? Kalo kakak malu kita bi—"

Cup.

Arin membeku, apa tadi? Doyoung menciumnya?

Di bibir.

Tangan Doyoung terangkat untuk mengelus pipi Arin.

Arin terpana dengan tapapan mata Doyoung. Tatapan itu, tatapan teduh mata Doyoung.

"Coba bilang sekali lagi."

"Apa? Bilang, kalo kakak mau kita bi—"

Cup.

Lagi, benda kenyal itu menyentuh bibir Arin untuk kedua kalinya.

Arin menatap Doyoung kesal, "kak!"

"Apa?" balasnya dengan santai, seperti tidak melakukan apapun.

Arin berdecak sebal, dia menjauhkan wajahnya dari Doyoung, takut nanti Doyoung nyosor seenaknya lagi.

Bukannya Arin tidak bersyukur dicium oleh Doyoung, tapi dia masih sayang dengan jantungnya. Tidak baik buat kesehatan jantungnya.

"Kamu mau bilang kita udahan, hm?" tanyanya dengan lembut.

"Kenapa berpikir mau udahan?"

Arin menunduk, tidak berani menatap mata Doyoung. "A-aku gamau kakak terbebani dengan status pacaran kita. Aku tau kakak pasti bosen dengan sifat aku yang masih kaya anak kecil, keras kepala, kaya sekarang. Aku nyusul kakak kuliah disini juga, padahal kakak udah ngelarang aku kalo kuliah yang deket aja gausah jauh-jauh."

Iya, Arin bela-belain belajar mati-matian agar bisa kuliah dikampus yang sama dengan Doyoung. Kalau masalah jurusannya memang tidak sepenuhnya dia ikut-ikutan dengan Doyoung, tapi itu karena keinginannya sendiri. Dia tau kuliah di jurusan kedokteran membutuhkan biaya yang tidak bisa dibilang sedikit. Maka dari itu dia berniat untuk mendapatkan beasiswa.

Arin bukan dari keluarga yang terpandang, dia hanya anak dari pemilik toko roti yang lumayan besar. Jadi butuh perjuangan yang besar agar dia bisa kuliah di jurusan ini. Ayah ibunya juga tidak melarang keinginan Arin, kedua orang tuanya malah mendukungnya. Dan ketika Arin lulus dijalur sbmptn betapa bahagianya kedua orang tuanya itu, namun disatu sisi kedua orang tuanya juga sedih karena dia harus merelakan Arin kuliah diluar kota. Tapi ketika Arin bilang bahwa dia kuliah dikampus yang sama dengan Doyoung, rasa khawatir mereka sedikit berkurang.

Ayah dan ibunya Arin memang sudah kenal dekat dengan Doyoung karena emang mereka pacaran sudah lama. Tapi hanya Doyoung yang kenal dengan orangtuanya, Arin tidak kenal sama sekali dengan kedua orangtua Doyoung, karena setiap Arin ingin bertemu dengan orangtuanya, dia selalu beralasan bahwa orangtuanya selalu sibuk kerja, jarang pulang kerumah karena selalu berada diluar negeri. Maka dari itu Arin tidak pernah bertemu dengan orangtua Doyoung.

[1] Noona - Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang