Vote, Coment and Happy Reading 💚
Doyoung memasuki apartemennya dengan wajah yang kusut, dia baru bisa pulang pagi ini.
Setelah menekan tombol password dan membuka pintu itu, langsung saja Doyoung menjatuhkan dirinya pada sofa, menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan memijat keningnya pelan, karena rasanya pusing sekali.
Ketika hendak memejamkan matanya, dia baru saja menyadari sesuatu. Doyoung menegakkan kembali tubuhnya menatap ke sekeliling apartemennya, kenapa sepi banget seperti tidak ada penghuninya.
"Rin." panggil Doyoung.
Karena gak ada sautan dari Arin, Doyoung berdiri lalu berjalan menuju kamar Arin. Setelah membuka pintu ternyata kosong, tidak ada Arin di dalamnya. Dan dia baru sadar setelah berjalan menuju meja makan, di sana masih ada makanan yang kemarin, masih utuh belum tersentuh sedikit pun.
Perasaan Doyoung mulai tidak enak dan mencari Arin di setiap ruangan.
Kosong.
Bahkan di kamar mandi pun kosong, tidak ada Arin di sana. Doyoung mengambil ponselnya yang ada di saku celananya. Ah dia baru menyadari bahwa ponselnya mati dari semalam. Bodohnya kenapa dia tidak minjam chargeran Sejeong saja.
Doyoung berlari menuju kamarnya lalu langsung menyolokkan ponselnya dengan chargeran agar bisa menyala.
Dengan tidak sabaran Doyoung mencoba menyalakan ponselnya. Saat ponselnya menyala hal yang pertama dia lihat adalah sepuluh panggilan masuk dari Arin semalam. Lalu dengan cepat Doyoung mencari kontak Arin untuk dihubungin, ternyata tidak aktif.
Dia mencoba sekali lagi, namun masih tetap tidak aktif. Doyoung mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia sampai gak kepikiran kalau Arin gak ada di apartemennya.
Apa Arin baru saja pergi pagi ini keluar untuk mencari sarapan? Tapi kalau Arin baru saja keluar pagi ini, kenapa makanan yang dimeja makan masih utuh?
Bodohnya dia sampai lupa memberi tahu passwordnya.
Doyoung mencoba menghubungi Arin lagi, berharap kali ini ponselnya aktif. Namun masih tetap sama belum aktif juga.
Doyoung berjalan menuju meja kecil yang ada disamping tempat tidurnya, mengobrak-abrik isi nakas tersebut untuk mencari-cari powerbank. Setelah ketemu, Doyoung langsung bergegas pergi tanpa membersihkan diri atau hanya sekedar mengisi perutnya yang kosong.
Di dalam mobil Doyoung masih mencoba untuk menghubungi Arin, tetapi masih sama saja, belum aktif juga.
Pikiran Doyoung kalut, sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia mencemaskan keberadaan Arin. Sejak tadi Doyoung tak henti-henti mencaci maki dirinya sendiri.
"Plis Rin angkat." mohon Doyoung.
Kini Doyoung bingung harus mencari Arin kemana. Tiba-tiba ada satu nama yang terlintas di pikirannya, dan dengan cepat Doyoung menjalankan mobilnya menuju tempat itu.
Saat ini Doyoung sudah berada di depan kosan temen Arin, yaitu Rena. Kata ibu-ibu kosnya, Rena sedang keluar.
Doyoung bertanya kembali pada ibu-ibu kos tersebut. Menanyakan apakah ada seorang perempuan yang datang ke kosan Rena, dan jawaban ibu kos itu membuat Doyoung kecewa.
Pikiran Doyoung masih kacau karena masih belum menemukan keberadaan Arin. Doyoung kembali memasuki mobilnya untuk mencari Arin kemana saja. Tidak lupa dia juga masih berusaha untuk menelpon Arin.
***
"Nah ini dia yang ditunggu-tunggu dateng juga. Kemana aja lu?" tanya Haechan saat Jeno dan Arin baru saja sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Noona - Lee Jeno [END]
Fanfiction(WALAUPUN PART UDAH LENGKAP JANGAN LUPA VOTE NYA YA) "Jeno akan selalu ada di belakang nuna, jadi kalau nuna sedih, lihat ke belakang ada Jeno yang siap membuat nuna tersenyum." Warning!!! *Mengandung unsur ke bucinan *Bahasa kasar *Bahasa campur...