34

274 42 5
                                    

Ooohalloooo

Jangan lupa vote dan komen yawww...

Ayo yang masih jadi sider, vote juga dunds:") kalo bisa komen juga ehehehe, aku maksa nih

Canda kok:) intinya makasih banget buat yang masih setia baca cerita aku sampai di part ini, sayang kalian banyak banyak 😘❤️❤️❤️

Happy Reading 💚


.
.
.
.



Brukk.

Semua langsung membalikkan tubuh mereka ke belakang, lebih tepatnya ke arah sumber suara yang seperti benda jatuh kecuali Haechan.

Bagaimana Haechan mau ikut menoleh ke belakang untuk melihat sumber suara itu sedangkan dia sendiri lah yang menyebabkan suara itu. Ya, Haechan jatuh ke bawah dengan wajah yang hampir mencium tanah kalau saja tangannya tidak di jadikan sanggahan tubuhnya.

Renjun berdecak sebal saat tau Haechan lah yang membuat mereka semua terkejut. "Kampret, ngapain sih lo?!"

"Anjir buat gue jantungan aja." kata Jaemin sambil mengelus dadanya.

"Sorry sorry, gue kesandung ehehe." jawabnya disusul dengan cengiran lebar.

"Kenapa bisa kesandung?" tanya Mark pelan, mencoba untuk menahan emosinya.

"Tadi tuh niatnya gue mau jalan sambil meremin mata, gue ngantuk banget abisnya."

"Astaga lo tuh ya, untung temen. Kalo bukan udah gue buang lo ke jurang." gerutu Renjun dan berjalan mendekati Haechan. "Udah sini jalan di samping gue aja, biar ga buat ulah mulu." lanjutnya sambil menyeret tangan Haechan dan menyusul yang lainnya.

"Loh? Jeno kemana, kok ilang?" tanya Jaemin saat mau melanjutkan jalan Jeno sudah tidak ada di sampingnya.

Setelah mendengar kata Jaemin barusan, mendadak suasana menjadi lebih menegangkan bagi mereka. Lagi dan lagi Haechan merapatkan tubuhnya ke Renjun. Tapi kali ini Renjun tak banyak protes seperti tadi karena dia sendiri juga sedikit merinding.

"Tadi ada kan?"

"Ada, disini. Di samping gue persis. Lo juga tau kan Mark."

"Apa jangan-jangan itu bukan Jeno." ujar Haechan pelan.

"Maksud lo?" Mark langsung menatap Haechan, begitupun dengan Jaemin dan Renjun yang ada di dekatnya.

"Yaa itu.. masa kalian gak ngerti sih, gue gak mau jelasin lebih jauh lagi."

"Mikir lo kejauhan, gak usah mikir macem-macem deh. Ayo lanjut jalan, siapa tau Jeno udah duluan gara-gara lo banyak omong."

Sudah sekitar dua jam, yang mereka lakukan dari tadi hanyalah berjalan memutari hutan ini. Bahkan diantara mereka sadar kalau mereka sudah beberapa kali lewat di tempat ini.

"Kok pohon ini lagi ya? ada yang sepemikiran gak kaya gue?"

"Iya, gue juga mikir dari tadi kita cuma muterin sekitar sini doang."

"Lo tau jalan gak sih?"

"Ya mana gue tau jalannya, alatnya aja Jeno yang megang, dan ini juga hutan gak pernah gue jelajahin."

"Terus ngapain dari tadi lo yakin banget jalan terus. Gue kira emang lo tau."

"Kalo gak jalan terus, lo mau disini semaleman? Gue sih ogah, mending gue jalan terus sambil nyari jalan keluar."

"Dalam keadaan gini gak usah berantem bisa gak? Gue capek ditambah kalian ribut."

"Lagian itu si Jeno kenapa pake ilang segala sih."

[1] Noona - Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang